TRIBUNWOW.COM - Pakar komunikasi Effendi Gazali menyoroti dinamika politik sebelum PDIP resmi mengusung Gibran Rakabuming Raka dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Solo 2020.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Apa Kabar Indonesia Malam di TvOne, Senin (20/7/2020).
Diketahui sebelumnya putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) tersebut diajukan berpasangan dengan Teguh Prakosa.
• Risma Dukung Gibran Rakabuming Jadi Calon Wali Kota Solo, Harap Mimpi Anak Jokowi Jadi Kenyataan
Gibran yang sebelumnya menyatakan enggan terjun dalam dunia politik kini setuju untuk diajukan sebagai bakal calon wali kota.
Sebelum mengajukan Gibran, DPP PDIP merekomendasikan Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo sejak jauh-jauh hari.
Sikap tersebut juga dinyatakan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo.
Pengamat komunikasi politik Effendi Gazali turut berkomentar tentang hal itu.
Awalnya ia menyinggung satu-satunya partai oposisi PKS yang kemungkinan tidak dapat mengajukan calon karena kekurangan kursi di DPR.
"Yang menarik adalah tiga panggung. Panggung pertama, dalam hal ini PKS agak terkecoh," singgung Effendi Gazali.
Ia kemudian mengungkit sikap PDIP dan Wali Kota FX Hadi Rudyatmo yang sebelumnya setuju dengan pencalonan Achmad Purnomo.
Namun sikap tersebut tiba-tiba berubah saat Gibran mengajukan diri.
"Panggung pertama ini adalah di Solo pada waktu itu, hampir sebagian besar, termasuk Bapak Wali Kota, seperti mendukung Pak Purnomo ini," ungkap Effendi.
"Sampai barangkali tiga minggu yang lalu masih mendukung itu, kita dengar," lanjutnya.
Effendi menduga isu tersebut turut didiskusikan Jokowi dengan jajarannya.
"Kemudian ada panggung kedua di Istana. Banyak yang bilang enggak boleh nih, didiskusikan di Istana," kata pengamat politik tersebut.
"Tapi siapa tahu daripada Pak Jokowi keluar ada gangguan Covid, mending di dalam," tambah Effendi.
• Mayoritas Partai di Solo Dukung Gibran, Refly Harun Singgung Insentif Politik: Kalau Pilpres Jelas
Effendi menduga hal itu juga sudah dibicarakan Jokowi dengan Achmad Purnomo.
Seperti diketahui, sebelumnya Achmad Purnomo membantah ada kekecewaan karena tidak jadi diusung PDIP.
"Terus dibicarakan di situ. Maksud saya, tentunya ada Pak Jokowi dan Purnomo," ungkitnya.
Effendi memprediksi isu Pilkada Solo 2020 juga sudah menjadi pembicaraan orang-orang dalam Istana.
"Tapi bayangan saya di Istana tidak hanya isinya itu, banyak orang-orang pintar," tambah dia.
Dikutip dari Kompas.com, Achmad Purnomo menyatakan sikap mendukung bakal calon Gibran-Teguh.
Purnomo menyebutkan dirinya juga siap membantu jika ditunjuk menjadi anggota tim pemenangan.
"Minta saja belum kok, mintanya apa dulu. Saya siap bantu. Ini belum ditunjuk kok," kata Achmad Purnomo, Senin (20/7/2020).
Tidak hanya itu, Purnomo menyatakan siap jika diminta menjadi penasihat Gibran.
"Pada prinsipnya siapa pun yang memimpin Kota Solo akan saya bantu karena saya mencintai kotanya. Suatu hal yang harus disadari, siapa pun yang jadi wali kotanya tidak bisa tidak mendengarkan masyarakat," tegasnya.
Lihat videonya mulai menit 7:00
M Qodari Nilai Gibran Bermodal PDIP dan Citra Jokowi
Pengamat politik Direktur Indo Barometer M Qodari mengungkapkan alasan Gibran Rakabuming Raka berani mencalonkan diri dalam pemilihan Wali Kota Surakarta.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Kabar Petang di TvOne, Jumat (17/7/2020).
• Bersikap Realistis, PAN Dukung Gibran-Teguh Maju Pilkada Solo: Masyarakatnya Memang Dukung PDIP
M Qodari mengungkapkan modal yang dibawa Gibran untuk maju dalam pilkada.
Seperti diketahui, sebelumnya Gibran aktif menjadi pengusaha di bidang kuliner dan belum pernah terjun di dunia politik.
Ia menyinggung Kota Solo menjadi lumbung suara PDIP.
"Modalnya ada dua. Pertama, Solo merupakan basisnya PDIP," jelas M Qodari.
"Super basis malah, karena Jawa Tengah kita kenal sebagai 'kandang banteng', lalu ada pusatnya lagi yaitu Kota Solo," lanjutnya.
Ia mengibaratkan Kota Solo sebagai 'kandang banteng', sesuai lambang PDIP.
M Qodari memberi contoh wilayah Jawa Tengah menjadi lumbung suara pada pemilihan 2019 lalu, baik pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden.
"Bukti bahwa itu adalah 'kandang banteng' pusatnya PDIP, di tahun 2019 dalam pemilu legislatif PDIP mampu meraih 30 dari 45 kursi alias 67 persen," kata Qodari.
"Dalam pilpres kemarin pun bisa memenangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin 82 persen," lanjutnya.
Hal ini menjadi faktor pertama yang mendukung Gibran maju sebagai bakal calon wali kota.
"Jadi menurut saya modal pertama Gibran sebagai calon Wali Kota Solo adalah kekuatan PDIP sebagai mesin politik," jelas pengamat politik tersebut.
Qodari kemudian menyinggung Kota Solo di era kepemimpinan Jokowi.
Menurut dia, Jokowi berhasil dan memiliki citra yang baik di mata masyarakat Kota Solo.
"Yang kedua, citra atau image Pak Jokowi sebagai wali kota yang berhasil di Kota Solo," papar Qodari.
"Saya tidak menyebut reputasi sebagai presiden karena kita bicara Kota Solo. Yang relevan adalah apa yang dirasakan warga Solo ketika Pak Jokowi menjadi Wali Kota Solo," lanjutnya.
Ia menilai hal ini menjadi faktor penting.
Jika Jokowi tidak berhasil memimpin Kota Solo saat itu, maka kemungkinan masyarakat tidak akan percaya dengan Gibran.
"Walaupun Pak Jokowi adalah Presiden Republik Indonesia, tapi kalau dulu dianggap gagal, maka biasanya anak kepala daerah kalau maju dia akan gagal," jelas Qodari. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)