TRIBUNWOW.COM - Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo telah resmi menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) menggantikan Idham Azis.
Menanggapi hal itu, politisi senior sekaligus pendiri Partai Ummat, Amien Rais mengaku tepat prediksinya.
Dilansir TribunWow.com, Amien Rais mengaku sudah memprediksikan Listyo Sigit Prabowo yang akan dipilih oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk diserahkan ke Komisi III DPR RI.
Baca juga: Amien Rais Minta Kapolri Listyo Sigit Batalkan PAM Swakarsa: Punya Potensi Terjadi Proxy Killing
Baca juga: Ungkit Kasus Munir, Refly Harun Harap Listyo Sigit Bongkar Penembakan 6 Laskar FPI: Jauh Lebih Mudah
Karena seperti yang diketahui, sebelum nama Listyo Sigit dipastikan menjadi calon tunggal Kapolri, setidak ada lima kandidat lainnya.
Terlepas dari itu, Amien Rais tetap memberikan ucapan selamat kepada Listyo Sigit atas jabatannya sebagai pemimpin tertinggi di institusi Polri.
"Jadi sekitar sebulan yang lalu, saya membuat perkiraan atau prediksi bahwa walaupun calon kapolri baru ada empat atau lima, tapi pasti yang akan dipilih oleh Pak Jokowi itu Pak Listyo SIgit Prabowo," ujar Amien Rais.
"Dan saya ucapkan selamat sudah dilantik," ungkapnya.
Bahkan Amien Rais mengaku cukup puas dengan pemaparan materi dari Listyo Sigit saat menjalani uji kepatutan dan kelayakan bersama Komisi III DPR RI.
Meski begitu, mantan Ketua Umum PAN itu mengaku ada yang disesalkan dari sikap Listyo Sigit, yakni berkaitan dengan rencananya membentuk kembali PAM Swakarsa.
"Waktu cermati ketika uji kelayakan jadi saya sesungguhnya melihat yang disampaikan bagus akan begini, akan begitu," kata Amien Rais.
"Namun saya agak miris dan galau ketika Pak Kapolri baru itu sudah merencanakan akan membentuk PAM Swakarsa yang lain dengan PAM Swakarsa gaya 1998 dulu," ungkapnya.
Baca juga: Gus Miftah Dukung Kapolri Listyo Sigit: Yang Salah Itu Kalau Dia sebagai Ketua MUI
Amien Rais lantas mengungkit peristiwa kelam tahun 1998 yang juga ada kaitannya dengan PAM Swakarsa tersebut.
"PAM Swakarsa tahun 1998 itu dibentuk oleh TNI untuk membendung demo mahasiswa dan pemuda sambil mengamankan sidang istimewa MPR tahun 1998," paparnya.
"Jadi kenyataannya, PAM Swakarsa memang berakhir dengan sebuah tragedi Semanggi."
"Dan lebih dari itu juga terjadi semacam pembelahan masyarakat, walaupun cuman di Jakarta, tapi itu cukup membuat suasana kalut pada waktu itu," pungkasnya.