Terkini Daerah

Sosok Pemimpin Aliran Hakekok yang Ajak 16 Orang Mandi Bersama hingga Ritual di Hutan

Editor: Claudia Noventa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Polisi mengamankan A (52), pimpinan kelompok aliran Hakekok di Mapolres Pandeglang, Jumat (12/3/2021). A dan belasan pengikutnya diduga menjalankan aliran sesat, di antaranya ritual mandi bareng di tempat terbuka di Desa Karangbolong, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Banten. Polisi mengamankan keris, kemenanya hingga alat kontrasepsi di rumah A.

TRIBUNWOW.COM - Viral di media sosial video sekelompok pria dan wanita, baik dewasa maupun anak-anak mandi bersama di sebuah perkebunan di Pandeglang, Banten.

Mereka ternyata adalah pengikut aliran sesat Hakekok yang berada di perkampungan Desa Karangbolong, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Kini sosok pemimpin aliran tersebut diungkap oleh para tetangganya.

Diketahui ritual mandi bersama tersebut tak dipisahkan antara perempuan dan laki-laki, baik yang dewasa maupun masih anak-anak.

Baca juga: Kronologi 16 Pengikut Aliran Hakekok Mandi Bersama, Dijanjikan Bisa Hapus Dosa hingga Kaya Raya

Baca juga: Fakta Aliran Hakekok, Berhubungan Intim Tanpa Ikatan Nikah hingga Mandi Bersama untuk Hapus Dosa

Ritual itu dilakukan di sebuah tempat penampungan air di area kebun sawit milik PT Gal.

Warga sekitar, Imah (40) memberikan pengakuan mengenai aliran Hakekok tersebut dan pemimpinnya.

Awalnya, ia kaget saat pimpinan Hakekok berinisial A serta belasan pengikutnya ditangkap polisi.

Menurutnya, kejadian tersebut dilakukan pada siang hari menjelang sore.

"Kaget, karena saya juga tidak tahu ada apa sebenarnya. Posisinya disitu lagi ngejemur pakaian, tiba-tiba polisi datang dan menangkap," ujarnya.

Dikutip dari TribunJatim.com, Jumat (12/3/2021), Imah mengatakan sosok A terbilang tertutup dan sangat jarang keluar rumah.

Baca juga: Detik-detik Wanita Asal Indonesia Dibunuh Tetangga di Malaysia, Perhiasan Dicuri untuk Bayar Utang

Bahkan hampir tak pernah bertegur sapa dengan warga.

"Sangat tertutup dan jarang bicara dengan kita. Untuk acara keagamaan saja bahkan tidak pernah," kata Imah.

Imah bercerita, ritual mandi bareng oleh A dan para pengikutnya sudah sejak lama dilakukan dan biasanya mereka melakukan kegiatan itu setiap sore hari.

Bahkan, kegiatan mandi bareng di tempat terbuka tersebut sudah dijalankan oleh ayahanda A, yakni E alias S.

Setelah E meninggal dunia, A selaku anak melanjutkan ajaran tersebut.

Halaman
12