Virus Corona

UPDATE Virus Corona di Indonesia Rabu 7 Oktober: Angka Positif Jadi 315.714, Tambah 4.538 Kasus

Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Update Covid-19

TRIBUNWOW.COM - Angka kasus terkonfirmasi positif Virus Corona (Covid-19) di Indonesia masih terus mengalami peningkatan.

Ada tambahan 4.538 pasien per Rabu (7/10/2020).

Dikutip dari Kemkes.go.id, total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia menjadi 315.714 pasien.

Sebelumnya, pada Selasa (6/10/2020), total kasus positif sebanyak 311.176 orang.

Baca juga: Kasus Covid-19 di Indonesia Tembus 300 Ribu, Satgas Kembali Tegaskan Pentingnya Protokol Kesehatan

Lalu, jumlah pasien yang sembuh menjadi 240.291 di seluruh Indonesia.

Pada hari sebelumnya, total pasien yang sembuh yakni 236.437 orang.

Sehingga, terjadi penambahan pasien yang sembuh sebanyak 3.854 orang.

Kemudian, total ada 11.472 orang yang dinyatakan meninggal dunia hingga Rabu ini.

Sementara, data Selasa kemarin sebanyak 11.374 orang dinyatakan meninggal dunia.

Sehingga, jumlah pasien Covid-19 yang meninggal dunia dalam 24 jam sebanyak 98 orang.

Vaksin Covid-19 Dipastikan Aman Sebelum Diberikan Kepada Masyarakat

Pemerintah menargetkan vaksin Covid-19 tersedia dan terjangkau untuk masyarakat pada tahun 2021 mendatang.

Saat ini, pemerintah pun sedang berupaya menyelesaikan uji klinis vaksin yang nantinya akan disuntikkan pada jutaan masyarakat Indonesia. 

Indonesia melalui Bio Farma - Sinovac dan proses uji klinis fase 3 di Bandung.

Kedua, kerjasama Kimia Farma - G42 Uni Emirat Arab dimana uji klinis fase 3 dengan target subyek 22 ribu orang.

Dan ketiga, kerjasama PT Kalbe Farma - Genexine Korea sedang uji klinis fase 1 dan 2A di Korea dengan 60 subyek. 

 

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, memastikan vaksin yang akan disuntikkan masyarakat sudah melalui beberapa tahap uji klinis hingga dinyatakan aman, baik itu yang dikembangkan kerjasama dengan negara lain maupun Vaksin Merah Putih yang sedang dikembangkan pemerintah.

"Vaksin yang nantinya masuk ke Indonesia harus dipastikan secara data dan penelitian aman bagi masyarakat."

"Pengembangan vaksin umumnya butuh waktu dan proses yang cukup panjang," ujarnya, dikutip dari Covid19.go.id, Rabu (7/10/2020).

Baca juga: Alasan Polri Larang Demo di Tengah Pandemi Covid-19, Sebut Rawan Klaster Baru Penyebaran Corona

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito (https://covid19.go.id/)

Tahapannya dimulai dari penelitian dasar dimana ilmuwan menelusuri mekanisme potensial berdasarkan ilmu sains biomedis.

Kemudian, vaksin akan dibuat dalam jumlah terbatas untuk bisa memasuki uji praklinis dan uji klinis tahap 1, 2 dan 3. 

Secara rincinya dalam tahap uji praklinis dilakukan studi sel di laboratorium yaitu studi in Vitro dan in Vivo untuk mengetahui keamanan bila diujikan pada manusia.

Setelah itu,  uji fase 1 dilalui, dimana vaksin diberi pada sekelompok kecil orang untuk melihat respon imunitas dan kekebalan yang dipicu. 

"Pada fase 2, vaksin diberikan pada ratusan orang sehingga para ilmuwan dapat mempelajari lebih lanjut tentang dosis yang tepat."

"Pada fase 3, vaksin diberikan pada ribuan orang untuk memastikan keamanannya termasuk efek samping yang jarang terjadi dan keefektifan ya."

"Uji coba ini melibatkan kelompok kontrol yang diberi placebo, artinya kelompok kontrol adalah masyarakat yang disuntik tapi tidak dengan vaksin," terang Wiku.

Melalui proses uji klinis, ilmuwan dapat mengetahui apakah vaksin menimbulkan efek samping atau tidak.

Mengingat belum ada vaksin Covid-19 yang lulus uji klinis tahap 3, kewaspadaan dan monitoring terhadap keamanan vaksin terus dilakukan. 

 

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito dalam jumpa pers di Kantor Presiden, Kamis (1/10/2020). (Istimewa)

Wiku juga menjelaskan terkait risiko Antibody-dependant enhancement (ADE) adalah suatu kondisi reaksi tubuh karena antibodi tubuh melawan antigen yang berupa virus atau bakteri.

Terkait efek sampin, sejauh ini hanya ditemukan pada penyakit dengue dan sejenisnya dan tidak pada virus lain.

Fenomena ADE hanya terlihat pada Mers, Sars, Ebola, HIV, semata-mata ditemukan in silico dan in Vitro, dan tidak menggambarkan fenomena di manusia. 

Fenomena ADE untuk Sars Cov-2 katanya sudah diselidiki sejak percobaan praklinis hingga dinyatakan aman dan baik.

Namun, karena adanya perbedaan antara hewan percobaan dan manusia, tentu risiko ADE pada manusia harus diinvestigasi.

Inilah pentingnya uji klinis melalui semua fase, jika sudah lolos fase 3 dan memberikan laporan yang baik, maka kandidat vaksin bisa meminta persetujuan edar dari lembaga pengawas.

 

Pemerintah dalam hal ini tidak akan terburu-buru dan berpegang teguh pada data hasil uji," tegas Wiku. 

Diketahui dari sumber WHO.Draft Landscape of Covid-19 candidate vaccines yang diperbaharui per 2 Oktober sudah ada 10 vaksin yang masuk ke dalam tahap 3 uji klinis, yaitu Sinovac, Wuhan Institute of Biological Product atau Sinopharm, Johnson Pharmaceutical Companies, Kansino Biologic Incorporated atau Beijing Institute of Biotechnology.

Kemudian, ada Gamalea Research Institute, Beyond Tech atau Fossum Pharmaficer, University of Oxford atau Astrazeneka, Novavac, Moderna atau NIAID dan Beijing Institute of Biological Product atau Sinopharm.(Tribunnews.com/Nuryanti)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul BREAKING NEWS Update Corona Indonesia 7 Oktober 2020: Tambah 4.538 Kasus, Total 315.714 Positif