"Jadi akhirnya regulasi dari Kementerian Perhubungan, saya mohon maaf kalau saya terpaksa harus mengatakan bahwa lubang terbesar adalah di Kementerian Perhubungan," ungkapnya.
Imam mengatakan bagaimana nantinya para pemilik bisnis-bisnis di sektor transportasi akan memanfaatkan peluang dibukanya semua moda transportasi.
"Nah terus yang kedua adalah bisnis transportasi, tentu bisnis transportasi memanfaatkan situasi ini karena tentu mereka juga bukan lembaga yang sekarang tidak merugi."
"Di situasi seperti ini semua merugi tentu dengan pembatasan-pembatasan tadi harus ada physical distancing dan sebagainya akan merugikan mereka."
Demi menghindari kerugian yang berkelanjutan, Imam memprediksi para pebisnis berkemungkinan besar mencari-cari celah dari dibukanya semua moda transportasi.
Imam melanjutkan nantinya lama-lama physical distancing tidak akan diindahkan oleh para pengusaha demi mengejar laba.
"Sehingga sangat mungkin menjadi upaya-upaya untuk melakukan kreativitas negatif ya artinya jadi akhirnya tidak ada physical distancing yang ketat," jelasnya.
• Setelah Said Didu, Kini Giliran Hersubeno Arief yang akan Diperiksa Bareksrim terkait Laporan Luhut
• Soal Indonesia Terserah, Dokter Akui Tak Peduli Warga Langgar PSBB: Kalau Maunya Begitu Terserah
Pihak terakhir yang menimbulkan kekecewaan menurut Imam adalah masyarakat.
Pertama Imam memahami bahwa banyak warga yang kini hidup dengan kondisi keuangan yang mepet karena pandemi Covid-19.
"Pada saat yang sama masyarakat, mungkin masyarakat yang tidak ada pilihan dia harus pulang karena di kota dia sudah tidak punya ongkos."
Namun pada saat yang bersamaan, ia juga menyayangkan adanya penumpukan penumpang seperti yang terjadi di Bandara Soekarno Hatta, Kamis (14/5/2020) lalu.
Imam meragukan apakah orang-orang tersebut memang pergi karena keperluan-keperluan mendesak.
"Tapi kemarin yang peristiwa terjadi di Soekarno Hatta orang berjubel seperti itu apa iya itu orang-orang yang karena tugas, apa iya itu orang-orang tua nya sakit atau meninggal," jelasnya.
Ia menyimpulkan kekecewaan dari tiga pihak tersebut yang akhirnya melahirkan 'Indonesia Terserah'.
"Jadi kekecewaan yang kumulatif seperti itu yang dirasakan tenaga medis," ujar Imam.