Terkini Nasional

Natalius Pigai Ungkap Kronologi Cuit Hendropriyono hingga Dibalas Abu Janda, Mulanya terkait FPI

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Rekarinta Vintoko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai angkat bicara tentang kronologi konfliknya dengan penggiat media sosial Permadi Arya alias Abu Janda, Kamis (4/2/2021).

TRIBUNWOW.COM - Mantan Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Natalius Pigai angkat bicara tentang kronologi konfliknya dengan penggiat media sosial Permadi Arya alias Abu Janda.

Dilansir TribunWow.com, hal itu terungkap dalam tayangan di kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored, Kamis (4/2/2021).

Diketahui Abu Janda dilaporkan atas dugaan ujaran kebencian berbasis suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) terhadap Pigai melalui cuitan di Twitter.

Pegiat media sosial, Permadi Arya alias Abu Janda di patung kuda Arjuna Wiwaha Jakarta, Selasa (14/1/2020) (Tribunnews.com/Lusius Genik Lendong)

Baca juga: Natalius Pigai Dilaporkan Balik karena Dianggap SARA, Refly Harun: Saya Sendiri Tidak Mendukung

Cuitan itu untuk membalas Pigai yang berkomentar tentang mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendropriyono.

Menurut Pigai, cuitannya yang menyinggung Hendropriyono berawal dari keprihatinan terhadap organisasi masyarakat (ormas) Front Pembela Islam (FPI).

"Memang sebelumnya soal masalah pemerintah mau membubarkan FPI. Kemudian mereka menekan FPI supaya seluruh infrastruktur mereka hancur," ungkap Natalius Pigai.

Ia menilai pembubaran FPI menunjukkan negara menggunakan kekuasaan berlebih.

"Saya memandang saya lebih memahami FPI. Ketika FPI itu bubar, yang pertama tentu organisasinya. Yang kedua para pekerjanya. Berapa juta orang yang hidup dari FPI?" ungkit Pigai.

Ia melanjutkan, FPI menjadi wadah pembicaraan isu-isu agama dan doktrin tertentu.

FPI memfasilitasi kelompok yang ingin membahas ideologi khilafah.

"Kedua, FPI itu juga salah satu ruang yang disediakan diskursus wacana-wacana berbagai persoalan yang realis langsung dengan pemahaman doktrin," terang Pigai.

"Saya memahami bahwa kelompok yang sering tidak puas dalam konteks ideologi khilafah, konteks ideologi agama, itu ada di sana juga," lanjut aktivis HAM tersebut.

Baca juga: Temui Abu Janda, Gus Miftah Beri Peringatan: Jangan sampai Ada Anggapan Mas Arya Mewakili NU

Menurut Pigai, kelompok-kelompok seperti ini sebaiknya dibiarkan masuk dalam organisasi tertentu agar tidak menjadi liar.

Negara juga dapat mengontrol dan mengelola hubungannya agar baik dengan antarorganisasi.

Pigai lalu membalas cuitan Hendropriyono ketika membahas pembubaran FPI itu.

Halaman
1234