TRIBUNWOW.COM - Eks pengacara Front Pembela Islam (FPI) sekaligus kuasa hukum Habib Rizieq Shihab (HRS), Aziz Yanuar, menanggapi kesaksian empat terduga teroris.
Dilansir TribunWow.com, polisi merilis video pengakuan terduga teroris Zulaimi Agus, Bambang Setiono, Wiloso Jati, dan Ahmad Junaidi.
Keempatnya memberikan pengakuan serupa, yakni pernah menjadi simpatisan FPI, bahkan ada yang memiliki jabatan di organisasi masyarakat (ormas) tersebut.
Baca juga: Fakta Terduga Teroris Bambang Setiono Tuntut HRS Bebas, Akui Simpatisan hingga Ancam Ledakkan Bom
Aziz Yanuar lalu membantah hal tersebut, pasalnya FPI telah ditetapkan bubar oleh pemerintah sehingga tidak dapat dimintai pertanggungjawaban.
"Soal video pengakuan terduga teroris yang pernah bergabung dengan FPI, maka tanggapannya satu, bahwa Front Pembela Islam atau FPI sudah bubar," tegas Aziz Yanuar, dalam tayangan Kompas TV, Senin (5/4/2021).
"Itu fakta," tegasnya.
Aziz menilai keberadaan video itu layaknya penggiringan opini atau framing.
"Kemudian yang kedua adanya klaim dari eks anggota FPI yang pernah gabung anggota FPI dulu dan saat ini menjadi terduga pelaku teror, maka itulah namanya framing jahat kolaborasi media iblis dan iblis operator isu jualan teror ini," komentar kuasa hukum HRS ini.
Aziz mengungkapkan alasan FPI tidak wajib bertanggung jawab atas pengakuan para terduga teroris.
Ia kembali mengingatkan FPI telah ditetapkan bubar sehingga tidak bisa dimintai pertanggungjawaban.
Baca juga: Kesamaan Pengakuan 4 Terduga Teroris: Baru-baru Ini Gabung FPI, Belajar Ilmu Kebal, dan Buat Bom
"Karena membuktikan Front Pembela Islam dengan aksi teror saat ini adalah tidak mungkin," papar Aziz.
"Kenapa? Karena FPI sudah bubar," ungkapnya.
"Secara hukum entitas yang sudah tidak ada alias almarhum tidak bisa lagi dimintai pertanggungjawaban," tambah dia.
Ia membandingkan kasus ini dengan keberadaan kerajaan di masa lampau.
Menurut dia, pertanggungjawaban itu harusnya diberikan kepada pemerintahan yang berkuasa saat ini.
"Masak contohnya kita minta tanggung jawab soal kezaliman ini sama pemerintah Kerajaan Majapahit dulu? Soal kedunguan dan kepandiran ini tanggung jawabnya minta sama Kerajaan Majapahit dulu," singgung Aziz.
"'Kan enggak mungkin, sudah enggak ada," tandasnya.
Lihat videonya mulai menit 3.00:
Kesamaan Pengakuan 4 Terduga Teroris
Empat terduga teroris yang ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri membuat pengakuan dengan keterangan yang mirip.
Dilansir TribunWow.com, mereka ditangkap setelah teror bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021) lalu.
Ada lima orang yang ditangkap terkait jaringan teroris tersebut di berbagai tempat, di antaranya Jakarta, Bekasi, dan Tangerang Selatan.
Baca juga: Polisi Sebut 19 Teroris Ngaku Anggota FPI, Kuasa Hukum Beberkan Reaksi Rizieq Shihab: Fitnah Murahan
Baca juga: BIN Sebut Teroris Cenderung Introvert: Musuhi Keluarga yang Tidak Sepaham
Empat di antaranya mengaku menjadi bagian dari organisasi masyarakat (ormas) Front Pembela Islam (FPI) yang kini sudah dibubarkan.
"Nama saya Zulaimi Agus. Saya belajar membuat TATP atau aseton peroksida pasca-kerusuhan 21-22 Mei 2020 di depan Bawaslu," ungkap Zulaimi Agus, dalam video yang ditayangkan Kompas TV, Minggu (4/4/2021).
Ia mengaku belajar membuat bahan peledak dari berbagai blog di internet.
Agus mengungkapkan keterlibatannya dalam FPI sejak dua tahun lalu.
"Saya bergabung dengan organisasi FPI tahun 2019 melalui DPC Serang Baru, Kabupaten Bekasi Wakabid Jihad," kata Agus.
Terduga teroris Bambang Setiono mengungkapkan pengakuan yang sama, yakni menjadi pendukung FPI.
"Saya Bambang Setiono menjadi simpatisan FPI sejak awal Desember 2020, tergabung majelis Latif Alyasin," papar Bambang Setiono.
Ia menyebut telah merencanakan serangan untuk menuntut mantan pemimpin FPI Habib Rizieq Shihab (HRS) dibebaskan.
Baca juga: Soal Temuan Atribut FPI di Rumah Jaringan Teroris, BNPT: Fakta Empiris Beberapa Anggota Terlibat
"(Saya) membuat bahan dari black powder dengan bahan HCl03 dari Zulaimi Agus di Sukabumi. (Saya) merencanakan aksi penyerangan kepada SPBU dengan bom molotov untuk menuntut bebas HRS," jelas Bambang.
Terduga teroris Wiloso Jati mengaku dirinya sempat menjadi anggota FPI atau kerap disebut laskar.
"Saya Wiloso Jati. Saya adalah anggota FPI. Jabatan terakhir saya di FPI adalah sebagai laskar di DPC Jagakarsa tahun 2019," kata Wiloso Jati.
"Saya bergabung dengan kelompok Habib Husein pasca-penangkapan Habib Rizieq Shihab dan pembubaran FPI," lanjutnya.
Jati mengaku pernah menjalani latihan pembuatan bom dan ilmu kekebalan.
"Saya pernah belajar sedikit pembuatan bom dari Zulaimi Agus. Habib juga pernah memerintahkan kepada anggota untuk mengisi ilmu kebal di Sukabumi di tempat Haji Popon sebagai pembekalan untuk persiapan aksi," kata Jati.
Terduga teroris terakhir yang membuat pengakuan, Ahmad Junaidi, mengaku menjadi pendukung FPI sejak Rizieq Shihab pulang dari Arab Saudi.
"Saya atas nama Ahmad Junaidi salah satu anggota simpatisan dari FPI semenjak Habib Rizieq Shihab pulang ke Indonesia," ungkap Ahmad Junaidi.
Setelah itu, ia selalu mengikuti pengajian yang dipimpin Habib Husein Hasni yang bertempat tinggal di Condet.
Pengajian dilakukan setiap malam Jumat.
Seusai pengajian, Junaidi mengungkapkan jemaah mendiskusikan rencana peledakan industri milik asing. (TribunWow.com/Brigitta)