Virus Corona

Respons Kebingungan Netizen soal New Normal, Dokter Tirta: Covid Itu Tidak Bisa Hilang Layaknya TBC

Penulis: anung aulia malik
Editor: Ananda Putri Octaviani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dokter Tirta Mandira Hudhi dalam acara konferensi pers di kantor Graha BNPB, Jakarta, Rabu (27/5/2020). Dokter Tirta menjelaskan maksud dari istilah new normal.

TRIBUNWOW.COM - Istilah new normal yang kini semakin gencar digaungkan oleh pemerintah masih membuat netizen bingung.

Menanggapi kebingungan tersebut, dokter Tirta Mandira Hudhi menegaskan bahwa new normal adalah beradaptasi.

Ia menjelaskan bahwa Virus Corona (Covid-19) tidak akan bisa dihilangkan secara total.

Presiden Joko Widodo meninjau salah satu pusat perbelanjaan, di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (26/5/2020). Presiden Jokowi meninjau persiapan prosedur pengoperasian mal yang berada di wilayah zona hijau wabah COVID-19. TRIBUNNEWS/SETPRES/AGUS SUPARTO (TRIBUN/SETPRES/AGUS SUPARTO)

 

Sarankan Jokowi Menyerah Urus Covid-19, Rocky Gerung: Oke Ekonomi Kami Bangkrut, Kami Menyerah

Pada acara konferensi pers di kantor Graha BNPB, Jakarta, Rabu (27/5/2020), awalnya dr Tirta menyoroti soal banyaknya pertanyaan yang bermunculan tentang new normal.

"Kalau bertanya new normal," kata dr Tirta.

"Terlepas new normal ini ada atau enggak."

"Jadi terlepas ini dilaksanakan atau enggak."

"Banyak netizen dan masyarakat bertanya 'dok new normal itu apa?'" lanjutnya.

Ia menjelaskan bahwa new normal adalah beradaptasi dengan kondisi kehidupan yang baru.

"New normal itu adalah sebuah adaptasi gaya yang baru," ujar pria pemilik bisnis perawatan sepatu tersebut.

Dokter lulusan Universitas Gadjah Mada itu menerangkan bahwa Covid-19 tidak bisa dihilangkan secara total.

"Karena Covid itu tidak bisa hilang total," kata Tirta.

"Covid itu hanya bisa dikontrol."

"Itu adalah hal sesuatu yang harus kita tahu," tambahnya.

Dokter Tirta lalu membandingkan Covid-19 dengan sejumlah penyakit yang hingga kini masih ditemukan, mulai dari TBC hingga HIV.

"Banyak netizen yang bertanya kapan Covid hilang? Covid itu tidak bisa hilang layaknya TBC, layaknya DBD, malaria, AIDS, HIV, hepatitis, dan lain sebagainya," paparnya.

Setelah memaparkan sejumlah penyakit tersebut, dr Tirta kembali menekankan bahwa Covid-19 hanya bisa ditekan hingga tingkat penularannya mencapai titik minimal.

"Dia hanya bisa dikontrol sampai titik minimal," ujar dr Tirta.

Merujuk dari hal tersebut, dr Tirta mengatakan bahwa new normal diperlukan untuk meminimalisir penularan Covid-19.

"Untuk memutus rantai infeksi ini karena ini sesuatu yang baru, maka kita dibutuhkan adaptasi yang baru berupa new normal," kata dia.

"New normal ini yang penting, satu menerapkan segala protokol kesehatan yang sudah diajarkan oleh gugus percepatan dari bulan Maret."

Dokter sekaligus influencer muda itu lalu menjelaskan contoh sederhana new normal mulai dari penggunaan masker, mencuci tangan, hingga menjaga jarak atau physical distancing.

Ia mengatakan hal-hal tersebut harus terus dilakukan sembari menunggu kebijakan selanjutnya dari pemerintah.

"Sambil kita menunggu kebijakan yang sesuai dengan pemerintah," tegas dr Tirta.

