Hal itu tentu menyulitkan bagi warganya untuk mencari makan.
"Jadi jangan heran kalau di kampung sini cari warung makan aja susah," ungkap Gihanto.
"Ya memang kondisinya begitu, dapat uang lalu beli mobil, ada juga yang dibelikan tanah lagi maupun bangunan rumah juga," tuturnya.
225 KK Jual Tanah
Dikutip dari Surya.co.id, rata-rata warga mendapat perolehan Rp8 miliar dari penjualan tanah.
Warga yang memiliki 4 hektar tanah mencapai Rp26 miliar
Selain itu ada pula warga asal Surabaya yang memiliki lahan di desa tersebut yang mendapat Rp38 miliar.
Jumlah fantastis itu disebabkan Pertamina menghargai tanah jauh di atas pasaran, yakni Rp600-800 ribu per meter, sementara hara jual pada umumnya sekitar Rp100-150 ribu per meter.
Gihanto menyebutkan di desanya ada 840 KK, tetapi hanya 225 KK yang menjual tanahnya karena termasuk dalam penetapan lokasi (penlok) kilang minyak.
Rata-rata warga yang menjual tanahnya menggunakan 90 persen pendapatan untuk membeli mobil, 75 persen untuk membeli tanah, dan 50 persen untuk membangun rumah.
Baca juga: Cerita Aneh di Balik Mobil yang Tersesat di Hutan Gunung Putri, Tak Sadar Lalui Semak dan Jalan Batu
Sementara itu ada pula yang menjadikan pendapatan untuk modal usaha, tetapi jumlahnya sedikit sekali.
"Yang dibuat untuk usaha sedikit, banyak yang digunakan untuk beli mobil, sudah ada 176 mobil baru yang dibeli secara bertahap, kemarin baru datang 17 mobil," papar Gihanto.
Warga Tak Menyangka
Mulyadi, warga setempat, mengaku ingin membeli mobil untuk kebutuhan sehari-hari.
Ia tidak menjelaskan lebih rinci berapa jumlah yang didapat dari proyek Pertamina-Rosneft tersebut.