TRIBUNWOW.COM - Pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Gus Miftah membantah isu yang menyebut Virus Corona adalah azab dari Tuhan.
Dilansir TribunWow.com, Gus Miftah menyebut Virus Corona justru menjadi pukulan telak bagi seluruh umat Islam.
Pasalnya, sejak virus ini mencuat, pemerintah menganjurkan seluruh masyarakat beribadah di rumah.
Ia lantas melayangkan sindiran bagi umat Islam yang juga tak melaksanakan ibadah di masjid sebelum Virus Corona melanda.
• Gus Miftah Tak Setuju dengan Ungkapan Jokowi Damai dengan Corona: Seperti Kekhawatiran Pemerintah
• Di Mata Najwa, Gus Miftah Akui Tak Setuju soal Ajakan Berdamai dengan Corona: Virusnya Mau Damai?
Hal itu disampapikan Gus Miftah dalam tayangan Mata Najwa, Rabu (3/6/2020).
"Saya pikir pandangan itu kurang tepat karena yang menerima musibah ini tidak hanya orang yang tidak beriman," kata Gus Miftah.
"Bahkan orang beriman sekalipun."
Gus Miftah lantas menyinggung kasus Virus Corona di Arab Saudi.
Ia menyatakan, Virus Corona bukanlah bentuk azab dari Tuhan.
"Bahkan catatan saya di Saudi Arabia itu yang paling banyak terpapar virus justru Kota Mekah," ucap Gus Miftah.
"Artinya kalau ini dijadikan sebagai tolak ukur 'Oh ini azab bagi orang yang tidak beriman', seharusnya mereka terhindar dari virus ini."
"Situasi saat pandemi dengan korban berjatuhan hari ini semakin banyak," sambungnya.
Terkait hal itu, ia pun membahas soal kisah Nabi Nuh.
"Saya mengibaratkan begini, saat Nabi Nuh harus memilih penumpang kapalnya yang kapasitas kapalnya itu sangat terbatas."
"Artinya orang-orang yang selamat, yang diajak oleh Nabi Nuh untuk naik ke perahu itu adalah orang-orang yang siap. Siap secara jasmani, siap secara rohani, siap secara spiritualitas," kata dia.
• Kemungkinan Pemrov DKI Ganti PSBB dengan PSBL, Anies: Mulai Melakukan Transisi Menuju Normal Baru
Belajar dari kisah Nabi Nuh, Gus Miftah lantas mengajak masyarakat memperbaiki kualitas iman di saat pandemi melanda.
Ia lantas menyinggung imbauan pemerintah yang meminta warga bekerja hingga beribadah di rumah.
Gus Miftah menilai, imbauan pemerintah itu menjadi pukulan telak bagi umat Islam.
"Maka di sini kemudian kita harus sama-sama tingkatkan kualitas diri, baik jasmani, rohani, spiritualitas sehingga kita layak dapat tempat terpilih ikut bahtera Nabi Nuh," ujar Gus Miftah.
"Sangat tepat sekali, begitu pemerintah mengatakan 'Sudah kita kerja di rumah, kita ibadah di rumah', ini sebenarnya pukulan telak buat kita."
Ia kemudian menyindir umat Islam yang sebelumnya tak pernah melaksanakan ibadah di masjid.
"Karena selama ini kita terlalu sering melupakan masjid, kita terlalu sering meninggalkan majelis taklim."
"Maka begitu ada imbauan seperti ini, halah sekarang banyak yang baru teriak-teriak 'Wah gimana kita enggak boleh ibadah di masjid'," tukasnya.
Simak video berikut ini menit ke-5.35:
Tak Setuju Berdamai dengan Corona
Pada kesempatan itu, sebelumnya Gus Miftah mengaku tak sependapat saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat berdamai dengan Virus Corona.
Dilansir TribunWow.com, Gus Miftah menyatakan ajakan berdamai dengan Virus Corona itu justru menunjukkan kegamangan pemerintah.
Ia juga menduga sejumlah penyebab hingga presiden mengajak masyarakat berdamai dengan virus yang telah menewaskan ribuan orang di Indonesia itu.
• Tanggapi soal Jokowi dan Menkominfo Dinyatakan Melanggar Hukum, Refly Harun: Kita akan Klepek-klepek
Pada kesempatan itu, mulanya Gus Miftah menyebut Virus Corona tak akan hilang dari muka bumi.
"Saya pikir begini, virus ini harus dipahami bahwa virus ini tidak akan hilang sama sekali, akan tetap ada," ucap Gus Miftah.
"Artinya keberadaannya tidak akan hilang sama sekali."
Gus Miftah menyebut, keberadaan Virus Corona justru memaksa wearga untuk peduli dengan kebersihan.
Ia pun secara gamblang menyatakan tak setuju dengan istilah berdamai dengan Virus Corona.
"Islam kenapa kemudian mengajarkan kita untuk kebersihan? Maka kita sering mendengar kebersihan itu sebagian dari iman," kata Gus Miftah.
"Saya pribadi kurang sepakat dengan istilah berdamai dengan virus."
Menurut dia, istilah berdamai bisa digunakan jika kedua pihak memiliki kemauan yang sama.
Hal itulah yang disebutnya masih menjadi tanya hingga kini.
• Semakin Parah, Kota Surabaya Berubah Jadi Zona Hitam Corona, 127 Anak dan Balita Positif Covid-19
Pasalnya, tak ada yang mengetahui kapan Virus Corona mau berdamai dengan seluruh warga di Indonesia.
"Kalau saya berdamai dengan Mbak Nana (Najwa Shihab -red), itu ada kemauan dari saya, ada kemauan dari Mbak Nana," ucapnya.
"Kalau kita berdamai dengan virus, pertanyaannya kita mau berdamai, apakah virusnya mau berdamai? Ini jadi ambigu bahasa ini."
Lantas, Gus Miftah justru menilai ajakan berdamai dengan Virus Corona menjadi wujud kegamangan pemerintah.
Ia pun menyinggung soal keterbatasan anggaran pendapatan belanja negara (APBN) hingga memaksa pemerintah mengizinkan warga mulai bekerja.
"Ketika pemerintah mengeluarkan kalimat berdamai dengan Corona, maka saya lihat seperi kekhawatiran atau kegamangan pemerintah," tutur Gus Miftah.
"Sehingga kemudian apakah berlatarbelakang ABPN tidak cukup, rakyat harus segera bekerja, lalu ada istilah damai dengan Corona."
Lebih lanjut, Gus Miftah menyebut pemerintah selayaknya meminta warga untuk lebih waspada ketimbang berdamai dengan Virus Corona.
Misalnya, dengan menjaga kebersihan dan menaati semua imbauan soal penanganan Virus Corona.
"Mungkin akan lebih tepat jika kita menggunakan harus lebih waspada," kata dia.
"Jadi kalau hidup bersih, sesuai tuntunan agama sebagai style, pahami, sosialisasikan arti protokoler kesehatan, memeprketat pelaksanaan."
"Saya pikir itu lebih bisa diterima oleh akal daripada bahasa berdamai dengan Corona," tukasnya. (TribunWow.com)