TRIBUNWOW.COM - Juru Bicara mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), Husain Abdullah, angkat bicara tentang pernyataan JK yang dianggap menuai kontroversi.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan di kanal YouTube iNews, Senin (23/11/2020).
Diketahui sebelumnya Jusuf Kalla menanggapi pencopotan baliho pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Muhammad Rizieq Shihab alias Habib Rizieq.
Baca juga: Putri-Menantu Habib Rizieq Tak Penuhi Panggilan Polda, Fadli Zon: Urusan Apa? Mereka Pengantin Baru
JK menilai dukungan yang disampaikan simpatisan FPI kepada Rizieq terjadi karena adanya "kekosongan kepemimpinan".
Husain kemudian menjelaskan maksud pernyataan tersebut tidak bertujuan menuai kontroversi.
"Sebenarnya maksud Pak JK simpel dan sederhana saja, cuma tafsirnya orang melihatnya dari sisi masing-masing," kata Husain Abdullah.
"Jadi ini yang membuat jadi ramai," lanjutnya.
Husain lalu menerangkan maksud Jusuf Kalla menyampaikan hal itu adalah untuk menyentil para legislator.
"Pak JK sebenarnya, kalau kita memperhatikan konteks pembicaraannya, itu lebih kepada aspek aspirasi atau legislasi," terangnya.
Selain itu, pernyataan JK disampaikan di dalam sebuah webinar yang diselenggarakan PKS.
Dalam konteks tersebut, Husain menerangkan, JK ingin partai-partai berbasis Islam dapat terus menyadari perannya menyampaikan aspirasi masyarakat.
Baca juga: Rizal Ramli Tuduh Jusuf Kalla Menjegalnya agar Tak Jadi Menteri, JK: Dia Bikin Isu
"Jadi Pak JK tidak, artinya secara luas, menyebutkan kata 'kekosongan' itu ke banyak sisi, karena konteks pembicarannya ketika tampil sebagai pembicara pada webinar PKS," kata Husain.
"Pada kesempatan itu, Pak JK sebenarnya memberi satu saran konstruktif atau pandangan, sekaligus peringatan agar kekurangan, kelemahan partai-partai khususnya yang berbasis Islam," lanjutnya.
Menurut Jusuf Kalla, peran wakil rakyat kurang menonjol saat ini dalam menyampaikan aspirasi masyarakat.
Hal itu yang menjadi perhatian sang mantan wakil presiden saat menyebut istilah "kekosongan kepemimpinan".
Jika peran itu dipenuhi, maka tidak perlu ada tokoh lain di luar yang mengambil peran sebagai wakil rakyat.
"Mereka ini di mata Pak JK setidaknya kurang menyerap dan mampu menyampaikan aspirasi umat secara prosedural," kata Husain.
"Harusnya aspirasi mereka itu diolah, diagregasi di partai, kemudian di parlemen dibunyikan, sehingga tidak perlu muncul figur-figur alternatif yang mengambil peran sentral dari partai-partai itu," tambahnya.
Lihat videonya mulai dari awal:
Jusuf Kalla Mengerti Aksi yang Dilakukan Massa Habib Rizieq
Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla ikut buka suara menanggapi polemik kasus Imam Besar Front Besar Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab.
Seperti yang diketahui, kepulangan Habib Rizieq langsung mendapatkan atusiasme dari pengikutnya, termasuk acara-acara yang diikutinya.
Namun, kondisi tersebut menjadi polemik lantaran di satu sisi justru melanggar protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19 lantaran terjadi kerumunan.
Baca juga: Spanduk Habib Rizieq Dicopot Paksa, FPI Minta Keadilan: Baliho Revolusi Mental juga Diturunkan
Baca juga: Habib Rizieq Tolak Permintaan Lakukan Swab Test, FPI: Tidak Perlu Repot-repot Mengurusi FPI dan HRS
Dilansir TribunWow.com dalam acara Kompas Petang, Minggu (22/11/2020), Jusuf Kalla mengaku bisa memahami apa yang dilakukan oleh massa Habib Rizieq tersebut.
Menurutnya hal itu terjadi tidak terlepas karena kondisi pemerintahan itu sendiri, selain juga karena memang bentuk kerinduan terhadap pemimpinnya.
Jusuf Kalla menilai ada kekosongan dalam kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sehingga masyarakat tidak lagi bisa menyampaikan keluhan atau aspirasinya.
"Ini menurut saya karena ada kekosongan kepemimpinan yang dapat menyerap aspirasi masyarakat secara luas," ujar Jusuf Kalla.
"Adanya kekosongan itu begitu ada pemimpin yang kharismatik katakanlah begitu atau ada yang berani memberikan alternatif maka orang mendukungnya," jelasnya.
Selain kekosongan di dalam pemerintahan, Jusuf Kalla juga menilai fenomena massa Habib Rizieq menandakan ada ketidakberesan dalam proses demokrasi.
Baca juga: Soal Habib Rizieq, Qodari Sebut Ada Upaya Pilpres 2024: Kalaupun Bukan Calon, Dia Pelaku Lapangan
Ia menyinggung sikap masyarakat yang seakan-akan sudah kehilangan rasa kepercayaan kepada pemerintah, bahkan termasuk wakilnya di Parlemen.
"Massa Habib Rizieq itu adalah sesuatu indikator bahwa ada yang perlu diperbaiki dalam visi demokrasi kita," kata Jusuf Kalla.
"Kenapa ratusan ribu orang itu, kenapa dia tidak percayai DPR untuk berbicara? Kenapa tidak dipercaya partai-partai khususnya partai Islam? Untuk mewakili masyarakat itu," tutup Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) itu. (TribunWow.com/Brigitta/Elfan)