TRIBUNWOW.COM - Ekonom INDEF Bhima Yudhistira membandingkan krisis ekonomi yang dihadapi saat ini di tengah pandemi Virus Corona dengan krisis-krisis sebelumnya, khususnya pada tahun 1998 dan 2008.
Seperti yang diketahui, dampak dari penyebaran Covid-19 tidak hanya menyasar sektor kesehatan, melainkan juga sektor ekonomi.
Dilansir TribunWow.com, Bhima Yudhistira mengatakan bahwa kondisi krisis yang terjadi saat ini berbeda dengan dua krisis sebelumnya.
• Refly Harun dan Bhima Yushistira Sindir Pemerintah soal Bansos Telat: Harus Ada Logonya, Itu Penting
Menurutnya, pada krisis tahun 1998 dan 2008 yang terjadi adalah para pekerja yang mendapatkan PHK masih bisa dimaksimalkan dengan UMKM.
Namun untuk krisis saat ini, semua sektor ekonomi seakan lumpuh, bahkan sektor UMKM yang biasanya mampu menjadi tumpuan kini terancam terhenti.
Hal ini disampaikannya dalam tayangan Youtube Refly Harun, Sabtu (23/5/2020), Bhima Yudhistira
"Jadi kan kita melihat dulu perspektif dari makro ekonominya, karena kondisi sekarang ini jauh berbeda dengan krisis tahun 1998 dan tahun 2008," ujar Bhima Yudhistira.
"Jadi kalau 1998 itu finansialnya goyang banyak pabrik kemudian tutup, tetapi yang di-PHK bisa diserap ke UMKM, makanya saya bilang ketika krisis UMKM menjadi tulang punggungnya," jelasnya.
"2008 juga sama itu."
Menurut Bhima, langkah pertama yang bisa dilakukan untuk membangkitkan sektor ekonomi adalah dengan fokus menyelamatkan UMKM.
• Pertanyakan Peran Stafsus Milenial Jokowi, Bhima Yudhistira: Kasih Es Teh Manis, Kasih Singkong
"Tetapi kalau sekarang ini artinya fokus kita menyelamatkan dulu ke UMKM," kata Bhima.
"Karena UMKM sekarang juga kena Covid-19, kita punya krisis ekonomi, sekaligus juga krisis kesehatan," imbuhnya.
"Nah UMKM ini butuh apa."
Maka dari itu, bagaimana caranya untuk menghidupkan kembali UMKM tersebut.
Menurut Bhima, pemerintah sebenarnya mudah untuk membantu UMKM di tengah krisis dan pandemi.
Yaitu dengan memanfaatkan atau memaksimalkan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki negara, yakni seperti minyak dan gas (migas).
Karena dua engergi tersebut merupakan bahan dasar yang sangat dibutuhkan oleh para usaha kecil menengah.
Namun kenyataanya di lapangan, harga BBM masih terlampau tinggi, padahal harga minyak dunia sudah turun sejak awal tahun.
Termasuk juga dengan harga LPG 3 kg yang dirasa masih memberatkan bagi para UMKM.
Terlebih saat ini, mereka sedang mengalami kesulitan ekonomi.
• Viral Balita di Palembang Dijemput Petugas Ber-APD Lengkap, Dokter: Ternyata Positif Corona
Bhima berharap sektor UMKM ini benar-benar diperhatikan dengan cara menurunkan harga BBM karena berkaitan dengan logistik.
Dan atau memberikan potongan untuk LPG 3 kg.
"Sebenarnya banyak yang bisa dilakukan pemerintah, salah satunya misalkan, yang paling deket aja, harga minya sudah turun dari awal tahun, bahwa 2019 fluktuatif rendah," terangnya.
"Tetapi belum ada penyesuaian harga BBM, LPG 3 kg juga belum disesuaikan."
"Padahal dua komponen energi ini paling dibutuhkan juga oleh UMKM," tegasnya.
"BBM yang turun, logistiknya bisa lebih murah, ongkirnya bisa lebih murah."
"Kemudian LPG 3 kg banyak banget sekarang yang ngeluh bahwa tidak ada bantuan LPG 3 kg."
"Itu harusnya dikasih diskon saja di tengah pandemi," pungkasnya.
• Puluhan Anak di NTT Positif Corona, Berasal dari Klaster Magetan dan Sangkakala Jakarta
Simak videonya mulai menit ke-7.40:
(TribunWow.com/Elfan)