TRIBUNWOW.COM - Influencer sekaligus tenaga kesehatan (nakes) dr Tirta Mandira Hudhi akhir-akhir ini terus menjadi perhatian publik atas gaya bicaranya yang keras dan ngegas ketika memperingatkan orang yang tidak peduli dengan protokol kesehatan (prokes).
Sejak awal pandemi Covid-19 menyebar di Indonesia, dr. Tirta tak henti-hentinya memberikan edukasi soal pentingnya menerapkan prokes agar terhindar dari Covid-19.
Lewat akun Instagram-nya, dr. Tirta mengunggah video dirinya ngegas memberikan penjelasan ke seorang warganet yang tidak ingin menerima vaksin Covid-19.
Baca juga: Perangi Hoaks soal Vaksin Covid-19, Pemerintah Minta Masyarakat Lakukan Tiga Langkah Mudah Ini
Video itu direkam oleh dr. Tirta menggunakan TikTok yang kemudian ia unggah di Instagram-nya @dr.tirta, Senin (25/1/2021).
Komentar warganet tersebut bertuliskan '100000000000% gua kagak mau divaksin'.
Emosi menanggapi warganet yang anti vaksin, dr. Tirta menjelaskan bahwa manusia sejak kecil bahkan setelah lahir sudah menerima sejumlah suntikan dan vaksin untuk meningkatkan kesehatan mereka.
"Lu itu dari kecil sudah divaksin, sadar enggak?" kata dr. Tirta.
"Lu lahir saja sudah divaksin Vitamin K sama injeksi anti hepatitis."
"Lu nolak vaksin baru sekarang, sok edgy lu," ucap dr. Tirta dengan gaya bicaranya yang khas.
Lewat caption unggahannya, dr. Tirta menuliskan rasa terima kasih kepada TikTok karena lewat aplikasi tersebut ia bisa marah-marah.
Berikut caption lengkap yang ditulis oleh dr. Tirta:
"Efek kekalahan, sekarang terlampiaskan di @tiktokofficialindonesia
Tinggal cari komentar absurd soal kesehatan. Gas aje satu2
D ig kan susah ngegas via teks. Enak deh. Makasih menyediakan wadah buat marah2" ujarnya.
Kritik Keras Opsi Vaksinasi Mandiri
Pada unggahan sebelumnya, dr. Tirta telah mengkritik keras rencana pemerintah melangsungkan opsi vaksinasi secara mandiri.
Menanggapi hal tersebut, influencer sekaligus tenaga kesehatan dr. Tirta Mandira Hudhi secara tegas menyampaikan bahwa dirinya tidak setuju.
Dokter Tirta berpendapat, adanya opsi vaksinasi mandiri akan menimbulkan perdebatan di publik.
Ia merasa akan banyak masyarakat nanti yang berpandangan bahwa vaksin yang diperoleh secara mandiri memiliki kualitas berbeda.
"Hal kayak gini itu jujur akan membuat pemberian vaksinasi Covid jadi terganggu, karena ada yang gratis, ada yang bayar," kata dr. Tirta.
"Seolah-olah nanti kualitasnya berbeda, padahal sama saja."
Menurut dr. Tirta, vaksinasi sebaiknya tetap dilakukan secara gratis tanpa perlu adanya opsi vaksinasi mandiri.
"Harusnya kalau gratis, semuanya gratis," ujar dia.
Ia mengatakan, masyarakat nantinya akan merasakan tidak menjadi prioritas karena vaksinasi mandiri tidak perlu menunggu jadwal dari pemerintah.
Alasan lain yang dipaparkan oleh dr. Tirta adalah kesulitan dalam mengedukasi masyarakat soal vaksinasi mandiri.
"Karena akan membuat yang kaya dan yang dapet (punya) uang, seolah-olah dapat duluan, enggak boleh kayak gini," terang dia.
"Gratis ya gratis semua."
"Orang lapangan nanti yang ribet," tandasnya.
Baca juga: Vaksin Covid-19 Sinovac Tak Bisa Diberikan pada Orang dengan Kriteria Tertentu, Simak Daftarnya
Simak videonya mulai menit awal:
Kapan Vaksinasi Covid-19 di Indonesia Selesai?
Dijelaskan oleh Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, awalnya Kemenkes menargetkan vaksinasi selesai dalam waktu 15 bulan.
"Target ini disusun berdasarkan ketersediaan vaksin yang akan kita terima di Indonesia ini," ujar Siti, dikutip dari YouTube Metrotvnews, Sabtu (23/1/2021).
Namun karena Presiden Jokowi ingin agar vaksinasi dipercepat, akhirnya program vaksinasi ditargetkan untuk selesai pada tahun 2021 ini.
"Tetapi kemudian sesuai dengan arahan Bapak Presiden, kita harus mengakselerasi pelaksanaan vaksinasi ini," kata dia.
Baca juga: Penjelasan IDI soal Bupati Sleman yang Positif Covid-19 setelah Sepekan Disuntik Vaksin Sinovac
Siti menjelaskan, vaksin yang rencananya akan diterima pada triwulan 2022 mendatang, akan diusahakan dipercepat agar bisa datang pada tahun 2021 ini.
"Sehingga kita bisa menyelesaikan proses vaksinasi ini di tahun 2021," ujarnya.
Ia menyebut, vaksinasi Covid-19 dimungkinkan untuk selesai pada tahun 2021.
"Memungkinkan untuk bisa kita lakukan," ujar dia.
Siti memaparkan, selain ketersediaan vaksin, hal lain yang harus diperhatikan adalah jumlah vaksinator (penyuntik vaksin), layanan kesehatan, dan distribusi vaksin.
Ia menambahkan, untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity, harus mencapai kurang lebih 181,5 juta jiwa.
"Untuk mencapai herd immunity itu kita harus memvaksinasi 70 persen dari penduduk," terang Siti.
Namun jumlah penduduk yang harus divaksin masih dinamis atau masih dapat berubah.
"Angka ini masih mungkin bisa bergerak," pungkasnya. (TribunWow.com/Anung)