"Prabowo adalah menteri pertahanan yang ditunjuk Presiden Indonesia yang sekarang dua kali terpilih, yang merupakan negara demokrasi terbesar ketiga di dunia," ucap pejabat yang enggan menyebutkan namanya itu, seperti dilansir dari Reuters.
"Dia adalah rekan kita, dari kemitraan yang sangat penting. Dan penting bagi kita untuk terlibat dengannya dan memperlakukannya sebagai mitra," imbuh pejabat tersebut.
Sejak Prabowo diangkat menjadi Menteri Pertahanan oleh Presiden Joko Widodo, Washington terus berupaya memperdalam hubungan pertahanan dengan Indonesia.
Sebab, pada saat yang sama, militer Indonesia juga terus mendapat rayuan dari Rusia dan China.
AS diperkirakan akan memperbarui peringatan ke Jakarta terhadap pembelian senjata besar-besaran dari Moskow.
Seperti diketahui, AS selalu menerapkan sanksi kepada negara-negara yang membeli jet tempur Rusia, sesuai dengan US Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA).
"Kami meningkatkan risiko CAATSA dalam semua percakapan kami dengan Kementerian Pertahanan," ucap pejabat AS tersebut.
Sementara itu, pihak Kemenhan Indonesia enggan mengomentari rencana perjalanan Prabowo.
Namun, seorang pejabat pemerintahan Indonesia yang enggan disebut namanya, mengungkapkan bahwa salah satu daftar keinginan Jakarta adalah road map untuk mendapatkan jet tempur F-35.
Sekalipun, pejabat itu mengaku kurang optimis AS akan memberikan karpet merah bagi Indonesia untuk mendapatkan salah satu jet tempurnya. "Jujur, kami tidak berharap banyak," ungkap pejabat itu.
AS sendiri pernah menawarkan F-16 Viper (Block 70/72), yaitu generasi penerus Fighting Falcon, untuk memenuhi kebutuhan TNI AU.
Namun mengingat sejumlah negara tetangga sudah mengoperasikan jet tempur generasi kelima, tak salah rasanya jika Prabowo menginginkan RI juga memiliki pesawat siluman. Apalagi jika mempertimbangkan ancaman konflik dengan China terkait sengketa Laut China Selatan.
Ke Austria borong jet tempur bekas?
Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dijadwalkan hari ini akan melawat ke Austria (20/10/2020).
Kunjungan kerja itu akan dilakukan setelah mengakhiri kunjungannya ke Amerika Serikat (AS) pada Senin (19/10/2020).