Terkini Internasional

Aksi Biarawati Menangis dan Berlutut di Depan Militer Myanmar, Siap Mati demi Lindungi Demonstran

Editor: Claudia Noventa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase foto suster Ann Nu Thawng di Myanmar yang memohon agar polisi berhenti menangkapi demonstran.

Dalam aksi dramatis di Myitkyina, Negara Bagian Kachin, Suster Ann Roza Nu Tawng memohon kepada polisi dan tentara agar tak menembak.

Dalam gambar 28 Februari, tembakan terdengar saat Ann Roza mendekati penegak hukum yang berpakaian lengkap.

Kepada Sky News, Suster Ann Roza mengatakan, dia tahu bakal mati.

Namun, dia siap berkorban demi menyelamatkan nyawa pengunjuk rasa.

Baca juga: Viral di Twitter, Ini Sosok Mahasiswi yang Ditembak di Kepala oleh Militer Myanmar, Dijuluki Angel

Baca juga: Sosok Angel yang Viral Mendunia setelah Ditembak Mati Militer Myanmar, Dikenal Wanita Pemberani

Dia menceritakan, pada saat kejadian, dia tengah berada di klinik dan melakukan tugasnya untuk merawat pasien.

Saat itulah, dia melihat ada serombongan orang berada di jalan. Dia langsung tahu kelompok itu adalah demonstran.

Secara tiba-tiba, penegak hukum dari arah berlawanan dipersenjatai meriam air datang untuk membubarkan unjuk rasa.

Kericuhan pun pecah. Militer mulai menembaki, mengejar, dan menghajar pengunjuk rasa dan membuatnya terkejut.

"Saya langsung berpikir bahwa hari ini (28 Februari) adalah hari saya mati. Jadi, saya siap melakukannya," kata dia.

Biarawati berusia 45 tahun itu keluar, dan memohon kepada aparat untuk tak menembaki massa karena mereka tak berbuat jahat.

Dia mengungkapkan, saat itu dia menangis seperti orang gila, seperti induk ayam yang berusaha melindungi anak-anaknya.

Ann Roza mengatakan, dia langsung pergi keluar saat melihat aparat memukuli demonstran, dan mengaku suasananya seperti perang.

"Saya berpikir lebih baik saya yang mati daripada mereka. Saya menangis sejadi-jadinya. Tenggorokan saya sakit," ungkapnya.

Saat itu, yang ada dalam benak Ann Roza adalah menyelamatkan massa dan menghentikan kekejaman aparat.

Dia mengaku tidak takut karena memikirkan korban dua orang gadis di Naypyidaw dan Mandalay yang ditembak mati.

Halaman
12