Terkini Daerah

Kesaksian Bidan Dampingi Bocah SLB Tunarungu Hamil seusai Dirudapaksa: Detak Bayinya Terdengar Jelas

Editor: Mohamad Yoenus
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi korban rudapaksa - Bocah tunarungu kelas 5 SLB dirudapaksa hingga hamil.

TRIBUNWOW.COM - Bidan asal Blora Jawa Tengah, Wahyu Vera Apriliani menyampaikan kesaksiannya ketika mendampingi bocah kelas 5 SLB yang hamil akibat diperkosa.

Ia mengaku tak tega lantaran korban yang hamil 5,5 bulan itu terlihat ketakutan saat diperiksa.

Terkait kasus yang menimpa korban, kini Tim Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Blora, Jawa Tengah, tengah mendalaminya.

Ilustrasi - Pencabulan. (tribunlampung.co.id/dodi kurniawan)

 

Baca juga: Di Mata Najwa, Rocky Gerung Andaikan DPR Bermutu soal UU Cipta Kerja: Pasti Tidak Disuruh ke MK

Pihak keluarga korban didampingi pemerintah desa setempat sudah berupaya melaporkan kasus yang menimpa bocah perempuan penyandang tunarungu wicara serta tunagrahita tersebut, pada Rabu (21/10/2020) lalu.

"Kami masih periksa bukti dan sejumlah saksi. Untuk sementara baru keluarga yang kami mintai keterangan," kata Kasat Reskrim Polres Blora AKP Setiyanto saat dihubungi Kompas.com melalui ponsel, Kamis (22/10/2020).

Menurut Setiyanto, untuk mengungkap siapa pelaku yang tega menghamili korban, kepolisian menggandeng tenaga pendidik di SLB tempat korban menuntut ilmu.

Langkah tersebut diharapkan mampu mengorek keterangan dari korban melalui pendekatan persuasif.

"Namun kami masih kesulitan berkomunikasi. Mohon maaf korban cacat tuli, bisu dan sedikit keterbelakangan mental," ungkap Setiyanto. 

 

Baca juga: Viral Mobil Buang Bungkusan Hitam ke Kali, Hotman Minta Ridwan Kamil Usut: Apa yang Dibuang?

Cerita Bidan 

Sementara itu, dihubungi terpisah, salah seorang bidan di kampung halaman korban, Wahyu Vera Apriliani mengatakan, pada 15 Oktober 2020 ia menerima laporan dari warga yang mencurigai dengan perubahan fisik korban.

Vera pun diminta untuk segera melakukan pemeriksaan kesehatan.

"Ketika saya periksa perutnya besar dan setelah saya test pack hasilnya 2 strip atau positif."

"Detak jantung bayinya juga terdengar jelas."

"Hasil tes kehamilan itu juga sudah saya sampaikan ke orangtuanya," tutur Vera kepada Kompas.com.

Keesokan hari, dengan inisiatif sendiri, Vera langsung membawa korban ke Puskesmas untuk pemeriksaan kehamilan atau antenatal care.

Langkah ini, kata dia, sudah lumrah dilakukan oleh ibu hamil untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisiknya.

"Saya kasihan. Orang tuanya tidak mampu dan anaknya ketakutan. Usianya sudah 17 tahun namun memiliki keterbatasan sehingga seperti anak kecil."

Halaman
12