Pilkada Serentak 2020

Bagyo Enggan Temui Gibran, Najwa Shihab: Enggak Berani Ketemu, tapi Berani Nantang Pilkada?

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Tiffany Marantika Dewi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Calon Wali Kota Solo Bagyo Wahyono saat diundang dalam acara Mata Najwa, Rabu (30/9/2020).

TRIBUNWOW.COM - Calon Wali Kota Solo Bagyo Wahyono mengaku enggan bertemu dengan lawan politiknya pada Pilkada Solo, Gibran Rakabuming Raka.

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Mata Najwa di kanal YouTube Najwa Shihab, Rabu (30/9/2020).

Bagyo sendiri diketahui adalah tukang jahit, berbeda dengan lawannya, Gibran Rakabuming Raka, yang dikenal sebagai pengusaha dan putra Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pasangan bakal calon perseorangan Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo) saat menjawab pertanyaan sejumlah pewarta. (TRIBUN JATENG/RIFQI GOZALI)

Bagyo Lawan Gibran di Pilkada Bermodal Tata Krama, Najwa Shihab: Bapak Saja Tidak Tahu Kelebihannya

Awalnya ia menuturkan, dirinya tidak berani bertemu dengan Gibran sebelum ini.

"Sebelum proses pencalonan ini Pak Bagyo sudah pernah bertemu dengan lawan Mas Gibran ini?" tanya presenter Najwa Shihab.

"Belum, belum pernah," jawab Bagyo Wahyono.

Ia menuturkan alasan enggan bertemu putra sulung presiden tersebut.

"Saya enggak berani. Kita tahu, kita sadar memang wong cilik, orang kecil," ungkapnya.

Hal itu kemudian menarik perhatian Najwa Shihab, mengingat keduanya akan bertarung dalam kontes pilkada.

"Jadi enggak berani ketemu, tapi berani nantang di Pilkada?" singgung Najwa.

Ia menjelaskan, Komunitas Tikus Pithi Hanata Baris yang mendukungnya bertujuan ingin mendobrak norma yang berlaku.

Menurut Bagyo, selama ini citra seorang pemimpin selalu berasal dari kalangan atas.

Bantah Isu Dibantu Jokowi Maju Pilkada, Gibran: Apa yang Dimudahkan? Semua Proses Saya Lalui

"Selama ini kita ingin menabrak kemapanan, mendobrak kemapanan salah satunya karena image yang harus jadi pemimpin atau tokoh itu harus orang-orang yang berduit, sekolah yang tinggi," jawab Bagyo.

Bagyo menambahkan, timnya sudah mempersiapkan program-program unggulan jika terpilih.

"Kalau begitu, apa yang bisa Pak Bagyo tawarkan untuk menandingi?" tanya Najwa Shihab.

"Kita sudah punya program-program untuk Solo masa depan," jelas Bagyo.

Sebelumnya sempat beredar isu pasangan Bagyo Wahyono dan Supardjo (Bajo) hanya menjadi lawan boneka bagi Gibran dan Teguh Prakosa.

"Selain itu ada yang bilang, enggak serius ini majunya Pak Bagyo, ini supaya lawannya (Gibran-Teguh) tidak lawan kotak kosong," singgung Najwa.

"Jadi calon boneka aja Pak Bagyo. Kalau ada yang bilang begitu, bagaimana jawaban Pak Bagyo?" tanya jurnalis tersebut.

Bagyo menilai masyarakat sendiri yang akan menilai benar tidaknya isu tersebut.

"Masyarakat sudah cerdas, masyarakat Solo sudah tahu semua. Nuwun sewu, bahwa yang namanya Bajo dengan kata-kata settingan itu rasanya kok terlalu naif," terang Bagyo.

Lihat videonya mulai dari awal:

Pasangan Bajo Lolos di Solo, Refly Harun Justru Duga Konspirasi

Pakar hukum tata negara Refly Harun menanggapi majunya pasangan Bagyo Wahono-Supardjo (Bajo) dalam Pilkada Solo 2020.

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam kanal YouTube Refly Harun, diunggah Sabtu (22/8/2020).

Diketahui pasangan yang menamakan diri dengan sebutan Bajo itu akan menantang pasangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa.

• Jawaban Keluarga Pejabat soal Dinasti Politik, dari Gibran hingga Keponakan Prabowo Subianto

Pasangan Bajo itu dinyatakan telah lolos verifikasi faktual oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Solo.

"Saya sendiri merasa antara senang dan tidak senang," komentar Refly Harun menanggapi hal itu.

"Senangnya adalah bahwa ada orang yang berani menantang Gibran," lanjutnya.

Ia menilai majunya pasangan Bajo itu seolah-olah hendak meledek Gibran yang merupakan putra Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Orang tersebut seperti meledek, cukup tukang jahit dan ketua RW yang menantang Gibran," katanya.

Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun dan calon Wali Kota Solo di Pilkada 2020, Gibran Rakabuming Raka (Kolase Youtube Refly Harun/Kompas.com/RISKA FARASONALIA)

Menurut Refly, sejauh ini tidak ada yang berani mengajukan diri sebagai penantang Gibran-Teguh.

Ia menyinggung latar belakang pasangan Bajo itu yang berasal dari orang biasa, yakni Bagyo adalah penjahit dan Supardjo adalah ketua RW.

Selain itu, Refly menyoroti Kota Solo yang menjadi basis suara PDIP.

• Muncul Gerakan Kotak Kosong Lawan Gibran, Refly Harun: Capek-capek Buat Pilkada Langsung, Aneh

"Yang berani orang biasa saja. Satu tukang jahit, satu kepala RW yang kita tahu kekuatan ekonominya seperti apa," ungkit pengamat politik itu.

"Untuk memenangkan kontestasi pilkada, kalau tidak ada sentimen yang luar biasa, rasanya berat. Apalagi ini di 'kandang banteng' dan di halaman presiden," lanjutnya.

Refly justru menduga lolosnya pasangan Bajo karena ada konspirasi.

Diketahui sebelum pasangan itu muncul, Gibran-Teguh diprediksi tidak memiliki penantang alias melawan kotak kosong.

"Jadi saya malah berpikir pakai konspirasi teori jadinya," ungkap Refly.

"Jangan-jangan penyelenggara pemilu sengaja meloloskan pasangan ini agar Gibran tidak melawan kotak kosong dan tidak menghadapi sentimen kotak kosong," terangnya.

Refly menegaskan jangan sampai penyelenggaraan pemilu harus melawan kotak kosong.

"Sentimen kotak kosong itu jauh lebih powerful dibandingkan mendukung pasangan tertentu," jelas mantan Komisaris PT Pelindo ini.

Menurut Refly, masyarakat Solo akan menjadi dilematis saat pilkada menjelang.

Ia menilai pasangan Bajo bisa dianggap tidak serius dalam mencalonkan diri karena tidak memiliki latar belakang politik yang mumpuni.

Jika hal itu terjadi, Refly berpendapat, masyarakat Solo cenderung akan memilih golput.

"Kalau golput, berapapun suara yang masuk maka itulah pemenangnya," tambah Refly. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)