TRIBUNWOW.COM - Komedian dan Sineas, Ernest Prakasa memberikan tanggapan terkait statement dari Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri.
Sebelumnya, Megawati menanyakan sumbangsih para milenial selain hanya melakukan demonstrasi.
Pernyataan dari Megawati yang disampaikan melalui daring, Rabu (28/10/2020), itu lantas menuai polemik, khususnya bagi kaum milenial itu sendiri.
Baca juga: Fadjroel Minta Bawa UU Ciptaker ke MK, Asfinawati Beri Sindiran soal Penangkapannya di Era Reformasi
Dilansir TribunWow.com, Ernest menilai Megawati terlalu bersemangat sehingga lupa dengan sumbangan yang sudah dilakukan oleh kaum milenial.
Mulanya, dirinya meluruskan bahwa mereka yang melakukan demo tidak bisa lantas disimpulkan sebagai milenial.
Karena menurut Ernest, tidak semua kaum milenial ikut berdemonstrasi, termasuk dirinya sendiri.
"Pertama mau meluruskan, kayaknya kalau demonstrasi itu lebih ke agensi, bukan milenial juga," ujar Ernest, dalam acara Mata Najwa, Rabu (28/10/2020).
"Saya ini masih milenial itungannya, saya boro-boro demo, anak sudah dua, enggak kepikiran juga," jelasnya.
Sedangkan terkait sumbangsih, Ernest secara pribadi mengaku cukup banyak yang sudah dilakukan oleh para milenial dan bisa dikatakan cukup membanggakan.
Dirinya mencontohkan dalam bidang industri digital yang disebutnya sudah bisa bersaing di level internasional.
"Tetapi menurut saya di industri Indonesia yang juga bahkan bukan hanya unicorn, kita punya decacorn," kata Ernest.
"Digital adalah salah satu indikator kemajuan sebuah negara, sebuah bangsa. Indonesia ini punya banyak sekali prestasi di bidang digital, mulai dari startup, sampai atlet-atlet esports kita yang berprestasi di level internasional," terangnya.
"Sampai filemaker-filemaker kita yang menyabet banyak penghargaan di level internasional, dan mereka adalah millennials."
Baca juga: Korek Kuping Disiapkan Massa Pendemo Serikat Pekerja Tolak UU Cipta Kerja untuk Jokowi
Menurutnya, tidak bisa dipungkiri bahwa memang peran anak muda banyak yang dituangkan dalam bidang teknologi dan digital dengan mengandalkan kreativitas yang dimilikinya.
"Di industri kreatif terutama, milenial sebagai anak-anak muda yang punya mungkin agility, punya kemampuan bergerak dan kelincahan yang tidak dimiliki oleh generasi sebelumnya," jelas Ernest.
"Jadi ini mungkin Bu Mega lagi terlalu bersemangat sampai lupa ada poin-poin seperti ini," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke-
Fadjroel Rachman Minta Mahasiswa Ajukan ke MK: Jangan Hanya di Jalananan
Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman memberikan tanggapan terkait sikap dari mahasiswa yang menolak keras Omnibus Law UU Cipta Kerja.
Mahasiswa bahkan menyatakan mosi tidak percaya terhadap pemerintah dan mendesak supaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencabut UU Cipta Kerja.
Dilansir TribunWow.com, Fadjroel Rachman meminta kepada mahasiswa maupun peserta demo lainnya untuk bijak dalam menyuarakan pendapat.
Baca juga: Mahasiswa Demo Tolak UU Cipta Kerja di Jakarta, Jokowi Bersama Keluarga di Istana Bogor
Dirinya berharap para mahasiswa bisa bersikap intelektual dengan cara mengajukan banding ke jalur yang sudah disiapkan, yakni ke Mahkamah Konstitusi.
Hal itu diungkapkannya dalam acara Mata Najwa, Rabu (28/10/2020).
Fadjroel mengaku tidak setuju dan menyayangkan dengan aksi-aksi demonstrasi yang justru menimbulkan kegaduhan.
Meski tak melarang untuk melakukan demo, ia mengingatkan untuk tetap menjaga kondusifitas.
"Makanya hak berdemonstrasi itu boleh tapi jangan merusak fasilitas umum, jangan kemudian juga mengundang kerusuhan sara," ujar Fadjroel Rachman.
Dan menurutnya, alangkah lebih baiknya lagi ketimbang melakukan aksi demo adalah melakukan pengajuan yudisial review ke MK.
"Tolong didorong ke Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi itu adalah lembaga yang dihasilkan dari reformasi, apabila ada persoalan Undang-undang bawa ke Mahkamah Konstitusi," kata Fadjroel.
"Coba datang ke MK terus ajukan yudisial review terhadap keberatan-keberatan Anda," jelasnya.
Fadjroel lantas membandingkan dengan apa yang sebelumnya juga sempat dilakukan, yaitu pada era reformasi.
Baca juga: Jika Jokowi Teken UU Cipta Kerja, KSPI Ancam Bakal Demo Besar-besaran 1 November: Sampai Menang
Dikatakannya kondisinya saat ini jauh lebih baik, karena sudah disiapkan wadah untuk menampung aspirasi dari masyarakat yang merasa keberatan dengan produk-produk hukum, yaitu MK yang sifatnya adalah independen.
Sedangkan menurutnya, pada perjuangannya di era reformasi lebih berat karena belum ada MK.
"Sehingga apa yang disebutkan mosi tidak percaya, jangan hanya di jalananan, jangan merusak, tapi boleh menyatakan pendapat, bawa itu secara intelektual ke dalam Mahkamah Konstitusi," pungkasnya. (TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)