Vaksin Covid

Orang Tanpa Gejala Covid-19 yang Divaksin Bisa Cepat Wujudkan Herd Immunity, Ini Penjelasannya

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Claudia Noventa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Jokowi menerima suntikan vaksin pertama Covid-19 buatan Sinovac pada Rabu (13/1/2021) di Istana Merdeka, Jakarta.

TRIBUNWOW.COM - Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menjawab tentang vaksin yang diberikan kepada orang tanpa gejala (OTG).

Dilansir TribunWow.com, hal itu diatur dalam Surat Keputusan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor HK.02.02/4/1/2021 tentang Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19.

Sebelum vaksinasi, masyarakat wajib di-screening untuk memastikan kondisinya.

Penyuntikan vaksin Covid-19 di RSU Tangsel, Pamulang, Jumat (15/1/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/JAISY RAHMAN TOHIR)

Baca juga: Orang yang Sudah Divaksin Masih Bisa Positif Covid-19, IDI: Tidak Bisa Melindungi 100 Persen

Dalam screening tersebut akan ditentukan apakah calon penerima layak mendapat suntikan vaksin.

Saat screening, ada kemungkinan seseorang berstatus OTG lolos karena tidak mendapati gejala apapun.

Menurut Siti Nadia, hal ini tidak berpengaruh ke vaksinasi yang akan diterima karena antibodi dalam tubuh OTG belum terbentuk sempurna.

“Tidak berbahaya karena sebenarnya antibodi pada OTG mungkin belum optimal," jelas Siti Nadia, dikutip dari Kompas.com.

Maka dari itu vaksin dapat mengurangi risiko penularan.

Diketahui saat ini pemerintah menargetkan kekebalan komunitas (herd immunity).

Menurut Nadia, justru kekebalan komunitas ini dapat segera terwujud jika vaksinasi dilakukan dalam skala yang lebih luas.

"Kalau konsep vaksinasi, makin banyak yang mendapat vaksin tentunya meminimalkan risiko. Maka herd immunity cepat terjadi,” jelasnya.

Di luar itu, ada kondisi khusus yang membuat seseorang tidak dapat menerima vaksin.

Hal ini tercantum dalam petunjuk teknis yang sama.

Baca juga: Ariel NOAH Mulai Rasakan Efek Samping setelah 6 Jam Suntik Vaksin Covid-19: Baru Mulai Terasa

Berikut 15 kondisi orang yang tidak dapat disuntik vaksin Covid-19.

1. Terkonfirmasi menderita Covid-19

2. Sedang hamil atau menyusui

3. Mengalami gejala ISPA, seperti batuk, pilek, sesak napas dalam 7 hari terakhir

4. Ada anggota keluarga serumah yang kontak erat atau suspek atau konfirmasi atau sedang dalam perawatan karena penyakit Covid-19 sebelumnya

5. Memiliki riwayat alergi berat atau mengalami gejala sesak napas, bengkak, dan kemerahan setelah divaksinasi Covid-19 sebelumnya (untuk vaksinasi ke-2)

6. Sedang mendapatkan terapi aktif jangka panjang terhadap penyakit kelainan darah

7. Menderita penyakit jantung (gagal jantung atau penyakit jantung koroner)

8. Menderita penyakit autoimun sistemik (SLE atau lupus, Sjogren, vaskulitis, dan autoimun lainnya

9. Menderita penyakit ginjal (penyakit ginjal kronis atau sedang menjalani hemodialysis atau dialysis peritoneal atau transplantasi ginjal atau sindroma nefrotik dengan kortikosteroid

10. Menderita penyakit Reumatik Autoimun atau Rhematoid Arthritis

11. Menderita penyakit saluran pencernaan kronis

12. Menderita penyakit hipertiroid atau hipotiroid karena autoimun

13. Menderita penyakit kanker, kelainan darah, imunokompromais atau defisiensi imun, dan penerima produk darah atau transfusi

14. Apabila berdasarkan pengukuran tekanan darah didapati hasil 140/90 atau lebih

15. Menderita HIV dengan angka CD4 kurang dari 200 atau tidak diketahui

IDI: Vaksin Tidak Bisa Melindungi 100 Persen

Proses penyuntikan vaksin Covid-19 di Indonesia sudah dimulai sejak Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menerima suntikan pertama pada Rabu (13/1/2021).

Sebelum memulai proses vaksinasi, pemerintah selalu mengingatkan bahwa protokol kesehatan, mulai dari menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker harus tetap dilakukan meski sudah mendapat vaksin.

Senada dengan pemerintah, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menegaskan bahwa orang yang sudah divaksin masih mungkin terpapar Covid-19.

Baca juga: Hari Ketiga Vaksin Covid-19, Jubir Vaksinasi Sebut Sejauh Ini Tidak Ada Efek Samping yang Dilaporkan

Hal itu dinyatakan oleh Juru bicara Vaksin IDI Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI, dikutip dari YouTube BNPB Indonesia, Jumat (15/1/2021).

Awalnya, dr. Iris menjelaskan bahwa target dari vaksinasi saat ini adalah herd immunity atau kekebalan imunitas.

Untuk mencapai target tersebut diperlukan vaksinasi kepada 70 persen total penduduk Indonesia atau kurang lebih harus mencakup 160 juta penduduk.

Sebanyak 17 tenaga medis yang terdiri dari 5 tenaga medis dari Puskemas Gambir dan 12 tenaga medis dari Dinas Kesehatan menerima vaksin Covid-19 Sinovac di Puskesmas Gambir, Cideng, Jakarta Pusat, Kamis (14/1/2021). (WARTAKOTA/Henry Lopulalan)

Berdasarkan kalkulasi dr. Iris, proses vaksinasi di Indonesia untuk mencapai 70 persen tersebut, perlu waktu dua tahun lebih.

"Untuk mencapai itu, Indonesia butuh waktu yang bertahap karena jumlah vaksinnya yang terbatas, dan juga negara kita terdiri dari kepulauan," ujar dia.

"Karena itu tetap harus jalankan protokol kesehatan selama pandemi berlangsung walaupun kita sudah lengkap divaksinasi."

Dokter Iris mengatakan, orang yang sudah divaksin masih mungkin terpapar Covid-19.

"Vaksin tidak bisa melindungi 100 persen," kata dia.

Ia menjelaskan, setiap orang yang sudah divaksin membentuk antibodi dalam kadar yang berbeda-beda.

Namun orang yang sudah divaksin, dipastikan tidak akan mengalami gejala berat jika terpapar Covid-19.

"Seandainya kalaupun dia kena sakit Covid padahal sudah divaksinasi, itu mungkin saja," ujar dia.

"Hanya saja bilamana dia sakit, tidak seberat dengan orang yang (tidak) divaksinasi," sambungnya.

"Protokol kesehatan tetap harus dijalankan sampai pandemi berakhir," tandasnya. (TribunWow.com/Brigitta/Anung)