TRIBUNWOW.COM - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini yang bersujud dan menangis pada Dokter Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dokter Sudarsono menghebohkan publik pada Senin (29/6/2020).
Pemerhati Sosial, Devie Rahmawati menilai ada motif lain mengapa Risma melakukan hal itu.
Menurut Devie, Risma memang ingin menunjukkan kepada warganya bahwa ia bersama rakyat Surabaya menangani Covid-19.
• Tanggapan Dokter Sudarsono seusai Risma Sujud di Kakinya: Saya Ngomong Apa Adanya
Meski demikian, tontonan seperti itu tidak terlalu penting dalam konteks krisis seperti sekarang.
"Upaya Ibu Risma untuk menyampaikan pesan bahwa yang bersangkutan berupaya dengan sangat keras untuk mendampingi warganya," kata Devie dikutip TribunWow.com dari channel YouTube metrotvnews pada Selasa (30/6/2020).
"Di satu sisi ini jadi tontonan simbolik yang penting namun dalam konteks krisis tontonan simbolik bukanlah segalanya," ujar Devie.
Devie berpandangan, yang terpenting saat ini adalah bagaimana pemimpin daerah bisa mencari jalan keluar sekaligus memberikan harapan untuk menangani Covid-19.
"Sebenarnya dalam krisis yang paling diuji adalah kepemimpinan dari para tokoh dalam konteks ini tentu saja para pemimpin-pemimpin daerah."
"Karena kalau kita ilustrasikan krisis itu seperti layaknya semua orang dalam sebuah rumah yang kemudian mengalami kebakaran, di situlah seorang pemimpin dibutuhkan untuk menunjukkan arah ke mana semua orang agar tidak panik, saling memukul, saling menginjak untuk mencari jalan keluar sekaligus memberikan harapan," jelasnya.
• Sentil Jiwa Bonek, Keluarga TNI AD Jatim Kecewa pada Warga Surabaya: Risma Teriak Itu Nggak Cukup
Sehingga bisa disimpulkan, sujud Risma di depan publik itu perlu ditindaklanjuti dengan tindakan yang tegas.
"Oleh karenanya apa yang dilakukan oleh Bu Risma tentu saja harapannya tidak berhenti dengan bersujud," pungkasnya.
Lalu, Devie menyinggung soal keberhasilan sejumlah pemimpin di dunia mengatasi Virus Corona dengan 3K.
3K yang terdiri dari kecepatan, keberanian, dan komunikasi yang terbuka dinilai sangat penting.
"Karena kalau kita perhatikan tren di seluruh dunia, kota-kota bahkan negara yang berhasil menekan angka penyebaran Virus Corona itu dilakukan oleh para pemimpin-pemimpin yang memiliki paling tidak tiga karakteristik."
"Mereka memiliki 3K, kecepatan, keberanian dan komunikasi yang terbuka dalam hal ini Bu Risma sudah memiliki komunikasi yang terbuka," kata Devie.
• Pakar Ekspresi Analisis Sujud Risma pada Dokter, Sebut Dibuat Sedemikian Rupa: Natural Buat Dia
Sehingga, sujud Risma di depan publik itu juga bisa dimaknai sebagai keberanian Wali Kota itu untuk menunjukkan kelemahan.
"Artinya beliau berani menunjukkan saya juga pemimpin yang lemah," kata dia.
Sekali lagi, Devie mengingatkan bahwa sujud itu harus diikuti dengan kecepatan penanganan Covid-19.
"Namun itu harus disusul dengan keberanian mengambil keputusan dan juga kecepatan," imbuhnya.
Lihat videonya mulai menit ke-1:45:
Risma : Aku Enggak Pantas jadi Wali Kota
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersujud dan menangis mendengar kondisi fasilitas kesehatan di Surabaya, Senin (29/6/2020).
Peristiwa ini terjadi saat ia menghadiri rapat audiensi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Balaikota Surabaya.
Risma menangis saat seorang dokter menerangkan bahwa Rumah Sakit Umum (RSU) dr Soetomo di Surabaya telah melebihi kapasitas pasien.
• Alasan Risma Tiba-tiba Sujud dan Menangis di Kaki Dokter: Tolonglah Kami, Jangan Disalahkan Terus
Dilansir TribunJatim.com, Senin (29/6/2020), seorang dokter yang bernama dr Sudarsono mengungkapkan masih perlunya edukasi bagi masyarakat.
"Mari kami mengajak konsolidasi dan koordinasi dengan Surabaya. Faktanya memang Surabaya banyak. Selain itu, Saya melihat di jalan jalan banyak warga dan ABG yang nongkrong di warung," ujar Sudarsono.
Dokter senior ahli paru dari RSU dr Soetomo tersebut juga mengungkapkan bahwa banyak rumah sakit yang saat ini sudah overload.
Mendengar hal itu, Risma tiba-tiba beranjak dan bersujud di kaki dokter tersebut.
Ia menangis dan memohon maaf kepada dokter tersebut.
"Mohon maaf Bapak, mohon maaf," kata Risma dengan suara parau sambil memegangi kaki dokter tersebut.
Rapat tersebut terhenti sementara dan peserta rapat maju membantu Risma yang tak kuasa menahan perasaan.
Ia menuturkan bahwa pihaknya tidak dapat memasuki rumah sakit tersebut dan sempat akan memberikan bantuan namun ditolak.
Risma juga mengatakan bahwa pemerintah daerah merasa kesulitan berkomunikasi dengan pihak rumah sakit.
"Kalau Bapak nyalahkan kami, kami gak terima, kami tidak bisa masuk di sana," ungkapnya.
Sementara itu, dilansir Kompas.com, Senin (29/6/2020), Risma juga meminta agar pihaknya tidak sepenuhnya disalahkan.
"Tolonglah, kami jangan disangkal terus. Apa saya rela warga saya mati? Kita masih ngurus pukul 03.00 pagi orang meninggal yang warga bukan Surabaya, kami masih urus itu," tutur Risma.
Sambil masih berlinang air mata, wali kota tersebut malah menyalahkan dirinya sendiri.
Kepada para dokter yang hadir dalam rapat tersebut, ia mengatakan bahwa dirinya tak pantas menjadi wali kota.
"Aku enggak pantas jadi wali kota," ucapnya disela-sela tangis.
Lihat tayangan selengkapnya dari menit pertama:
(TribunWow.com/Mariah Gipty)