"Jadi itu akibat dari pada testing dan pelacakan," ujar Pandu.
"Saya kira jangan dilihat sebagai hal yang negatif."
Hasil dari tes secara masif itu menurut Pandu dapat membantu dalam mencegah lebih banyak lagi orang yang tertular karena bisa melakukan isolasi secara dini dengan melacak orang-orang yang berpotensi terpapar Covid-19.
"Sebenarnya harapannya kalau kita bisa menemukan sebanyak-banyaknya dan melacak, dan mengisolasi. Itu artinya kita berusaha memutus rantai penularan," paparnya.
Pandu kemudian membantah bahwa PSBB di Ibu Kota dilonggarkan.
Ia menegaskan masa transisi hanya mengijinkan sejumlah kegiatan tertentu.
Selama PSBB transisi berjalan, Pandu meminta agar pemerintah melihat kasus Corona per kasus.
Saat ini menurutnya isolasi bisa dilakukan khusus secara lokal pada klaster tertentu saja seperti di sebuah pasar, kantor, maupun lingkungan tertentu.
"Kita harus lebih terfokus sekarang, strategis, pada dimana penularan-penularan itu terjadi," jelas Pandu.
"Dengan demikian kita bisa saja melakukan karantina wilayah, karantina RW atau melakukan ada kantor yang ditutup atau ada mall yang ditutup atau pasar yang harus kita tutup," tandasnya.
• Kabar Baik di Tengah Lonjakan Kasus Virus Corona di Jakarta, Pakar UI: Pasien di Rumah Sakit Menurun
Simak tayangan selengkapnya dari menit awal:
Anies Klarifikasi Lonjakan Corona di Jakarta
Di sisi lain, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan telah mengungkapkan alasan mengapa terjadi rekor lonjakan kasus baru Virus Corona.
Pernyataan Anies menyusul data kasus baru Covid-19 pada Selasa (10/6/2020), yang memaparkan terdapat 234 kasus baru di DKI Jakarta.
Hal itu disampaikan Anies Baswedan saat menjadi narasumber di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa.
Anies Baswedan menjelaskan bahwa pihakya memang akan memperbanyak pengujian.
Sehingga, ia mengakui bahwa hal itu membuat lonjakan kasus baru.