Virus Corona

Siap Tak Siap Dunia Pendidikan Indonesia Hadapi New Normal, Pengamat Sarankan Sistem Masuk Bergilir

Editor: Ananda Putri Octaviani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah siswa mengenakan masker saat mengikuti pelajaran di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sunter Agung 09, Jakarta Utara, Rabu (4/3/2020). Seluruh siswa SDN Sunter Agung 09 dihimbau mengenakan masker oleh pihak kepala sekolah karena penyebaran virus corona sekaligus mengurangi resiko tertular. Tribunnews/Jeprima

TRIBUNWOW.COM - Pengamat pendidikan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof Dr Joko Nurkamto MPd memberikan pandangannya terkait kesiapan dunia pendidikan di Indonesia dalam menghadapi new normal.

Joko mengatakan, dunia pendidikan di Indonesia bisa dibilang siap untuk menghadapi new normal.

Namun, siap yang ia maksud akan dimungkinkan tidak semaksimal seperti yang diharapkan oleh masyarakat.

Pasalnya, Joko menuturkan, kesiapan ini bergantung pada kejelasan bentuk kebijakan new normal yang dicanangkan oleh pemerintah.

Soal Pelaksanaan New Normal , Ketua GP Ansor Minta Pemerintah Tak Buru-buru: Tidak Boleh Gegabah

Merespons Agus Pambagio soal New Normal, Ali Ngabalin: Presiden Mengatakan Harus Produktif dan Aman

"Siap tetapi mungkin tidak semaksimal yang kita harapkan."

"Karena kita tidak bisa mengatakan siap atau tidak siap sebelum kita tahu bentuk new normal itu seperti apa," jelas Joko kepada Tribunnews, Kamis (28/5/2020).

Pengamat pendidikan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. (Tribunnews/Istimewa)

Jika wujud new normal yang dimaksud menjalani sekolah dengan protokol kesehatan yang ketat, maka ada beberapa aturan yang harus ditegakkan.

Joko menyarankan, saat sekolah sudah mulai dibuka kembali pada Juli nanti, tidak semua siswa langsung masuk.

Ia mengatakan lebih baik diberlakukan sistem bergilir untuk para siswa.

"Juli jangan langsung semuanya masuk, pakai sistem bergiliran, misalnya minggu pertama itu dalam jenjang SD yang masuk kelas 4 sampai 6."

"Setelah itu diadakan evaluasi, supaya ada perbaikan-perbaikan," terang Joko kepada Tribunnews melalui sambungan telepon.

Joko pun menyarankan agar sekolah menyediakan tim kesehatan untuk memantau anak-anak.

ILUSTRASI aturan baru di sekolah, di tengah wabah virus corona ---- Siswa sekolah dasar negeri 002 Ranai melakukan aktivitas belajar menggunakan masker di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Indonesia, Selasa (4/2/2020). Proses belajar mengajar kembali berlangsung setelah sebelumnya sempat akan diliburkan selama 14 hari terkait lokasi observasi WNI dari Wuhan, China yang berada di Natuna. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

 

Kasus Corona di Surabaya Terus Melonjak, Khofifah Contohkan Keberhasilan PSBB Malang Raya

"Disamping itu, salah satu bentuk evaluasi itu juga di sekolah harus disediakan tim kesehatan yang memantau anak-anak."

"Jadi pemantauan dari petugas kesehatan ini untuk menjamin misalnya berkumpulnya anak-anak bisa dikendalikan," imbuh Joko yang juga menjabat sebagai Kaprodi Pascasarjana Pendidikan Bahasa Inggris di UNS itu.

"Siap tidak pemerintah untuk itu karena kalau tidak akan berbahaya," tambahnya.

Oleh karena itu, dalam menghadapi new normal di dunia pendidikan, Joko menekankan harus ada sinergi dari guru, siswa, orang tua dan juga tim kesehatan.

Meski terdengar sulit, namun Joko mengatakan hal tersebut harus dilakukan agar kualitas pendidikan tidak menurun.

Para pelajar sekolah dasar di Fukuoka di hari pertama masuk sekolah, Senin(18/5/2020) setelah hampir 2 bulan diliburkan. (Foto Kyodo)

Alasannya, menurut Dosen FKIP UNS itu, anak-anak lebih menyukai pembelajaran secara langsung atau tatap muka dibanding pembelajaran daring.

Halaman
12