Terkini Internasional

Sosok Pelaku Penusukan yang Bunuh 3 Orang di Gereja Prancis, Tidak Termasuk dalam Daftar Teroris

Penulis: anung aulia malik
Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lokasi penusukan yang terjadi di sebuah Gereja di Nice, Prancis, Kamis (29/10/2020).

TRIBUNWOW.COM - Sebanyak tiga orang tewas akibat teror penusukan yang terjadi di sebuah gereja di Kota Nice, Prancis, pada kamis (29/10/2020) pagi.

Aksi teror yang menyasar Gereja Notre Dame itu dilakukan oleh seorang pria berkebangsaan Tunisia bernama Brahim Aioussaoui.

Pelaku kini telah berhasil ditangkap oleh pihak kepolisian Prancis, dan tengah dirawat karena mengalami luka tembak.

Detik-detik penangkapan pelaku teror penusukkan di sebuah Gereja di Nice, Perancis, Kamis (29/10/2020). (YouTube BBC News)

Baca juga: Kronologi Teror Penusukan di Gereja Prancis, 3 Orang Dibunuh secara Brutal sebelum Misa Pagi

Dikutip dari bbc.com, Jumat (30/10/2020), berdasarkan keterangan dari Jaksa anti terorisme Jean-Francois Ricard, pelaku diketahui masih berusia 21 tahun.

Pria kelahiran tahun 1999 itu diketahui masuk ke Eropa pada 20 September lalu.

Brahim datang ke Italia lewat jalur transportasi laut.

Sebelum di Prancis, Brahim lebih dulu menetap di Pulau Lampedusa, Italia.

Ketika ditangkap oleh pihak kepolisian, pelaku membawa sebuah dokumen yang dikeluarkan oleh palang merah Italia.

Nama Brahim sendiri tidak pernah terdaftar dalam institusi keamanan di Prancis.

Di negara asalnya Tunisia, nama Brahim juga tidak dicurigai maupun terdaftar sebagai seorang teroris.

Ricard mengatakan, sejumlah barang bukti telah diamankan dari barang bawaan pelaku.

Barang bukti yang diamankan di antaranya adalah dua buah ponsel, senjata milik pelaku, dua pisau di tas pelaku, dan dokumen-dokumen lainnya.

Mengenai motif, belum diketahui secara jelas apa alasan pelaku melakukan penusukan tersebut.

"Korban ditarget karena kebetulan pada waktu itu sedang berada di gereja," kata Ricard.

Baca juga: 3 Orang Tewas dalam Teror Penusukan di Gereja Prancis, 1 Wanita Dipenggal Pelaku

Korban Wanita Dipenggal Pelaku

Dikutip dari bbc.com, Kamis (29/10/2020), insiden penusukan tersebut diketahui terjadi sekira pukul 09.00 pagi.

Insiden yang disebut sebagai aksi terorisme itu terjadi di dalam Gereja Notre Dame, di Kota Nice.

Tiga korban yang tewas diketahui dibunuh sebelum berlangsungnya misa pagi di gereja tersebut.

Dua korban pertama tewas di dalam gereja.

Korban yang tewas di dalam gereja di antaranya adalah seorang wanita berusia 60 tahun yang dipenggal oleh pelaku.

Kemudian pria berusia 55 tahun yang digorok oleh pelaku.

Pria tersebut diketahui bekerja sebagai staf gereja di tempat kejadian perkara (TKP).

Selanjutnya korban ketiga yakni seorang perempuan berusia 44 tahun yang sempat kabur ke kafe di luar gereja.

Namun pada akhirnya perempuan tersebut tewas karena luka parah akibat serangan pelaku.

Chloe, seorang saksi mata yang tinggal di sekitar TKP mengaku mendengar teriakan orang-orang saat kejadian terjadi.

Ia juga sempat melihat petugas kepolisian berbondong-bondong datang dan melepaskan banyak tembakan.

"Kami melihat dari jendela, ada banyak sekali polisi yang datang, dan banyak suara tembakan senjata api," kata dia.

Pernyataan Wali Kota

Dikutip dari Aljazeera.com, Kamis (29/10/2020), Wali Kota Nice Christian Estrosi menyebut pelaku penyerangan yang menyasar Gereja Notre Dame telah berhasil ditangkap.

Estrosi menyebut insiden penusukan tersebut sebagai sebuah bentuk aksi terorisme.

Belum diketahui apa motif pelaku melakukan aksi penusukkan tersebut.

Baca juga: Komentari Kunjungan Prabowo ke Amerika Serikat, Sandiaga Uno Kutip Kata-kata Favorit sang Menhan

Pelaku diketahui hanya satu orang, yakni seorang pria berkebangsaan Tunisia yang berusia 21 tahun.

Sampai saat ini pelaku masih dirawat di rumah sakit akibat tembakan yang dilepaskan oleh petugas kepolisian.

Insiden ini terjadi tak lama setelah pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menyebabkan kemarahan dari para umat Islam terkait karikatur Nabi Muhammad SAW.

Lewat pernyataannya, Macron membela hak warga Prancis untuk membuat karikatur tentang Nabi Muhammad.

Hal ini lantas memicu protes dari para umat muslim di berbagai belahan dunia.

Dikutip dari bbc.com, Kamis (29/10/2020), Estrosi mengatakan, pelaku sempat mengucapkan kalimat tertentu ketika melakukan penyerangan.

Ia menyebut, pelaku berulang kali mengucapkan kalimat takbir saat melakukan serangan.

Estrosi mengatakan, pelaku tak hanya mengucap takbir saat serangan terjadi.

Ketika pelaku berhasil ditahan, yang bersangkutan masih terus mengucapkan kalimat takbir.

Pemerintah Prancis meyakini pelaku hanya bertindak sendiri dalam serangan tersebut.

Dikutip dari France24.com, Kamis (29/10/2020), sebelum teror penusukkan ini terjadi, pada awal Oktober lalu, seorang guru di Prancis menjadi korban pemenggalan.

Samuel Paty menjadi korban pemenggalan akibat menunjukkan murid-muridnya sebuah karikatur yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW.

Setelah tewasnya Samuel Paty, pemerintah Prancis mengambil sikap tegas untuk terus melindungi masyarakatnya yang ingin menunjukkan gambar karikatur Nabi Muhammad.

Hal ini lah yang memicu protes besar-besaran terhadap Macron dari berbagai umat muslim di seluruh dunia.

Bahkan sejumlah boikot terhadap produk asal Prancis juga terjadi di berbagai negara. (TribunWow.com/Anung)