Kasus Novel Baswedan

Sebelum Diserang, Novel Baswedan Diintai 2 Minggu saat Subuh: Bahkan Difoto, Kendaraan Oknum Polisi

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penyidik KPK Novel Baswedan mengungkapkan rumahnya pernah diintai sebelum peristiwa penyiraman air keras, dalam acara Mata Najwa, Rabu (17/6/2020).

TRIBUNWOW.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan mengungkapkan fakta penyiraman air keras pada wajahnya.

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam acara Mata Najwa di kanal YouTube Najwa Shihab, Rabu (17/6/2020).

Seperti diketahui, Novel Baswedan disiram air keras pada 11 April 2017 silam saat subuh.

Penyidik senior KPK, Novel Baswedan, datang ke Polda Metro Jaya, Senin (6/1/2020). (KOMPAS.COM/WALDA MARISON)

Novel Merasa Dihina Dengar Tuntutan 1 Tahun Penjara Terdakwa: Jangan-jangan Juga Menghina Presiden

Kedua pelaku penyerangan, Rahmat Kadir Mahulette dan Rony Bugis, terungkap merupakan anggota polisi.

Novel menyebutkan sebelum diserang rumahnya sempat diintai oleh pelaku setidaknya dua minggu dan sempat disaksikan warga sekitar.

"Peristiwa penyerangan kepada saya ini dimulai dengan pengintaian setidaknya dua minggu sebelumnya," ungkap Novel Baswedan.

Kejadian itu disaksikan warga sekitar.

Bahkan beberapa warga sempat memfoto pelaku dan kendaraan yang ditumpangi.

Ia membenarkan kendaraan tersebut adalah milik anggota Polisi.

"Orang yang mengintai dari seberang rumah saya itu diamati oleh beberapa saksi, bahkan berinteraksi, berbicara," paparnya.

"Bahkan difoto wajahnya dan kendaraannya, salah satunya milik oknum anggota Polri," ungkap Novel.

Pelaku juga sempat menanyakan lokasi rumah Novel Baswedan.

Dari peristiwa itu Novel menyimpulkan rumahnya memang sudah diincar pelaku.

"Kemudian dari mana mereka bisa diyakini adalah orang yang mengamati? Karena dalam komunikasi dia bercerita bahwa dia sedang mencari Novel," jelas penyidik senior ini.

"Menunjuk ke rumah saya, mengamati rumah saya. Sehingga orang sudah jelas bahwa ini mengamati rumah saya," lanjutnya.

Novel menyebutkan ada beberapa saksi lain yang mengetahui sosok pelaku.

Kasus Sarang Burung Walet Jadi Alasan Dendam Penyerang, Novel Baswedan Sebut Fitnah: Keterlaluan

Ia menjelaskan si pelaku kembali datang untuk mengamati rumahnya dua hari sebelum kejadian.

"Saksi yang lain lagi adalah saksi yang melihat pelaku H-2. Jadi pelaku eksekutor ini buka hari-H itu saja datang," kata Novel.

Sehari sebelum penyerangan, pelaku mengintai rumah Novel saat subuh.

Setelah itu pelaku sempat membeli kopi dan berbicara dengan penjualnya.

"Setelah pengintaian selesai, dia sempat membeli kopi dan berkomunikasi dengan jarak dekat orang yang jualan kopi," papar dia.

Meskipun ada beberapa saksi yang dengan jelas mengetahui pelaku, mereka tidak diperiksa dalam persidangan.

Hal ini yang membuat Novel merasa janggal.

"Begitu juga H-1 ada salah seorang imam masjid di tempat saya sempat melihat dengan jarak yang cukup dekat untuk mengamati dan sempat bertatapan muka dengan pelaku," kata Novel.

"Hal ini seharusnya bisa dilihat jelas korelasi itu," tegasnya.

Dengar Jawaban Novel Baswedan soal yang Kurang dari Sikap Jokowi, Najwa: Orang Kuat yang Anda Sebut?

