Kabar Ibu Kota

Pengakuan Tunawisma yang Diangkut Risma, Ungkap Obrolan dengan Mensos: Tidak Tega dan Sedih

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Mohamad Yoenus
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bekasi (8 Januari 2020) - Menteri Sosial Tri Rismaharini berkunjung ke Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelandangan dan Pengemis (BRSEGP) “Pangudi Luhur” Bekasi untuk menyapa para Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) sekaligus meninjau fasilitas dan program kerja yang terdapat di Balai 'Pangudi Luhur'. Terbaru, Mensos Risma memberikan penjelasan soal aksi blusukan yang ia lakukan.

Maka dari itu Risma tidak perlu melakukan blusukan karena ingin mencari simpati masyarakat, bahkan pencitraan.

"Apa setingkat Bu Risma yang saya lihat sukses dan cukup populer yang telah membangun Kota Surabaya dengan gaya kepemimpinan Bu Risma sebagai wali kota itu dan terbukti sukses membangun kota itu masih butuh dipersepsikan sebagai pencitraan?" tanya Aria.

"Ini yang saja justru pertanyakan. Apakah setingkat Bu Risma masih butuh itu? Enggak mungkin," tegasnya.

Aria menyebut blusukan sudah menjadi gaya kepemimpinan Risma sejak menjabat wali kota.

Hal tersebut lazim dilakukannya, bukan hanya karena diangkat sebagai Menteri Sosial.

Aria menambahkan, gaya Risma ini disebutnya sebagai "pemimpin yang transformatif".

Baca juga: Gelandangan Banyak Muncul setelah Risma Rajin Blusukan ke Jakarta, bahkan Berasal dari Luar Ibu Kota

"Ini adalah cara dan gaya kepemimpinan, bahwa blusukan itu artinya mblusuk kepada rakyat yang merupakan gaya kepemimpinan transformatif," papar mantan anggota DPR ini.

"Bagaimana mampu meyakinkan kehendak subjektif pemimpin dan kehendak rakyat," lanjut Aria.

Diketahui Risma sempat menemui beberapa pemulung saat melakukan blusukan di Jakarta.

Menurut Aria, sikap Risma membangkitkan semangat dan optimisme warga yang dikunjungi.

Aria mengingatkan tindakan Risma itu menunjukkan bukan hanya masalah bantuan sosial yang didistribusikan, tapi lebih untuk mengingatkan warga akan kehadirannya.

"Satu yang penting adalah bagaimana rakyat yang kadang merasa termajinalkan itu mendapatkan suatu kehormatan dengan kehadiran para pemimpinnya," terang Aria.

"Tipe-tipe kepemimpinan transformatif inilah bagaimana perkataan dan kemampuan berkomunikasi," jelas dia. (TribunWow.com/Brigitta)