TRIBUNWOW.COM - Pakar Epidemiologi Pandu Riono mengomentari banyaknya kebijakan yang muncul selama masa pandemi Virus Corona (Covid-19).
Ia menyebutkan pemerintah banyak membuat kebijakan yang berbeda-beda setiap harinya.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat dihubungi dalam acara Ngopi di Kompas TV, Jumat (29/5/2020).
• Ungkap Alasan Jokowi Segera Terapkan New Normal, Ali Ngabalin: Presiden Tak Mau Rakyatnya Kelaparan
Awalnya, ia menyoroti banyaknya masyarakat yang masih melanggar protokol kesehatan yang mengharuskan pemakaian masker.
"Apalagi ingin bersilaturahmi, pulang kampung, atau mudik," ungkap Pandu Riono.
Inaya Wahid yang juga dihubungi dalam acara tersebut turut berkomentar.
Ia menyinggung banyaknya kebijakan pemerintah yang diumumkan tiap harinya.
"Dengan kebijakan yang besok A, terus malamnya B," komentar Inaya Wahid.
Pandu Riono hanya tertawa mendengar hal itu.
Ia menyebutkan justru pembuat kebijakan yang terkesan bingung dengan keputusannya sendiri.
"Saya sih enggak bingung, karena saya melihatnya yang bikin kebijakan macam-macam itu yang bingung," kata Pandu Riono.
Sambil terkekeh, ia menyamakan perilaku para pejabat saat ini seperti pemain teater yang kebingungan.
"Saya melihat teater bingung. Teater Nasional Bingung," ungkap pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) ini.
Riono menilai bahkan kebijakan itu sering bertentangan satu sama lain.
"Pejabat-pejabat itu 'kan pelakon teater nasional. Dia ngomong A, besok ngomong B," lanjut dia.
"Yang lain ngomong C dan sebagainya yang saling bertentangan," kata Riono.
• Blak-blakan soal Gelombang Dua Corona, Pakar Kesehatan Akui Tak Siap: Tenaga Medis juga Jadi Korban
Inaya Wahid tertawa mendengar persamaan itu.
"Padahal saya sebagai pemain teater yang asli enggak pernah loh, bikin bingung," sahut Inaya.
Pandu Riono kembali menyoroti 'sutradara' sebagai sosok nomor satu yang seharusnya dapat mengarahkan tiap kebijakan.
"Sutradara memang gayanya seperti ini. Dia sutradara, tapi gaya melakukan blocking pemain atau bicaranya enggak ada skenario, enggak ada skrip," katanya.
"Silakan ngomong sebebas-bebasnya. Jadi teater bebas," lanjut Riono.
"Bebas bingung," tambahnya sambil tersenyum.
Inaya Wahid setuju dengan hal tersebut.
Ia sendiri mengaku bingung bagaimana harus menyikapi setiap kebijakan dalam masa pandemi Covid-19.
"Gimana kita ini masyarakat harus menyikapi yang beda-beda, yang kemudian membingungkan ini semua?" ungkap Inaya Wahid.
Pandu Riono menyebutkan tidak mungkin hanya mengandalkan pemerintah untuk memastikan keselamatan diri.
"Kita terpaksa harus melindungi kita sendiri, orang enggak ada lagi yang melindungi kita," tegasnya.
"Jadi kita harus mengambil inisiatif untuk melakukan pembatasan sosial secara mandiri," tambah Riono.
• Desak Tunda New Normal, Pakar Sebut Masyarakat sedang Euforia: Kalau Kita Berani Seperti Itu
Lihat videonya mulai menit 42:00
Minta Tunda New Normal
Sebelumnya, pakar Epidemiologi Pandu Riono menilai masyarakat saat ini belum siap menerima kebijakan new normal.
New normal disebut sebagai cara hidup baru setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berakhir.
Meskipun begitu, kebijakan new normal menuai sorotan karena kurva pertumbuhan kasus Virus Corona (Covid-19) di Indonesia masih tinggi.
• Jokowi Minta Sektor Pariwisata Beradaptasi dengan New Normal: Pandemi Mengubah Tren Wisata Dunia
Dilansir TribunWow.com, Pandu Riono menyebutkan sebaiknya kebijakan itu ditunda sampai benar-benar siap.
Menurut Riono, hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana masyarakat menyikapi new normal.
"Yang akan terjadi masyarakat perlu disiapkan, nanti akan terjadi euforia," kata Pandu Riono, dalam acara Sapa Indonesia Pagi di Kompas TV, Kamis (28/5/2020).
"Seakan-akan pandemi ini sudah selesai padahal belum," lanjutnya.
Ia menyebutkan new normal bukan berarti melonggarkan kewaspadaan setelah PSBB berakhir.
"Padahal kita melakukan kelonggaran sekaligus peningkatan kewaspadaan," jelasnya.
Riono menilai sosialisasi yang baik benar-benar dibutuhkan saat ini untuk memberikan edukasi.
"Ini peningkatan kewaspadaan harusnya mulai sekarang dibangun dengan strategi komunikasi yang baik, komunikasi publik," kata Riono.
Ia juga mendorong pemerintah agar menjadi bagian dari masyarakat.
Riono menambahkan pentingnya peran masyarakat dalam new normal agar beban pemerintah tidak terlalu berat.
"Kita tidak mungkin semuanya diurusin oleh pemerintah. Jadi sekarang masyarakat sudah harus mengambil alih," jelas Riono.
• Kekhawatiran Gelombang Dua Corona, IDI Singgung Pernyataan Anies Baswedan: New Normal Harus Ketat
"Masyarakat akar bawah mulai melakukan promosi dan edukasi kepada semua lapisan masyarakat," lanjutnya.
Menurut dia, perlu diberikan pengertian tentang agar masyarakat tidak berlebihan saat new normal mulai berlaku.
"Dengan mengajak dan memfasilitasi itu, lebih cepat masyarakat sadar dan tidak perlu terjadi euforia saat dilonggarkan," katanya.
"Mungkin epidemiologinya sudah memenuhi syarat, tapi masyarakatnya belum siap," tegas Riono.
Ia bahkan menganjurkan new normal dapat ditunda terlebih dulu jika memang belum siap.
"Ya, mungkin kita harus tunda dulu pelonggaran ini kalau kita berani," kata Riono.
"Banyak negara kayak Taiwan menunda pelonggaran karena masyarakatnya masih belum siap," lanjutnya.
Selain itu, pelaku ekonomi juga harus dipersiapkan menghadapi cara baru dalam penerapan new normal.
"Kita juga harus berhati-hati, melonggarkannya jangan sekaligus serentak. Kalau perlu sepuluh tahapan tidak apa," ungkap Riono. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)