"Kamu tunggu dari aku, lihat mukanya," ujar Thariq terkekeh.

"Mana kado kamu?," tanya Atta.

"Aku besok," elak Thariq.

"Kamu tuh udah setiap tahun kadonya jelek ya," protes Atta.

"Eh, kado gua apa ya tahun kemarin?," ujar Thariq.

"Baju tidur kan," sahut Atta.

"Iya. Eh enggak ding Bang, sepatu," kata Thariq.

"Enggak ada, enggak ada. Enggak pernah kasih kado," tukas Atta.

"Enggak, kasih sepatu tahun ini," timpal Thariq.

"Ngasihnya yang lain kan ya," bela Aurel.

"Mobil guys," cetus Atta.

"Motor kan kalau enggak salah," sahut Aurel.

"Lebih indah dari itu," jawab Thariq.

Atta langsung bertepuk tangan mendengar jawaban adiknya.

"Kita enggak sabar besok, akan semakin banyak kado-kado dari semuanya," kata Atta.

"Emang yang penting itu bukan materinya, tapi lebih ke harganya."

Mendengar hal itu, Aurel tampak panik.

Pasalnya, ia memberi hadiah setelan formal untuk digunakan Atta saat makan malam romantis esok.

Ternyata, makan malam tersebut merupakan kado spesial Aurel untuk sang kekasih.

"Tapi sama memori kan sayang," tambah Aurel.

"Iya memori," jawab Atta.

"Yang teringat, yang bagus kan," kata Aurel.

"Sama harga yang mahal itu bisa teringat," ujar Atta.

Ternyata, Atta berniat meledek sang adik yang suka sembarangan memberi kado.

"Kalau yang murah, enggak?," tanya Aurel.

"Kalau murah tuh teringat juga, cuma teringat banget," kelakar Atta.

"Cuma kalau mahal tuh 'Ih, mahal banget nih', gitu," imbuhnya.

"Lu ngomong kayak gitu tuh ke gua terus kayak ada pressure bang," timpal Thariq.

"Kalau orang lain terserah, untuk Thariq khusus," jawab Atta.

Dengan tampang serius, Thariq memegang lutut sang kakak.

Ia seakan memberi pengumuman penting soal hadiah yang telah dipersiapkannya.

"Oke gue kasih hadiah," kata Thariq.

"Jadi mulai hari ini, gedung ini sampai lantai satunya semuanya akan menjadi milik, orang hotel," tandasnya berkelakar. (TribunWow.com)