Isu Kudeta Partai Demokrat

SBY sampai Minta Ampun Pernah Angkat Moeldoko, Pakar Semiotika: Udah Sepuh Emosinya Lebih Tinggi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) (kiri) dan Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko

TRIBUNWOW.COM - Pakar Semiotika, Acep Iwan Saidi, menganggap wajar kemarahan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Dilansir TribunWow.com, Acep bahkan melihat kemarahan yang lebih besar dari Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Kemarahan AHY dan SBY disebutnya berkaitan dengan terpilihnya Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Moeldoko, sebagai ketua umum Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB) di Deliserdang, Sumatera Utara.

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan konferensi terkait digelarnya KLB di Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (5/3/2021). (Youtube/KompasTV)

Baca juga: Puji Kematangan AHY Hadapi Kudeta Demokrat, Pakar Semiotika Bandingkan dengan SBY: Marahnya Berbeda

Baca juga: Gatot Nurmantyo Ngaku Sempat Diajak Gabung KLB untuk Kudeta AHY, Langsung Ingat Jasa SBY dan Menolak

Dalam kanal YouTube tvOneNews, Minggu (7/3/2021), Acep menyebut AHY bisa mengendalikan amarah.

"Sejauh ini saya lihat pidatonya, gesture-nya, meskipun dia marah, menurut saya dia wajar marah," ucap Acep.

"Tapi saya lihat Beliau masih bisa menahan, masih bisa bertahan pada rasionalitas."

Menurut Acep, AHY terlihat matang hingga pandai mengontrol emosi.

Meskipun begitu, ia menyebut AHY wajar merasa marah saat kursi kepemimpinan Partai Demokrat nyaris didongkel Moeldoko.

"Artinya rasional, bicaranya masih terkontrol," jelas Acep.

"Itu menunjukkan bahwa ada kematangan pada AHY."

"Jadi kalau marah menurut saya wajar, karena bagaimanapun tiba-tiba ada yang merebut kursinya."

"Saya kira siapa pun akan marah," lanjutnya.

Baca juga: Gatot Nurmantyo Ngaku Sempat Diajak Gabung KLB untuk Kudeta AHY, Langsung Ingat Jasa SBY dan Menolak

Baca juga: Gaungkan Moeldoko Musuh Bersama, AHY: Kita Tak Bisa Minta Bantuan Siapapun, Kecuali Rakyat Indonesia

Sementara itu, Acep melihat kemarahan yang lebih besar pada SBY.

Acep mengatakan, SBY tampak lebih emosional saat menanggapi terpilihnya Moeldoko sebagai ketua umum Partai Demokrat versi KLB.

"Tapi saya lihat memang ada ketenangan itu, kelebihan AHY di situ," ujar Acep.

"Kalau kita bandingkan dengan Pak SBY, mungkin karena Pak SBU sudah sepuh ya."

"Ada kemarahan, sama-sama marah, tapi kalau kita lihat marahnya berbeda."

Ia pun menyinggung pernyataan SBY yang mengaku menyesal pernah memberi jabatan pada Moeldoko.

Perbedaan emosi AHY dan SBY disebutnya sangat terlihat.

"Pak SBY karena kesepuhannya, usia yang sudah sepuh kan sensitivitasnya lebih tinggi, emosinya lebih tinggi," kata dia.

"Maka keluar ungkapan Beliau 'Aku minta ampun pada Tuhan karena telah mengangkat Moeldoko'."

"Itu adalah kemarahan yang ditahan, jadi keluarnya menjadi sinisme."

"Ini bedanya Pak SBY dengan AHY," tandasnya.

Simak videonya berikut ini mulai menit ke-3.22:

Pengakuan Gatot Nurmantyo

Di sisi lain, sebelumnya, Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Gatot Nurmantyo mengaku pernah didatangi seseorang untuk mendongkel posisi Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Dilansir TribunWow.com, hal itu diungkapkan Gatot dalam kanal YouTube Bang Arief yang diunggah Sabtu (6/3/2021).

Meski menyebut tawaran tersebut menarik, Gatot mengaku enggan membalas jasa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) padanya dengan mendongkel posisi AHY.

Baca juga: Jokowi Diminta Turun Tangan soal Kisruh Demokrat, Mahfud MD Ungkit Era SBY: Juga Tak Lakukan Apa-apa

Baca juga: Hasil KLB Demokrat yang Tunjuk Moeldoko Jadi Ketum Bisa Mendapatkan SK Sah jika Penuhi Syarat Ini

"Datang, 'Wah, menarik juga'. Saya bilang, gimana prosesnya? 'Begini Pak, nanti kita bikin KLB. KLB terus gimana? Ya nanti visi yang dilakukan adalah kita mengganti AHY dulu'," cerita Gatot.

"'Mosi tidak percaya, AHY turun. Setelah turun, baru pemilihan'."

"'Bapak nanti pasti deh begini, begini'. Oh begitu ya, saya bilang begitu gitu."

Saat mendapat tawaran itu, Gatot langsung teringat jasa SBY dalam karier kemiliterannya.

Karena itu, Gatot tanpa berpikir panjang menolak tawaran tersebut.

"Saya bilang menurunkan AHY, saya bilang gini lho, 'Saya ini bisa naik bintang satu, bintang dua, taruh lah itu biasalah'," ujar Gatot.

"'Tapi kalau begitu saya naik bintang tiga itu Presiden pasti tahu kan gitu. Kemudian jabatan Pangkostrad, pasti Presiden tahu."

"Apalagi Presidennya tentara waktu itu Pak SBY ya kan. Tidak sembarangan gitu," tambahnya.

Baca juga: Minta AHY Segera Kumpulkan DPD dan DPC, Pengamat: Masyarakat Masih Melihat Demokrat adalah SBY

Baca juga: Elus Dada saat Sebut Nama Moeldoko, SBY Mengaku Malu dan Bersalah Pernah Berikan Jabatan

Gatot lantas menceritakan pesan SBY padanya dulu.

Kala itu, Gatot pun langsung berjanji akan bertanggungjawab atas jabatan yang diberi SBY.

"Bahkan saya Pangkostrad dipanggil 'Kamu akan dijadikan kapala staf angkatan darat'," kata Gatot.

"Saya terima kasih atas penghargaan ini dan akan saya pertanggungjawabkan."

"'Cintai prajuritmu dan keluarga dengan segenap hati dan pikiran'."

"Beliau tidak titip apa-apa, tidak pesan lainnya lagi," imbunya.

Karena itulah, Gatot tak mau membalas jasa SBY dengan pendongkelan jabatan AHY.

"Maksud saya, apakah iya saya dibesarkan oleh Beliau Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan satu lagi Pak Jokowi."

"Terus saya membalasnya dengan mencongkel anaknya?," tandasnya. (TribunWow.com)