Lihat videonya mulai menit 7:00

Deretan Kejanggalan Kasus Novel Baswedan

Novel Baswedan membeberkan serangkaian kejanggalan yang terjadi dalam kasus penyiraman air keras pada wajahnya.

Sebelumnya anggota polisi pelaku penyiraman air keras, Rahmat Kadir, dituntut hukuman 1 tahun penjara pada Kamis (11/6/2020).

Tuntutan tersebut kemudian menuai sorotan publik serta dinilai janggal karena kejadian terjadi sangat lama, yakni pada 11 April 2017 dan proses pengusutan mencapai 3 tahun.

• Selama Nurhadi Jadi Buron KPK, Warga Akui Sering Lihat Mobil Mewah Keluar Masuk Tempat Persembunyian

Dilansir TribunWow.com, Novel Baswedan sebagai korban menyebutkan kasus tersebut memang dirasa janggal.

Hal itu ia sampaikan dalam tayangan Kabar Petang di TvOne, Sabtu (13/6/2020).

"Saya mulai sejak awal kedua terdakwa, yang waktu itu tersangka, ditangkap atau menyerahkan diri. Saya tidak tahu mana yang betul," kata Novel Baswedan saat dihubungi.

Awalnya ia bertanya alasan kedua orang ini ditangkap dan alat bukti yang mendasari.

Meskipun begitu, Novel tidak pernah mendapat jawaban.

Penyidik KPK Novel Baswedan mengungkapkan deretan kejanggalan pada kasus penyiraman air keras di wajahnya, dalam Kabar Petang, Sabtu (13/6/2020). (Capture YouTube TvOne)

"Saat itu saya bertanya kepada penyidik, apa alat bukti yang mendasari bahwa kedua orang itu adalah pelakunya?" ungkap Novel.

"Sampai kemudian perkara dilimpahkan ke penuntutan, saya tidak pernah mendapatkan jawaban soal itu," tuturnya.

Tidak hanya itu, penjelasan juga tidak didapat Novel Baswedan saat proses penuntutan.

"Begitu juga di proses penuntutan saya bertanya kepada jaksa penuntut, apa yang membuat jaksa penuntut yakin bahwa kedua orang ini adalah pelakunya?" katanya.

Fakta ini merupakan kejanggalan pertama yang dirasakan Novel sebagai korban.

Selain itu, ia menyebutkan saat sidang tidak ada saksi kunci yang dapat memberikan keterangan terhadap penyerangan itu.

• Novel Baswedan Desak Jokowi Turun Tangan soal Kasusnya, Masinton: Apa-apa Presiden, Jangan Lebay

"Kedua, ketika saya mengikuti proses sidang sebagai saksi, saya hadir di pengadilan. Ternyata saya ketahui dalam berkas perkara saksi-saksi penting tidak dimasukkan dalam berkas perkara," papar Novel.

"Saya kemudian dengan kuasa hukum menyampaikan kepada jaksa penuntut dengan harapan jaksa penuntut mau memasukkan saksi-saksi kunci yang mengetahui penyerangan kepada diri saya untuk dihadirkan dan didengarkan," jelasnya.

Meskipun permintaan itu telah disampaikan, tidak kunjung dilakukan juga oleh jaksa penuntut.

Fakta lain yang mencurigakan adalah adanya barang bukti yang hilang, seperti botol yang berisi air keras.

"Selain itu ada beberapa barang bukti yang hilang. Saya bisa katakan contohnya adalah botol yang dipakai untuk menuang ke suatu mug dan dipakai menyiram ke wajah saya," jelas Novel.

Selain itu, pakaian yang terkena air keras juga digunting sehingga bekasnya menjadi hilang.

"Saya juga tahu baju yang digunakan saya saat itu di bagian depannya digunting. Ketika digunting, tentunya apabila ada bekas air keras di sana menjadi hilang," tuturnya. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)