TRIBUNWOW.COM - Sebanyak 14 pedagang di Pasar Serdang, Kemayoran, Jakarta Pusat positif terinfeksi Virus Corona (Covid-19).
Perumda Pasar Jaya lantas bertindak tegas dengan menutup Pasar Serdang selama tiga hari ke depan.
Melalui kanal YouTube KOMPASTV pada Senin (15/6/2020), terlihat aktivitas Pasar Serdang sepi dari aktivitas jual beli.
• Daftar Tempat Umum yang Berisiko Tinggi untuk Tertular Virus Corona, Mana Saja?
Para pedagang pun hanya bisa pasrah melihat akses masuk ke area pasar, ditutup petugas Covid-19.
Sorang pedagang pakaian bernama Tanjung menjelaskan bahwa ia mendukung upaya pencegahan Covid-19.
Kendati demikian, Tanjung berharap penutupan pasar tidak berlangsung lama.
Pasalnya para pedagang menggantungkan nasib dari aktivitas pasar.
"Iya tanggalnya kita dukung saja, yang penting jangan diobok-obok terus pasar, kepastian yang kena itu yang mana gitu loh," ujar Tanjung.
"Jangan pedagang jadi sepit terus, kasian, itu yang kena kapan, tanggal berapanya gitu," imbuhnya.
"Kita dukung pemerintah itu enggak apa-apa," tandasnya.
• Ahli Ungkap Alasan Orang Cenderung Tak Percaya Adanya Virus Corona: Sesuatu yang Tak Terlihat
Seorang pedagang tahu bernama Siti Aminah juga mengungkapkan hal serupa.
Siti Aminah menegaskan bahwa penutupan pasar memang sangatlah tepat.
"Kalau menurut saya itu baik, supaya untuk mencegah Covid-19 ini, untuk memutus rantai," kata Siti Aminah.
Selain itu, Siti Aminah mengaku ikut turun tangan menekan penyebaran Virus Corona.
Tentunya dengan cara menegur para pedagang yang nekat berjualan di tengah pandemi Virus Corona.
Bahkan, Siti Amina juga meminta bantuan Koramil mentertibkan para pedagang nakal.
"Jadi aku pun dari semalam enggak tidur, karena masih ada yang nakal masih dagang di luar," ujar Siti Aminah.
"Terus terang saya sampai ke Koramil, ngusir-ngusirin supaya jangan ada pedagang yang nakal," imbuhnya.
"Termasuk saya sendiri pedagang, tapi saya buka di rumah melayani tapi tidak harus di lingkungan pasar," tandasnya.
Lihat videonya
• Ahli Ungkap Alasan Orang Cenderung Tak Percaya Adanya Virus Corona: Sesuatu yang Tak Terlihat
Prediksi Corona di Indonesia Berakhir September
Ilmuwan Statistik Universitas Kristen Petra (UK Petra) Indriati Njoto Bisono menjelaskan penelitian yang mengkaji berakhirnya pandemi Virus Corona (Covid-19) di Indonesia.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat dihubungi dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi di TvOne, Sabtu (13/6/2020).
Sebelumnya muncul prediksi dari ilmuwan Program Business Engineering UK Petra Surabaya yang menyebutkan pandemi akan berakhir pada September 2020.
Prediksi tersebut dilakukan berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan dan situasi pandemi seluruh dunia.
Indriati sebagai peneliti menjelaskan prediksi yang dibuat bersama rekannya tersebut.
"Kami melakukan penelitian ini sejak sebulan yang lalu," ungkap Indriati Njoto Bisono.
Ia menyebutkan awalnya penelitian tersebut merupakan proyek mata kuliah yang kemudian dikaji lebih lanjut.
"Pertamanya ini memang sebagai project untuk salah satu mata kuliah, tapi setelah itu kami merasa project ini bisa diseriusin," papar Indri.
"Jadi kami berdua sebagai dosen terlibat secara serius. Kami juga ingin memberikan sedikit pencerahan kepada masyarakat," lanjutnya.
Indriati menyadari hasil penelitiannya dapat menuai sorotan publik.
Seperti diketahui, kurva pertumbuhan kasus baru di Indonesia masih terus menanjak.
"Tapi memang benar bahwa membuat sebuah statement tentu saja membuat konsekuensi yang besar," kata Indriati.
Ilmuwan tersebut mengaku juga sempat khawatir akan menerima hujatan.
Indriati kemudian menjelaskan konsep penelitian yang dilakukan bersama rekan dosennya itu.
• Viral Sejumlah Pasien Corona Ngamuk hingga Bakar Tenda Perawatan, Gugus Tugas Dikira Main Belakang
Ia menyebutkan penelitiannya masih berupa prediksi dan hasilnya dapat berubah seiring data yang masuk.
"Yang kami lakukan adalah yang disebut predictive-monitoring. Artinya prediksinya akan berubah setiap saat kalau data baru masuk," jelasnya.
"Jadi setiap kali data itu akan bertambah terus. Data yang bertambah itu akan mengubah parameter dari prediksi kami," papar Indri.
Meskipun masih berupa prediksi, Indriati menyebutkan penelitiannya dapat berguna untuk publik.
"Namun seluruh Indonesia pasti bertanya, apa gunanya predictive-monitoring seperti itu kalau harus memprediksi?" tuturnya.
"Dengan monitoring pun kita punya lead, kapan ini akan berakhir," jelas Indri.
Berdasarkan data yang masuk selama sebulan terakhir, Indri menilai prediksi yang dibuat dalam kajiannya mulai menunjukkan hasil yang stabil.
"Saya sudah melihat data ini setiap hari dari sebulan yang lalu. Saya bisa merasakan bahwa, meskipun ini predictive-monitoring, ada data yang masuk saja bisa mengubah prediksinya," kata Indri.
"Kemudian kalau data itu sudah lebih stabil, maka prediksinya itu tidak akan berubah lebih jauh," jelasnya. (TribunWow.com/Khistian TR/Brigitta)