Kesamaan keduanya adalah 96 persen, berbeda 4 persen.
Namun, 4 persen itu berarti sama dengan ada 1.200 titik asam amino yang berbeda antara SARS-CoV-2 dengan Virus Corona pada kelelawar tapal kuda dari Yunnan.
Jika asumsinya, Virus Corona adalah buatan manusia, artinya ada manusia yang mengubah 1.200 titik asam amino pada SARS-CoV-2.
"Artinya, kalau manusia merekayasa (SARS-CoV-2) akan ada tag-nya dan bisa di-tracking. Jadi kalau misalnya sudah ada yang diubah, kemudian ingin merekayasa titik yang berikutnya, nah yang sudah diubah harus saya beri semacam label. Nah, penambahan label itu bisa terlihat," jelas Ahmad.
Setelah diselidiki, penambahan "label" atau rekam jejak dari manusia nihil.
"Kita enggak temukan label itu. Dari ujung ke ujung enggak ada label tambahan. Karena kita (peneliti) tahu anatomi coronavirus secara umum seperti apa," ungkapnya.
Dari nalar inilah, peneliti memastikan bahwa Virus Corona SARS-CoV-2 bukan buatan manusia. (Kompas.com/Gloria Setyvani Putri)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bukti Virus Corona Berasal dari Alam, Tak Ada Rekam Jejak Manusia"