Virus Corona

Kritik yang Kurang dari Istilah New Normal, Pandu Riono Sebut Membingungkan: Kata 'New' Gak Didengar

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga melintas di depan salah satu toko di Pasar Baru, Jakarta Pusat, Selasa (9/6/2020). Meski masih dalam masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi, pusat perbelanjaan tersebut mulai dibuka kembali dengan menerapkan protokol kesehatan menjelang pelaksanaan new normal (tatanan kehidupan baru).

"Pengertian new normal saja mereka bingung. 'Oh, sudah normal, ya?'," ungkap pakar Epidemiologi ini.

"Jadi kata new-nya itu enggak didengar. Dia beranggapan sudah normal," jelasnya.

Oleh karena sikap abai tersebut, banyak orang yang jadi enggan memakai masker.

"Jadi mereka tidak peduli lagi mau pakai masker," terang Pandu.

Pandu menilai penggunaan istilah sangat penting agar informasinya sampai ke masyarakat.

"Beberapa masyarakat masih persepsinya salah. Karena itulah kita memilih istilah-istilah yang sesuai dengan pendapat masyarakat itu mudah," kata Pandu.

Ia menyebutkan hal ini sudah didiskusikan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

"Misalnya waktu itu kita bicara dengan Pak Anies, kita menggunakan istilah aman, sehat, produktif," jelasnya.

"Masyarakat itu harus diberi pengertian, apa yang disebut aman? Aman itu adalah mengurangi risiko," kata Pandu Riono.

Tidak hanya itu, protokol kesehatan yang sederhana seperti memakai masker saja perlu disosialisasikan terus-menerus.

"Nah, menggunakan masker saja yang sederhana itu harus diingatkan terus," tambahnya.

• Minta Tak Pakai Istilah New Normal, Pandu Riono Nilai Jadi Rancu: Seperti Naik Motor Pakai Helm

Lihat videonya mulai menit 1:30

Minta Tak Pakai Istilah New Normal

Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono meminta pemerintah berhati-hati menggunakan istilah new normal.

Menurut Pandu, istilah tersebut dapat ditangkap rancu oleh masyarakat.

Halaman
1234