"Sebetulnya hal itu jauh lebih baik dilakukan daripada kemudian membuat masyarakat berbicara tentang poin lain," terangnya.
"Bukan poin inti dari permasalahan penanganan di Surabaya," imbuhnya.
"Akhirnya sekarang kita berbincang tentang perilaku, tentang gestur, tentang komunikasi yang dilakukan oleh Bu Risma," jelas Hendri.
Terlebih gestur yang ditunjukkan oleh Risma dihubung-hubungkan dengan adanya perbedaan kebijakan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Dirinya kemudian beranggapan bahwa ketika pada saat itu Risma melakukan tindakan yang lebih bijak maka masyarakat tidak akan berbicara tentang hal itu.
"Tapi kalau misalnya pada saat disampaikan dia langsung mengatakan bahwa dia akan segera memperbaiki prosedur yang ada di Surabaya sehingga penanganan Covid di Surabaya lebih baik,"
"Pasti masyarakat tidak berbicara ke arah sana," pungkasnya.
• Anies Baswedan Masih Bungkam soal Polemik PPDB DKI Jakarta, Hanya Berikan Jawaban Singkat
Simak videonya mulai menit ke: 4.00
Alasan Risma Bersujud dan Menangis di Kaki Dokter
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini sampai sujud dan menangis di kaki seorang dokter dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo.
Hal itu terjadi saat menggelar pertemuan dengan Ikatakan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya di halaman Balai Kota Surabaya, Senin (29/6/2020).
Dilansir TribunWow.com dari tayangan Youtube KompasTV, kejadian itu berawal ketika Risma mendengar banyak keluhan yang disampaikan oleh para dokter terkait penanganan Virus Corona di Surabaya.
Keluhan tersebut di antaranya adalah kapasitas rumah sakit rujukan Covid-19 di Surabaya sudah melebihi batas, artinya sudah tidak bisa lagi menampung pasien Corona.
Keluhan bahwa rumah sakit di Surabaya sudah overload itu disampaikan oleh Ketua Pinere RSUD Dr Soetomo, dr Sudarsono.
Mendengar hal itu, Risma lantas berdiri dari kursinya dan menghampiri peserta rapat.
Risma kemudian bersujud dan menghampiri kaki dr Sudarsono yang sebelumnya mengeluhkan bahwa RS Covid-19 di Surabaya overload.
Sambil menangis, Risma memeluk erat kaki dari dr Sudarsono.
• Kronologi Kasus Jenazah Tertukar di Surabaya, Kerabat: Harusnya yang Dimakamkan Laki-laki
Hal itu sontak membuat rapat terhenti sejenak, sembari beberapa petugas Pemkot dan peserta rapat menghampiri Risma untuk membantu mendirikan kembali dan membawanya ke tempat duduk semula.
Setelah kembali ke tempat duduknya, Risma kemudian mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi.
Dirinya mengatakan bahwa dari pihak Pemkot juga mengaku kesulitan untuk berkomunikasi dengan pihak RSUD Dr Soetomo.
Maka dari itu, Wali Kota petahana itu mengaku tidak terima jika pihaknya terus disalahkan.
"Kami ndak bisa, kami bisa dengan rumah sakit yang lain," kata Risma.
"Kami enggak bisa masuk ke situ (RSUD Dr Soetomo), kalau bapak menyalahkan kami, kami enggak terima, kami enggak bisa masuk ke sana," jelasnya.
"Tolonglah kami jangan disalahkan terus," pungkasnya.
• Daerah di Indonesia yang Miliki Rasio Kematian Covid-19 Tertinggi, DKI Jakarta hingga Surabaya
Risma kemudian menyinggung terkait percakapannya dengan Kapolda Jawa Timur saat menggelar rapat di Polda Jatim.
Dirinya mengatakan bahwa saat itu Kapolda sempat menanyakan tentang kamar kosong di Surabaya.
Hal itu ditanggapi positif oleh Risma dengan menyiapkan 200 kamar kosong.
"Saya kemarin diminta, demi Allah ini saya siap disumpah dengan cara apapun," tegas Risma.
"Di rapat di Polda, Pak Kapolda bilang, Bu Risma ada kamar, 'saya menyiapkan 200 dan ini ada beberapa kosong kamar'," jelasnya.
"'Bisa dimasuki Bu Risma?', 'bisa, silakan bapak, dengan senang hati'," sambungnya.
"Demi Allah Pak Kapolda ngomong gitu, silakan dipakai kamarnya."
Namun pada kenyataannya, Risma mengaku hanya dipermainkan.
"Apa yang terjadi besoknya, kami enggak butuh bantuan, menyakitkan sekali," ungkapnya.
"Tolonglah kami jangan disalahkan terus," pungkasnya.
Simak videonya:
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)