Terkini Nasional

Diminta Komentari Kemarahan Jokowi, Sudjiwo Tedjo Enggan Jawab Akting atau Tulus: Kayaknya Serius

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Tiffany Marantika Dewi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase foto budayawan Sudjiwo Tedjo dan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sudjiwo Tedjo turut mengomentari Jokowi yang meluapkan kemarahannya dalam pidato di Sidang Kabinet Paripurna.

TRIBUNWOW.COM - Budayawan Sudjiwo Tedjo turut berkomentar tentang Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meluapkan kemarahannya dalam pidato di Sidang Kabinet Paripurna pada Kamis (18/6/2020) lalu.

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat diundang dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) di TvOne, Selasa (30/6/2020).

Sebelumnya Jokowi mengecam kinerja menterinya yang dinilai kurang tanggap menangani pandemi Virus Corona (Covid-19).

Budayawan Sujiwo Tejo mempertanyakan etiskah tindakan Jokowi memarahi para menterinya di hadapan publik, dalam acara ILC, Selasa (30/6/2020). (Capture YouTube Indonesia Lawyers Club)

Analisis Pidato Jokowi yang Viral, Yunarto Wijaya di ILC: Coba Prabowo yang Marah, Enggak Aneh

Dalam pidatonya, Jokowi juga membuka opsi akan merombak kabinet (reshuffle) dan membubarkan lembaga jika tidak ada perbaikan.

Sudjiwo kemudian mencoba menganalisis kekesalan Jokowi yang dilontarkan kepada jajaran menterinya itu.

"Ini 'kan intinya presiden marahnya genuine (tulus) atau dibikin-bikin akting, atau apa," kata Sudjiwo Tedjo.

Ia merasa enggan menjawab pertanyaan tersebut, meskipun sebagai seniman dirinya juga kerap berakting.

"Saya enggak bisa jawab meskipun saya ngajar akting di banyak daerah. Kalau saya jawab, juga enggak enak," jelas Sudjiwo.

Meskipun begitu, Sudjiwo mencoba menganalisis beberapa kalimat yang ditegaskan Jokowi.

"Ada bagian tertentu yang pas," komentar dalang tersebut.

Ia menyinggung ucapan Jokowi yang menilai menterinya masih merasa situasi pandemi Covid-19 ini biasa-biasa saja.

"Ketika, 'Kita enggak satu perasaan', itu kurang pas sedikit," kata Sudjiwo.

"Tapi ketika menyinggung, 'Jangan sampai ada rakyat mati', itu kayaknya serius," lanjutnya.

Meskipun begitu, Sudjiwo menilai kemarahan Jokowi saat ini tidak dapat dibandingkan dengan momen kekesalan presiden-presiden sebelumnya.

Apakah Etis Jokowi Marahi Menteri di Depan Publik? Sujiwo Tejo: Zaman Saya Kecil, Sangat Tidak Etis

"Tapi enggak apple to apple dibandingkan sama presiden-presiden lain yang marah ke khayalak, ke orang lain. Ini marah ke anak buah," papar dia.

Selanjutnya, Sudjiwo menegaskan dirinya enggan berkomentar tentang kemungkinan kekesalan Jokowi tersebut adalah akting.

"Saya tidak bisa menilai Pak Jokowi ini akting atau tidak walaupun saya guru akting dan pekerjaan saya akting," ujar Sudjiwo.

Menurut dia, hal itu nantinya dapat dilihat dari perbaikan kinerja para menteri.

"Serius atau enggaknya Pak Jokowi marah ini dilihat dari apakah kinerja kementerian makin baik," jelas budayawan 57 tahun ini.

Sudjiwo menyinggung adanya wacana reshuffle yang dilontarkan Jokowi.

"Kalau enggak makin baik, apakah ada reshuffle?" tanya dia.

"Kalau itu ada, berarti kemarahan tanggal 18 Juni itu kemarahan yang serius," tutup Sudjiwo Tedjo.

Pandangan Adian Napitupulu soal Menteri yang akan Direshuffle Jokowi: Sekitar Ekonomi dan Kesehatan

Lihat videonya mulai dari awal:

Effendi Gazali Analisis Deretan Peristiwa Pemicu Kemarahan Jokowi

Dalam acara yang sama, pakar komunikasi profesor Effendi Gazali mengungkapkan sejumlah peristiwa yang diduga memicu kejengkelan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

• Sebut Jokowi Merasa Sendiri Hadapi Covid, Effendi Gazali Ibaratkan Liverpool: You Never Walk Alone

Membahas pidato Jokowi tersebut, Effendi Gazali menduga ada deretan kejadian sebelum kemarahan Jokowi meledak.

Awalnya, ia menduga masalah dimulai saat Universitas Teknologi dan Desain Singapura memprediksi pandemi di Indonesia berakhir sekitar Oktober 2020.

Prediksi itu disampaikan pada 5 Mei 2020 lalu.

Keesokan harinya pada 6 Mei 2020 Jokowi menargetkan kurva pertumbuhan kasus baru di bulan Mei harus turun dengan cara apapun.

Effendi menduga kedua peristiwa ini berkaitan.

Pakar komunikasi Effendi Gazali menduga ada sejumlah peristiwa yang memicu kemarahan Jokowi, dalam ILC, Selasa (30/6/2020). (Capture YouTube Indonesia Lawyers Club)

Ia kemudian menyinggung pidato di Sidang Kabinet tersebut baru dirilis di kanal YouTube Sekretariat Presiden 10 hari kemudian, yakni pada Minggu (28/6/2020).

"Yang menarik adalah acara pada 18 Juni tertutup dan kemudian dinyatakan kembali atau dipublikasikan pada 28 Juni, 10 hari sesudahnya," kata Effendi Gazali.

Namun dalam kurun waktu 10 hari tersebut, Effendi menyebutkan sebetulnya ada momen ulang tahun presiden.

Menurut Effendi, kemarahan presiden seharusnya sudah mereda pada momen tersebut.

"Yang mungkin kita lupakan, pada 21 Juni sebetulnya Bapak Presiden kita ulang tahun. Coba bayangkan, artinya sebuah kemarahan pada 18 Juni harusnya pada 21 Juni bisa agak terobati," ungkap Effendi.

• Haris Azhar Sebut Kemarahan Jokowi Aneh: Apa Kewenangan sebagai Presiden Sudah Tidak Bisa Digunakan?

Effendi menyinggung para menteri pasti memberikan ucapan selamat ulang tahun untuk presiden, baik melalui media sosial maupun datang langsung ke kediamannya.

Meskipun begitu, ucapan selamat itu tidak meredakan kejengkelan Jokowi.

"Semua menteri-menteri ini kan mengucapkan selamat dengan caranya masing-masing," ungkit Effendi.

"Tetapi ucapan-ucapan, segala perasaan simpati, dan dorongan itu ternyata kemudian orang dalam Istana menanyakan, 'Pak, ini pidato kita publikasikan atau tidak?'," paparnya.

Effendi menilai Jokowi memang sengaja merilis pidato untuk menunjukkan kemarahannya belum usai.

"Ternyata pada 28 Juni dipilih untuk dipublikasikan," ungkap dia.

Selain itu, Effendi menyebutkan pilihan untuk mempublikasikan pidato pada acara tertutup itu bertujuan agar masyarakat sendiri yang dapat menilai kinerja para menteri.

"Jadi artinya, selain barangkali keinginan presiden supaya publik yang menilai, juga adalah sesuatu yang lahir dari dalam batin presiden," jelasnya. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)