"Saya akan pergi ke pertandingan bisbol dan saya akan menggulung kartu skor, dan saya akan duduk di barisan belakang, dan semua teman saya akan melihat saya, dan saya akan menyiarkan permainan itu untuk diri saya sendiri. Saya berkhayal menjadi penyiar."
Masa kecil King yang indah terhenti pada usia sembilan tahun ketika ayahnya, yang baru berusia 43 tahun, meninggal karena serangan jantung yang parah.
"Ayahku adalah kekuatan penuntun dalam hidupku," kata King.
"Saya menerima kematiannya dengan sangat buruk karena saya menganggapnya sebagai dia meninggalkan saya. Ayahku adalah hidupku."
Kematian tragis ayahnya menyebabkan kesulitan ekonomi bagi King, ibu janda dan adik laki-lakinya, Martin.
Keluarga tersebut terpaksa pindah ke Bensonhurst dan menjalani program kesejahteraan yang memaksakan praktik kunjungan rutin yang memalukan oleh pegawai pemerintah untuk memeriksa dan memastikan bahwa keluarga itu hidup sesuai kemampuannya.
"Meskipun saya orang yang sangat pemaaf, jika ada Tuhan, saya akan kesulitan memaafkan-Nya,'' kata King berbagi.
Terlepas dari pendidikan Ortodoksnya yang ketat, dia tidak pernah berlatih lagi,
"Saya sangat Yahudi secara sosial. Saya suka humor Yahudi, saya suka makanan Yahudi, saya suka menjadi Yahudi, tapi saya tidak religius."
Pernah Jadi Sopir Truk
King memasuki dunia kerja setelah lulus dari sekolah menengah untuk membantu menafkahi keluarganya.
Nilainya tidak cukup baik untuk kuliah jadi dia mengambil serangkaian pekerjaan sambilan sebagai sopir truk UPS dan tukang susu untuk membantu menafkahi keluarganya.
Dia bekerja di ruang surat sebuah perusahaan merchandising di tengah kota Manhattan yang kebetulan berbagi gedung yang sama dengan stasiun radio CBS-WOR.
"Hampir lima atau enam kali sehari saya naik lift ke lantai 22 dan berpura-pura menjadi penyiar. Seperti turun di lift untuk pergi makan siang," tulisnya dalam biografinya.
"Dan kadang-kadang ketika saya naik lift, beberapa penyiar akan berjalan terus. Dan saya akan mendengar mereka berbicara, dan saya hanya ingin melakukan itu. Saya hanya ingin menjadi itu."