Meskipun begitu, dr Eva tidak menutup kemungkinan penelitian ini dapat mengarah ke obat antivirus Covid-19.
"Tapi saya apresiasi, karena kita enggak tahu obat itu apa. Mungkin ke depan riset kita ini akan jadi obat untuk Covid-19," jelasnya.
Namun ia menegaskan penelitian ini tetap harus dijelaskan kepada masyarakat.
"Saya dukung, tapi tolong bedakan obat yang masih dalam riset dengan obat herbal dan obat yang betul-betul disebut antivirus," kata dr Eva.
Menurut dia, hal itu penting untuk menghindari kebingungan masyarakat.
Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner Kementan Indi Dharmayanti kemudian menanggapi kritik dr Eva.
Ia menyanggah sejak awal pihak Kementan tidak pernah mengklaim eucalyptus sudah ditetapkan menjadi antivirus.
"Sejak awal kita dalam klaim itu tidak antivirus, itu hanya bahasa media untuk menarik," bantah Indi Dharmayanti.
"Memang tidak ada sebutan antivirus, kita hanya mengungkapkan di setiap kita memberitahu bahwa ini berpotensi antivirus," jelasnya.
• Heboh Kalung Antivirus Berbahan Eucalyptus, Kementerian Pertanian Tegaskan Bukan Vaksin Corona
Lihat videonya mulai menit 5:00
Vaksin Virus Corona Tak Menjamin Kekebalan
Ahli virologi memperingatkan bahwa vaksin Virus Corona yang tengah dikembangkan tidak menjamin dapat memberi kekebalan terhadap virus tersebut bila terjangkit kembali.
Robert Lambkin-Williams, seorang ahli virologi independen di Virology Consult Ltd, mengatakan tidak ada bukti yang jelas bahwa antibodi yang dihasilkan untuk melawan virus memberi perlindungan terhadap infeksi ulang Covid-19.
Ia mengatakan bahwa masih ada kemungkinan seseorang terinfeksi Covid-19 kembali meskipun ia telah mendapat suntikan vaksin.