Karier sepak bola Teja Paku Alam sangat didukung oleh keluarga besarnya, termasuk untuk mencoba peruntungan dengan merantau jauh dari tanah Minang.
Talenta Teja Paku Alam semakin digembleng dengan baik ketika ia mampu menembus skuad SAD Uruguay atau Deportivo Indonesia pada tahun 2011.
Selama setahun di negerinya Enzo Francescoli itu, Teja Paku Alam belajar selama satu musim penuh dan hijrah ke tim usia muda Sriwijaya FC pada 2012.
Baca juga: Tak Khawatir, Kualitas Bali United Malah Buat Pemain Persib Bandung Tak Sabar Berlaga: Kita Tunggu
Sriwijaya FC
Teja Paku Alam masuk ke tim Sriwijaya U-21 pada tahun 2012.
Hanya semusim, Teja Paku Alam langsung dipromosikan ke tim senior.
Sebelum naik ke tim utama, kiprah Teja Paku Alam terhitung lumayan dengan membawa Sriwijaya juara Liga Super Indonesia U-21 pada musim 2013.
Kala itu, usia Teja Paku Alam masih tujuh belas tahun dan sangat sulit meraih posisi sebagai kiper utama di skuad Laskar Wong Kito.
Keberadaan Ferry Rotinsulu dan disusul Dain Agus Prasetyo di bawah mistar Sriwijaya, membuat Teja Paku Alam harus bersabar untuk menjadi pemain inti.
Meski sudah merasakan debut profesional pada musim 2013 ketika menggantikan Ferry Rotinsulu yang berhalangan main, kesempatan asli Teja Paku Alam baru datang pada 2016.
Terhitung sejak 2013 hingga kontestasi Liga 1 musim 2018, sudah 77 kali Teja Paku Alam dipercaya untuk mengawal gawang Sriwijaya FC.
Baca juga: Jadwal Piala Menpora 2021 Hari Ini, Rabu 24 Maret: Persib Bandung Vs Bali United Pukul 18.15 WIB
Semen Padang
Terdegradasinya Sriwjaya FC ke Liga 2 membuat Teja Paku Alam memutuskan hengkang dari klub tersebut.
Pada Liga 1 2019 ini, Teja Paku Alam pindah ke klub yang menjadi kebanggan orang Minang, Semen Padang.
Selain perihal kondisi terperosoknya Sriwijaya FC ke kasta kedua, keluarga juga menjadi motif dibalik alasan Teja Paku Alam pindah ke Semen Padang.