TRIBUNWOW.COM - Pemerintahan Amerika Serikat (AS) bereaksi atas ledakan besar di Riyadh, Arab Saudi pada Selasa (26/1/2021) lalu.
Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) AS yang baru terpilih, Antony Blinken.
Diketahui ledakan itu terjadi tidak lama setelah Presiden AS terpilih Joe Biden menyatakan sumpahnya di hadapan negara dan masyarakat AS.
Baca juga: Heboh Ledakan di Riyadh, Kejadian 3 Hari Lalu saat Arab Saudi Blokir Rudal Diduga Jadi Pemicu
Menurut Blinken, pemerintahan Biden akan segera merevisi label teroris yang disematkan kepada kelompok pemberontak asal Yaman, Houthi.
Pelabelan terorisme itu merupakan kebijakan Presiden AS terdahulu, Donald Trump, yang kini digantikan Biden.
Blinken menilai kebijakan Trump itu akan memperparah krisis kemanusiaan di kawasan Timur Tengah, yang saat ini sudah disebut sebagai yang terburuk di dunia.
Ia menegaskan pemerintahan Biden akan merombak pelabelan terorisme ini sesegera mungkin.
Dikutip dari al-monitor.com, Kementerian Keuangan AS pada pemerintahan Biden menyatakan akan segera menghapus pembatasan transaksi keuangan dengan kelompok atau organisasi yang berasosiasi dengan Houthi.
Namun pembatasan akan tetap berlaku bagi para pemimpin kelompok yang telah dinyatakan sebagai pemberontak.
Revisi ini dipertimbangkan setelah beberapa organisasi aktivis HAM mengkritisi kebijakan Trump terhadap Houthi.
Diketahui kelompok pemberontak tersebut disinyalir menjadi dalang terhadap ledakan di Riyadh.
Baca juga: Kelompok Tak Dikenal Klaim Bertanggung Jawab atas Ledakan Besar di Arab Saudi: Telah Memenuhi Janji
Pasalnya tiga hari sebelum kejadian, militer Arab Saudi memblokir serangan misil rudal dari Houthi yang diarahkan ke Riyadh.
Pemerintahan Arab Saudi sendiri berperan mengintervensi penggulingan Presiden Yaman Abd Rabbuh Mansour Hadi oleh kelompok Houthi pada 2015.
Sejak saat itu kelompok Houthi melancarkan sejumlah serangan ke arah Arab Saudi, terutama ke Riyadh.
Namun sebelumnya serangan Houthi belum pernah mencapai Riyadh yang berada 700 kilometer dari perbatasan.
Houthi sendiri membantah pihaknya mengirim rudal yang mengakibatkan ledakan pada Selasa lalu.
Arab Saudi Blokir Rudal Diduga Jadi Pemicu Serangan Houthi
Suara ledakan dahsyat menghebohkan warga Riyadh, Arab Saudi pada Selasa (26/1/2021) lalu.
Dilansir TribunWow.com, ledakan itu terjadi sekitar pukul 13.00 waktu setempat.
Menurut keterangan saksi mata di Riyadh, suara ledakan terdengar dua kali dan gumpalan asap menghiasi langit ibu kota Arab Saudi tersebut.
Baca juga: Dituding sebagai Pengirim Rudal yang Sebabkan Ledakan di Riyadh, Kelompok Houthi Berikan Bantahan
Sejumlah video yang menunjukkan detik-detik ledakan juga menjadi viral di media sosial.
Namun pemerintah Arab Saudi belum memberikan pernyataan resmi terkait ledakan ini.
Dikutip dari dailysabah.com, diduga serangan misil rudal dan drone dilakukan oleh kelompok pemberontak Houthi yang didukung Iran.
Serangan tersebut diperkirakan menargetkan bandara sipil dan infrastruktur perminyakan di Arab Saudi yang ada di sekitar Riyadh.
Diketahui tiga hari sebelumnya koalisi militer Arab Saudi memblokir serangan misil serupa yang diarahkan ke Riyadh pada Sabtu (23/1/2021).
Pemerintah Arab Saudi mengklaim serangan itu dilakukan kelompok yang sama melalui drone.
Baca juga: Kelompok Tak Dikenal Klaim Bertanggung Jawab atas Ledakan Besar di Arab Saudi: Telah Memenuhi Janji
Dikutip dari middleeasteye.net, diketahui Houthi merupakan kelompok pemberontak dari Yaman yang mulai beraksi sejak 2015.
Saat itu pemerintah di Riyadh berupaya memimpin koalisi militer internasional demi memperbaiki pemerintahan Yaman yang digulingkan kelompok Houthi.
Arab Saudi melakukan intervensi untuk mendukung Presiden Yaman Abd Rabbuh Mansour Hadi.
Sejak saat itu Arab Saudi kerap menjadi target penyerangan Houthi, terutama di kawasan perbatasan.
Namun jarang serangan Houthi yang diluncurkan menggunakan drone dapat mencapai ibu kota Riyadh yang berada 700 kilometer dari perbatasan.
Meskipun begitu, Houthi membantah menjadi dalang di balik serangan yang menghebohkan Riyadh pada Selasa lalu. (TribunWow.com/Brigitta)