Terkini Nasional

Jelaskan soal 'Korban dari Sebuah Sistem' di ILC, Prof Salim Said: Agar Anda Tak Memaki Jokowi

Penulis: Mariah Gipty
Editor: Claudia Noventa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tokoh Senior sekaligus Guru Besar Universitas Pertahanan, Professor Salim Said mengungkap siapa yang mendorong Joko Widodo (Jokowi) menjadi presiden saat hadir di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (19/8/2020).

TRIBUNWOW.COM - Tokoh Senior sekaligus Guru Besar Universitas Pertahanan, Professor Salim Said mengungkap siapa yang mendorong Joko Widodo (Jokowi) menjadi presiden.

Hal itu diungkapkan oleh Professor Salim Said saat hadir di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (19/8/2020).

Pada kesempatan itu, Professor Salim Said mulanya menyinggung Jokowi saat menjadi Gubernur DKI Jakarta awalnya tak mau ditawari sebagai presiden.

Jokowi saat mengenakan baju Timor Tengah Selatan dan pimpin upacara, Senin (17/8/2020) (BPMI/ Biro Setpres)

Akui sebagai Pengkritik, Fahri Hamzah Pamerkan Honor Jadi Pembicara di ILC: Malam Ini Terasa Sekali

"Inget enggak waktu jadi gubernur? Kalau ditanya wartawan oh tidak mau jadi gubernur saja."

"Tapi ada satu keadaan yang Anda-anda tidak bisa tolak kalau Anda didorong naik ke situ, siapa yang mendorong naik ke situ?" ujar Salim Said.

Salim Said menilai, Jokowi menjadi presiden didorong oleh oligarki di sekitarnya.

Jokowi dianggap sebagai korban dari sebuah sistem.

"Adalah macam-macam kekuatan yang saya sebut oligarki."

"Dalam sebuah buku saya, saya cerita mengenai debt collector jadi ini kalau bisnis, orang yang memperjuangkan Pak Jokowi jadi presiden itu orang yang satu kali menjadi debt collector."

"Gue angkat lu jadi presiden, gue dapat apa? Nah itu sebabnya saya mengkritik Pak Jokowi sebagai pribadi. Tadi siapa yang mengatakan? Sistem ini sebuah sistem," jelas Salim Said.

Eep Saefulloh Gunakan Masker Bebaskan Jerinx saat Berbicara di ILC, Dilepas setelah Selesai

Lalu, Salim yang seorang penulis ini mengungkit kembali bagaimana pemerintahan Presiden Soeharto.

Menurutnya, Soeharto hanyalah korban dari sebuah sistem.

"Jadi dulu, Anda enggak ada yang ingat saya di antara temen-temen saya kasihan pada Pak Harto, Pak Harto itu tidak jahat kok, Pak Harto itu adalah korban dari sebuah sistem."

"Seorang teman saya penyair mengatakan itu sudah tahun 80 an, kalau orang-orang menodong Pak Harto mundur maka lebih banyak lagi tentara yang tidak resmi membela Pak Harto, siapa yang membela? Orang yang diuntungkan," kata dia.

Sehingga, tokoh 76 tahun ini merasa apa yang terjadi pada Soeharto seperti yang dialami Jokowi sekarang.

Lantas, Ia meminta agar tokoh-tokoh yang juga hadir di ILC jangan hanya menghina Jokowi.

Pasalnya, Jokowi hanyalah korban dari sebuah sistem.

Menurutnya, kesalahan presiden asal Solo itu hanya tidak belajar ilmu politik sebelumnya.

Lama Tak Muncul, Gatot Nurmantyo Ungkap Rasa Sakit Hatinya saat Hadir di ILC: Kita Tak Mau Diam Saja

"Sama dengan sekarang ini jadi Ya Allah kasihanilah Pak Jokowi mungkin karena kesalahannya tidak pelajari ilmu politik dia terima waktu dirayu-rayu jadi presiden."

