Terkini Nasional

Raih Elektablitas Tertinggi, Prabowo Disebut Punya Satu Minus, Jadi Faktor Kekalahan dari Jokowi?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengamat Politik Adi Prayitno tanggapi hasil survei elektabilitas calon presiden (capres) di Pilpres 2024 mendatang, dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam, Selasa (23/2/2021).

TRIBUNWOW.COM - Pengamat Politik Adi Prayitno memberikan tanggapi hasil survei terkait tingkat elektablitas dari para calon presiden di Pilpres 2024.

Dilansir TribunWow.com, hasil survei dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan nama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto masih teratas.

Elektabilitas Prabowo mencapai 22,5 persen, mengungguli Gubernur Jawa Tengah Ganjar Parnowo yang memperoleh 10,6 persen, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 10,2 persen.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberi pesan kepada para kadernya pada hari ulang tahun (HUT) ke-13 Partai Gerindra, diunggah Senin (8/2/2021). Prabowo berpesan kepada kadernya agar jangan takut berkorban dan difitnah demi tujuan partai. (Capture YouTube Gerindra TV)

Baca juga: Gerindra Tak Menampik Kemungkinan Prabowo dan Puan Bergabung di Pilpres 2024: Bisa Terjadi

Baca juga: Punya Elektabilitas Tertinggi sebagai Capres 2024, Prabowo Subianto Mengaku Tak Pernah Besar Kepala

Hanya saja menurut Adi Prayitno, Prabowo memiliki satu kekurangan.

Kekurangan tersebut adalah Prabowo sosok yang kurang merakyat atau kurang dekat dengan masyarakat.

Pada kesempatan itu, Adi Prayitno mengatakan ada banyak variabel yang dipakai oleh rakyat sebagai pertimbangan dalam memilih calon.

Dirinya menambahkan, untuk bisa mengambil hati rakyat, selain butuh popularitas dan elektabiltas tetapi juga perlu adanya kedekatan dengan rakyat itu sendiri.

"Kepuasan kinerja terhadap menteri memang menjadi variabel yang sering dilihat oleh publik sebagai preferensi untuk memilih," ujar Adi Prayitno, dikutip dari acara Apa Kabar Indonesia Malam, Selasa (23/2/2021).

"Tapi ingat, bahwa ada sentimen psikologis, seperti merakyat itu menjadi preferensi pilihan politik," imbuhnya.

Adi Prayitno lantas sedikit membandingkan satu kekurangan dari Prabowo tersebut dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dikatakannya bahwa kekurangan dari Prabowo justru menjadi satu kelebihan dari seorang Jokowi,

Menurut Adi Prayitno, kemenangan Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019 tidak terlepas dari sifat merakyat yang dimiliki oleh Presiden asal Solo Jawa Tengah itu.

Baca juga: Respons PDIP dan Gerindra soal Survei Capres 2024: Prabowo Teratas, Disusul Ganjar, Anies, Ahok

Baca juga: Ungkit Pilpres 2014-2019, Refly Harun soal Sikap Pasif Prabowo seusai Jadi Menteri: Masih Perkasa

"Kita ingat Jokowi 2014 dan 2019 yang paling diingat masyarakat karena dia merakyat, suka blusukan, tidak berjarak kepada masyarakat," ungkapnya.

"Prabowo misalnya dengan tingkat kepuasan kinerja cukup baik, popularitas dan elektablitas baik, tapi saya melihat ada psychological barrier," imbuhnya.

"Ada jarak psikologi yang kemudian menjadi minusnya. Misalnya Prabowo agak sedikit berjarak dengan masyarakat, kalau ketemu tidak bisa salaman langsung, misalnya," jelas Adi Prayitno.

Tanpa mengesampingkan kinerja, Adi Prayitno menyebut persoalan psikologi juga bisa menjadi pertimbangan penting.

"Jadi dalam politik kita itu tidak ini tidak melulu bicara tentang kinerja yang itu didasarkan pada aspek rasionalitas, bukan hanya isi otak tetapi juga hati," tegasnya.

Simak videonya mulai menit ke-3.21:

Respons Prabowo Subianto

Hasil survei elektabilitas tersebut tidak membuat Prabowo lantas menjadi besar kepala.

Kepastian itu disampaikan oleh Juru Bicara Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam, Selasa (23/2/2021).

Dahnil mengatakan bahwa Prabowo dalam menanggapi hasil-hasil survei sebagai sebatas tahu saja.

Terlepas dari itu, Dahnil memastikan bahwa Prabowo sejauh ini belum memikirkan soal tujuan politiknya, meski secara survei terus unggul.

Baca juga: Ungkit Pilpres 2014-2019, Refly Harun soal Sikap Pasif Prabowo seusai Jadi Menteri: Masih Perkasa

Karena menurutnya, fokus dari Ketua Umum Partai Gerindra itu adalah melaksanakan tanggung jawab yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Menhan.

Bahkan dikatakannya, karena ingin bekerja secara profesional, Prabowo dikatakan Dahnil tidak pernah berurusan langsung soal masalah politik dan memilih menyerahkan kepada Ketua Umum Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad.

"Itulah kenapa Pak Prabowo menunjuk Ketua Umum Harian itu Pak Sufi Dasco agar kemudian kerja-kerja politik bisa didelegasikan kepada pengurus partai yang lain," ujar Dahnil.

"Sehingga Pak Prabowo tidak secara langsung terlibat dalam agenda-agenda politik, Beliau ingin fokus bekerja memastikan pertahanan Republik Indonesia semakin kuat," imbuhnya.

Maka dari itu, Dahnil menegaskan bahwa belum waktunya juga bagi Prabowo untuk memikirkan hasil-hasil survei tentang elektabilitas menuju Pilpres 2024.

"Jadi Pak Prabowo terus terang menanggapi hasil-hasil survei yang ada, baik itu memposisikan Pak Prabowo di atas atau di bawah sebagai bagian yang biasa saja, tidak pernah besar kepala," kata Dahnil.

"Dan Pak Prabowo memaknainya 'Ya sudah itu adalah persepsi publik yang kapanpun bisa berubah' dan tentu untuk tetap menjaga kinerja beliu, fokus beliau tetap pada kerja-kerja pertahanan," pungkasnya. (TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)