Ali Ngabalin Jelaskan Panduan New Normal di Tempat Kerja, Sebut Ada Tiga Agenda Penting Pemerintah

Lihat videonya mulai menit ke-8:29:

 

4 Arahan Jokowi soal New Normal

Di sisi lain, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memberikan 4 arahan soal pelaksanaan protokol tatanan new normal atau normal baru yang produktif dan aman Covid-19.

Hal disampaikan Jokowi dalam Rapat Terbatas (Ratas) melalui Video Teleconference mengenai Persiapan Pelaksanaan Protokol Tatanan Normal Baru Produktif dan Aman Covid-19, Rabu, (27/5/2020).

Pertama, Jokowi mengatakan pihaknya sudah memulai gelar pasukan, aparat dari TNI dan Polri yang telah diterjunkan ke lapangan, ke titik-titik keramaian di 4 provinsi serta 25 kabupaten dan kota pada Selasa (26/5/2020).

Hal itu dilakukan, kata Jokowi, dalam rangka persiapan pelaksanaan tatanan normal baru yang akan dilihat dari angka-angka dan fakta-fakta di lapangan.

“Dan apabila ini nanti efektif, kita akan gelar, kita perluas lagi, kita lebarkan lagi ke provinsi yang lain, ke kabupaten/kota yang lain,” kata Jokowi seperti dikutip TribunWow.com dari laman setkab.go.id.

Kedua, Jokowi meminta protokol beradaptasi dengan tatanan normal baru ini yang sudah disiapkan oleh Kementerian Kesehatan ini disosialisasikan secara masif kepada masyarakat.

“Sehingga masyarakat tahu apa yang harus dikerjakan, baik mengenai jaga jarak, mengenai pakai masker, mengenai cuci tangan, mengenai dilarang berkerumun dalam jumlah yang banyak,” lanjut Jokowi.

Presiden Joko Widodo diperiksa suhu tubuhnya saat meninjau kesiapan penerapan prosedur standar new normal (normal baru) di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Selasa (26/5/2020). Dalam tinjauan kali ini, Jokowi menyampaikan pengerahan TNI/Polri secara masif di titik-titik keramaian untuk mendisiplinkan masyarakat dengan tujuan agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan sesuai ketentuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

 

• Jokowi Putuskan The New Normal Mulai 1 Juni, Pengamat dari Trisakti: Terlalu Berani sampai ke Sana

Menurutnya, kalau sosialisasi ini betul-betul bisa dilakukan secara masif, maka kurva R0 dan Rt betul-betul bisa diturunkan.

“Dan ini sudah kita lihat di beberapa provinsi bisa kita kerjakan,” ujar Jokowi.

Ketiga, kata Jokowi, tatanan baru ini akan dicoba di beberapa provinsi, kabupaten, dan kota yang memiliki R0 yang sudah di bawah 1.

Tak hanya itu, tatanan normal juga akan dicoba pada sektor-sektor tertentu yang dilihat di lapangan bisa melakukan dan mengikuti tatanan normal baru yang ingin dikerjakan.

Keempat, Jokowi meminta ada pengecekan pada tingkat kesiapan setiap daerah dalam mengendalikan Virus Corona.

“Untuk daerah-daerah yang masih tinggi, yang kurvanya masih naik, saya kemarin juga sudah perintahkan kepada Gugus Tugas, kepada Panglima TNI dan Kapolri untuk di Jawa Timur misalnya untuk kita tambah bantuan pasukan, aparat di sana agar bisa menekan kurvanya agar tidak naik lagi,” kata Jokowi.

Lebih lanjut, Jokowi meminta untuk memasifkan pengujian sampel, pelacakan yang agresif terhadap yang PDP (Pasien Dalam Pengawasan) maupun ODP (Orang Dalam Pengawasan) dan melakukan isolasi yang ketat.

“Ini kita lakukan pada provinsi-provinsi yang masih kurvanya masih naik,” pungkas Jokowi.

Simak videonya:

(TribunWow.com/Anung/Vintoko)