Virus Corona

Ahli Ungkap Tantangan Utama dalam Mengembangkan Vaksin Covid-19, Kecepatan hingga Biaya yang Tinggi

Editor: Ananda Putri Octaviani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi. Dalam gambar yang diambil pada 29 April 2020, seorang ilmuwan menunjukkan vaksin eksperimental untuk virus corona COVID-19 yang diuji di Laboratorium Kontrol Kualitas di fasilitas Biotek Sinovac di Beijing. Sinovac Biotech, yang melakukan salah satu dari empat uji klinis yang telah disetujui di China, telah mengklaim kemajuan besar dalam penelitiannya dan hasil yang menjanjikan di antara monyet.

TRIBUNWOW.COM - Para ahli di seluruh dunia sedang berusaha menemukan vaksin untuk menghadapi pandemi Covid-19 yang masih belum berakhir hingga saat ini.

Peneliti dari Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) yang juga Divisi Riset dan Pengembangan PT Bio Farma, Neni Nurainy, mengatakan bahwa pembuatan dan pengembangan vaksin memang menjadi yang paling ditunggu, hingga berhasil dipergunakan kepada manusia.

Akan tetapi, pengembangan vaksin untuk Covid-19 juga tidak luput dari tantangannya sendiri.

Penjelasan Dokter soal Cara Pengobatan untuk OTG yang Positif Covid-19: Makan Makanan yang Bergizi

Berikut penjelasannya:

1. Kecepatan

Neni mengatakan bahwa wabah Virus Corona lainnya, yakni SARS dan MERS, tidak berlangsung lama.

Oleh karena itu, diperlukan percepatan waktu untuk menghasilkan vaksin ini hingga sampai tahap komersial.

Caranya ada dua.

"Pertama, dengan rapid response platform yaitu dengan memilih platform teknologi yang cepat untuk bisa menghasilkan vaksin yang cepat," jelas dia.

Kedua, adanya relaksasi regulasi, misalnya adanya emergency use, assesment dan listing yang bisa dipergunakan dalam keadaan darurat.

Apakah Orang yang Miliki Imun Tubuh yang Lemah Rentan Terinfeksi Virus Corona? Ini Penjelasan Dokter

2. Biaya cukup tinggi

Biaya yang cukup tinggi untuk pengembangan vaksin ini juga menjadi tantangan tersendiri.

Sementara tidak ada garansi bahwa vaksin yang telah berhasil dibuat akan dipakai secara rutin, layaknya vaksinasi untuk berbagai penyakit lainnya.

Seperti yang terjadi pada pembuatan vaksin SARS dan MERS, kata Neni, pengembangannya sudah mencapai fase clinical trial 2 tetapi berhenti karena wabah SARS dan MERS juga berakhir.

Akibat hal itu, tidak banyak perusahaan multinasional yang tertarik untuk berinvestasi tinggi pada pengembangan vaksin pandemi.

Halaman
12