Terkini Nasional

Pandangan Adian Napitupulu soal Menteri yang akan Direshuffle Jokowi: Sekitar Ekonomi dan Kesehatan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Politisi PDIP Adian Napitupulu menyebutkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berhak marah dengan para menterinya, dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam, Senin (29/6/2020). Dirinya memberikan pandangannya terkait kemungkinan menteri yang bakal direshuffle oleh Jokowi.

"Dan itu seratus persen hak prerogatif presiden, dan enggak bisa kita dorong harus besok, harus lusa segala macam, biarkan saja," kata Adian.

"Yang pertama kita harus percaya bahwa dia sudah menunjukkan kemarahannya sedemikian terbuka dia berikan warning yang sangat keras," ucapnya.

"Dan dia sekali lagi katakan bahwa ini tidak untuk saya, ini tidak untuk keluarga saya, ini untuk 260 juta jiwa yang memberikan kepercayaan kepada kita semua," pungkasnya.

Simak videonya mulai menit ke- 7.35

Adian Napitupulu: Kalau Presiden Bekerja 10 Jam, Menteri Harus 20 Jam

Politikus PDI Perjuangan (PDIP), Adian Napitupulu memberikan tanggapan terkait insiden marah yang ditunjukkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Sebelumnya, Jokowi meluapkan kemarahannya kepada jajaran menterinya lantaran kecewa dengan kinerja yang dilakukan dalam menghadapi krisis dan pandemi Virus Corona.

Dilansir TribunWow.com, Adian Napitupulu mengatakan apa yang dilakukan oleh Jokowi pada saat itu sangat wajar.

Dirinya juga membenarkan kemarahan yang dilakukan Jokowi kepada para menteri dan memang harus dilakukan.

• Effendi Gazali Ibaratkan Jokowi seperti Liverpool saat Tangani Virus Corona: Youll Never Walk Alone

Adian kemudian menyimpulkan bahwa kemarahan dari Jokowi tentu bukan karena permasalahan yang biasa.

Tetapi karena memang sedang dalam kondisi yang darurat, sedangkan dari menteri sendiri justru tidak memberikan respons yang baik.

Hal ini disampaikannya dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam tvOne, Senin (29/6/2020).

"Pasti ada yang salah, kalau bener semua tidak mungkin seperti itu," ujar Adian.

Adian lantas mengatakan bahwa para menteri hanyalah pembantu dari seorang presiden.

Itu artinya, pekerjaan dari menteri harus jauh lebih berat ketimbang presiden itu sendiri.

Halaman
123