"Paling-paling itu doa saya, agar Anda-anda semua tidak memaki Pak Jokowi, dia itu adalah korban saja," pungkasnya.

Lihat videonya mulai menit ke-16:20:

Fahri Hamzah Soroti Feodalisme di Sekitar Pemerintahan Jokowi

Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah dengan tegas mengkritik soal feodalisme di dalam pemerintahan.

Mulanya, Fahri Hamzah menjelaskan bahwa dirinya sebenarnya selama ini adalah seorang pengkritik.

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bersama Wapres Ma'ruf Amin, beserta mantan Pimpinan DPR Fahri Hamzah dan Fadli Zon, di Istana Negara, Kamis (13/8/2020). (YouTube Sekretariat Presiden)

• Refly Harun Bicara Filosofi Hukum Pencemaran Nama Baik: Rakyat Dulu yang Dilindungi Bukan Pemerintah

Ia tidak hanya mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saja, namun juga pemerintah sebelumnya.

"Saya ini pengkritik semua pemerintah, saya mengritik Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dua periode, mengritik Pak Jokowi juga tapi kalau kita tahu apa sih sebenarnya itu," jelas Fahri.

Fahri mengatakan bahwa sistem feodalisme oleh orang-orang yang berkuasa itu membuat suatu bangsa tidak berjalan dengan baik.

"Memang feodalisme di negara kita itu dahsyat sekali kalau orang sudah memiliki banyak uang, banyak kekuasaan, itu yang menggrogoti di sekitarnya, membuatnya tidak rasional," ungkapnya.

Lalu ia menyinggung bagaimana orang yang berkuasa menggunakan sejumlah simbol-simbol dalam penampilannya yang membuat dirinya tampak makin besar.

"Kan kekuasaan seperti itu, membangun mitos kebesarannya maka dia pakai mahkota, baju kebesaran, kegagahan supaya orang takut, supaya orang menjaga jarak," kata dia.

• Disinggung soal Lobster, Fahri Hamzah Jawab Kritik terkait Penghargaan: Kalau Saya Salah Tangkap Aja

Lalu, Mantan Wakil Ketua DPR ini menyinggung bahwa sebenarnya Jokowi sudah berusaha untuk melepas simbol-simbol kebesaran tersebut.

"Dan itu masih terjadi, saya tidak mau menilai misalnya Pak Jokowi kan pengen mencopot ornamen itu karena dalam dua kali ini tarungnya dengan Pak Prabowo yang sekarang sudah dalam pemerintahan."

"Dia coba copot itu bintang-bintang dia pakai baju putih, dia coba pakai celana jeans dia pakai sepatu sneakers, dia coba sederhana penampilan," singgung Fahri.

Meski demikian, Fahri menilai feodalisme tidak bisa begitu saja pada pemerintahan saat ini.

Menurutnya ada orang-orang di sekitar kekuasaan yang membuat kaum intelektual berjarak dengan mereka.

"Tapi apakah feodalisme hilang? Tidak, feodalisme tidak hilang mereka masih ada di sana."

"Dan itu yang membuat Jokowi menjadi tidak wajar, itu yang membuat kekuasaan itu berjarak dengan kaum intelektual, orang-orang itu bekerja untuk mencoba menyapu pikiran-pikiran yang berbeda. Karena feodalisme di sekitar kekuasaan itu," protesnya.

• Ali Ngabalin Bela Fadli Zon dan Fahri Hamzah yang Diberi Bintang Jokowi: Mereka Kerja Siang Malam

Dengan tegas, Fahri mengatakan bahwa satu di antara tujuannya membuat partai adalah untuk memerang feodalisme.

"Saya menghayati feodalisme itu dan melawannya di manapun dia berada. Saya membuat partai untuk melawan itu, enggak kuat saya melihatnya," katanya.

Lihat videonya mulai menit ke-12:02:

(TribunWow.com/Mariah Gipty)