Beberapa perubahan diusulkan untuk tetap menyelenggarakan kegiatan belajar dan mengajar yang aman bagi siswa.
Usulan tersebut diantaranya adalah pengurangan jam masuk sekolah dan peniadaan jam istirahat.
Perubahan sistem pengajaran juga sedang dirumuskan untuk memfasilitasi guru agar dapat beradaptasi di situasi new normal.
Dilansir Kompas.com, Kamis (28/5/2020), Asisten Deputi Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat dan Pornografi Kementerian PPPA Ciput Ekawati menyampaikan hal tersebut dalam webinar.
Ia mengungkapkan telah merekomendasikan sejumlah skenario yang bisa dilakukan untuk dapat menerapkan protokol kesehatan di sekolah.
Satu diantaranya adalah pengurangan waktu belajar menjadi 4 jam sehari tanpa adanya istirahat.
"Namun yang sedang kami rekomendasikan adalah menghilangkan jam istirahat dan memperpendek jam pelajaran, yang sedang didiskusikan masuk 4 jam sehari tanpa jam istirahat," ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga telah merumuskan aturan untuk mengatur jumlah siswa dan memberlakukan physical distancing.
"Jumlah siswa, pengaturan jarak itu pasti akan ada jeda-jeda tertentu. Itu yang sedang diatur," imbuh Ciput.
• Adaptasi New Normal, Sekolah di Kediri akan Masuk Seminggu Sekali, Kadin Pendidikan: 10-15 Anak
Di sisi lain, Ciput juga menyinggung kesiapan institusi pendidikan dan tenaga pelajar yang harus bisa beradaptasi pada model pengajaran yang baru.
"Peran institusi pendidikan sudah pasti, jelas para guru harus siap remodeling sistem belajar di kelas," ujar Ciput.
Selain itu, pihak sekolah juga harus menyediakan tempat cuci tangan yang memadai agar tidak terjadi antrean anak-anak.
Ciput kemudian menyoroti pemberlakuan pendidikan new normal yang sudah dilaksanakan di Australia.
Saat ini, pelajar di negara tersebut telah mulai menyekolahkan anak didiknya dengan tetap berpegangan pada protokol kesehatan.
"Mereka hanya dua kelas dulu untuk uji coba, termasuk menyiapkan siswa, guru, tenaga pendidik dengan new normal ini," kata Ciput.