Hampir seluruh korban keracunan diketahui berasal dari beberapa kampung yang berada di Kecamatan Mangkubumi, Tasikmalaya.
Baca juga: Kondisi Jasad Bocah 9 Tahun yang Dibunuh saat Menolong Ibunya dari Pemerkosaan, Polisi: Memilukan
Lacak Penyebab Lewat Aroma Tinja
Sebelumnya, diperkirakan ada 250 lebih warga Tasikmalaya menjadi korban keracunan massal.
Tercatat hingga Kamis (8/0/2020), telah ada 142 korban yang mengeluhkan gejala-gejala keracunan, mulai dari sakit perut, muntah, hingga diare.
Kabid Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Titie Suryaningsari menyebut pihaknya telah berhasil melacak sumber penyebab keracunan massal tersebut.
Baca juga: Pesta Pernikahan Berujung Hilangnya Nyawa, Tamu yang Datang Langsung Tikam Bagian Punggung Korban
Dikutip dari TribunJabar.id, Jumat (9/10/2020), berdasarkan keterangan para korban, mereka mengeluhkan mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi nasi kuning.
Seperti yang diketahui, pada Rabu (7/10/2020), tepatnya di Kampung Cilange, ada seorang warga yang merayakan hari ulang tahun dan membagi-bagikan boks nasi kuning kepada warga sekitar.
"Sesuai keterangan pemilik hajatan, mereka menyediakan 120 boks nasi kuning. Jika satu boks dimakan oleh dua sampai empat orang, kemungkinan jumlah korban lebih dari 250 orang," kata Titie.
Titie menjelaskan, pihaknya meyakini yang menjadi sumber penyebab keracunan adalah makanan.
Hal itu berhasil terlacak lewat aroma tinja korban, dan indikator-indikator lainnya.
"Penyebabnya sudah bisa dipastikan yaitu keracunan makanan. Tapi makanan mana yang menjadi sumber penyebabnya, masih dalam proses laboratorium," kata Titie.
Titie mengatakan, Dinkes Kota Tasikmalaya telah mempersiapkan sejumlah obat dan sarana perawatan untuk mengobati para korban.
Ia juga menargetkan para korban akan sembuh dalam waktu dua hingga tiga hari.
"Semuanya mudah-mudahan bisa tertangani dengan baik. Yang sudah bisa berobat jalan, kami suruh pulang sambil terus dipantau perkembangannya," ujar Titie.
Sebelumnya diberitakan, karena membludaknya jumlah pasien, dibentuk sejumlah ruang rawat darurat yang mengambil tempat di sekolah, dan di belakang puskesmas.
"Atas inisiatif kami, digunakan sebagai ruang perawatan darurat," kata Danramil setempat, Mayor Inf Iwan Suwanto.
Anwar seorang warga yang turut menjadi korban keracunan menceritakan gejala keracunan dimulai pada Kamis (8/10/2020).