TRIBUNWOW.COM - Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mendatangi Kantor Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).
Tidak sendirian, AHY ditemani oleh Sekjen Partai Demokrat Riefky Harsa dan Dewan Pimpinan Pusat (DPP), serta anggota DPR RI Partai Demokrat.
Selain itu, AHY mengaku juga didampingi oleh 34 ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) yang disebutnya masih setia mendukung dirinya.
Baca juga: Minta Jokowi Buktikan Tidak Terlibat dalam KLB Demokrat, Ray Rangkuti: Menonaktifkan Pak Moeldoko
Baca juga: Puji Kematangan AHY Hadapi Kudeta Demokrat, Pakar Semiotika Bandingkan dengan SBY: Marahnya Berbeda
"Yang spesial tentu karena saya didampingi oleh 34 ketua DPD mewakili seluruh ketua DPC dan seluruh kader Partai Demokrat di wilayah Indonesia, Aceh sampai Papua," ujar AHY, dikutip dari siaran langsung KompasTV, Senin (8/3/2021).
"Mereka adalah pemilik suara yang sah," tegasnnya.
Dalam suratnya tersebut, AHY menyampaikan keberatan atas digelarnya kongres luar biasa (KLB) Partai Demokrat di Deliserdang, Sumatarera Utara, Jumat (5/3/2021).
Di mana pada kesempatan itu, Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko didapuk sebagai ketua umumnya.
Menurut AHY, KLB tersebut abal-abal dan tidak sah.
Pasalnya tidak memenuhi syarat-syarat digelarnya KLB yakni sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Demokrat yang terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM.
"Saya hadir dengan niat yang baik untuk menyampaikan surat resmi kepada Menteri Hukum dan HAM dan jajarannya," kata AHY.
"Untuk menyampaikan keberatan agar Kementerian Hukum dan HAM menolak, dan tentunya menyatakan bahwa gerakan pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat melalui yang para pelaku klaim sebagai KLB sebagai kegiatan yang ilegal dan konstitusional," jelasnya.
"Kami sebut KLB abal-abal, bahwa dari sisi penyelenggaraan maupun peserta tidak atau sama sekali tidak memenuhi AD/ART Partai Demokrat."
Baca juga: Gatot Nurmantyo Ngaku Sempat Diajak Gabung KLB untuk Kudeta AHY, Langsung Ingat Jasa SBY dan Menolak
Terkait klaim ada 1.200 peserta yang hadir di KLB, AHY mengatakan bukan pemilik hak suara Partai Demokrat yang sah.
Putra dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu menegaskan bahwa 34 DPD Partai Demokrat tidak ada satupun yang hadir dalam KLB.
Dirinya juga menyakini bahwa mereka masih setia dan mendukung dirinya sebagai ketua umum partai berlogo bintang mercy yang sah dan legal.
"Mereka yang datang bukan pemegang hak suara yang sah, mereka hanya dijaketkan Partai Demokrat, seolah-olah mewakili suara yang sah," pungkasnya.
Simak videonya di bawah ini:
AHY Dipuji Kematangannya
Pakar Semiotika Acep Iwan Saidi menyampaikan pandangannya terkait persoalan di tubuh Partai Demokrat.
Kepemimpinan Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) hasil Kongres ke-V tahun 2020 mendapat tandingan dari hasil kongres luar biasa (KLB) di Deliserdang, Sumatera Utara, Jumat (5/3/2021).
Dilansir TribunWow.com, Acep Iwan menyebut wajar ketika dari pihak AHY menjadi marah lantaran posisinya akan direbut.
Baca juga: Sebut Ali Ngabalin Tak Pantas Beri Selamat kepada Moeldoko, Andi Mallarangeng: Mestinya Sayangkan
Baca juga: Posisinya Nyaris Didongkel seusai KLB, AHY: KSP Moeldoko Tak Mencintai, tapi Ingin Memiliki Demokrat
Meski begitu, ia menilai AHY memiliki kematangan dalam menyikapi persoalan tersebut.
"Saya memperhatikan AHY sejak lama, sepak terjang Beliau di dalam politik," ujar Acep Iwan, dikutip dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam, Minggu (7/3/2021).
"Saya melihat bahwa ada kematangan pada AHY sebagai calon pemimpin masa depan," ungkapnya.
Acep Iwan menilai dalam dua kali konferensi pers, AHY masih bisa mengendalikan kemarahannya.
Menurutnya, hal itu terlihat dari gestur dan juga ucapan dari AHY yang bisa dikatakan masih terkendali.
"Jadi sejauh ini saya lihat pada pidatonya, di gesturnya, meskipun dia marah, memang wajar marah, tetapi saya melihat Beliau masih bisa menahan, bisa bertahan pada rasionalitas," kata dia.
"Artinya bicaranya masih terkontrol," imbuhnya.
"Kalau marah menurut saya wajar, karena bagaimana pun ada yang merebut kursinya. Saya kira siapapun akan marah, tetapi pada AHY ada ketenangan. Itu kelebihan AHY di situ,"
Dirinya lalu membandingkan dengan sang ayah Susilo Bambang Yudhoyono yang menjabat sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat.
Baca juga: Pengamat Nilai Hasil KLB Demokrat Deliserdang Bakal Disahkan Kemenkumham: Sudah Ada Contoh Nyatanya
"Kalau kita bandingkan dengan Pak SBY, mungkin karena Pak SBY sudah sepuh, jadi ada kemarahan sama-sama marah, tetapi marahnya berbeda," terang Acep Iwan.
Berbeda dengan AHY, Acep Iwan menilai SBY lebih terlihat kemarahannya.
Hal itu ditunjukkan dengan munculnya ucapan-ucapan bernada sinis yang ditujukan kepada Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko, yang diyakini sebagai pelaku utama gerakan pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat (GPK-PD).
"Pak SBY karena kesepuhannya, sensitivitasnya lebih tinggi, emosinya lebih tinggi, maka keluar misalnya ungkapan Beliau tentang 'Aku minta ampun kepada Tuhan karena telah mengangkat Moeldoko," jelasnya.
"Itu adalah kemarahan yang ditahan, yang keluarnya menjadi sinisme."
Lebih lanjut, Acep Iwan mengatakan bahwa kematangan dari AHY bisa menjadi kelebihan tersendiri sebagai seorang pemimpin.
"Dan ini menurut saya adalah momentum buat AHY untuk menunjukkan bahwa dia bisa mengatasi persoalan ini sekaligus keluar dari bayang-bayang Pak SBY."
"Bisa menunjukan kepemimpinan yang sebenarnya," pungkasnya. (TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)