Virus Corona

Kisah Peter Piot, Penemu Virus Ebola yang Berjuang Lawan Covid-19: Saya Senang Terinfeksi Corona

Editor: Ananda Putri Octaviani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Peter Piot mengatakan pengalaman terinfeksi Covid-19 adalah pengalaman antara hidup dan mati.

Dirawat di rumah sakit karena virus setelah empat dekade menangani penyakit menular, merupakan sesuatu yang tidak ia perkirakan.

UPDATE Virus Corona di Indonesia Sabtu 16 Mei 2020: 17.025 Kasus Positif, 3.911 Sembuh

Virus 'balas dendam'

"Saya mengabdikan hidup saya untuk memerangi virus dan akhirnya, mereka balas dendam. Selama satu minggu saya berada antara surga dan dunia, di ujung kehidupan," katanya.

"Saya tidak pernah sakit parah dan tidak pernah absen karena sakit dalam 10 tahun terakhir. Saya menjalani hidup sehat dan jalan teratur. Risiko saya terinfeksi Corona adalah umur saya. Saya 71 tahun. Saya optimistik dan saya akan lewati ini," katanya.

Piot adalah salah satu kritikus Inggris, PBB dan WHO atas langkah menangani wabah Ebola di Afrika Barat pada 2014, yang ia katakan "terlalu lamban".

"Saya senang saya terinfeksi Corona dan bukan Ebola," katanya kepada majalah itu.

Setelah dua minggu isolasi diri, Piot dirawat di rumah sakit.

Guru besar penyakit menular ini memiliki kadar oksigen rendah, gejala Virus Corona bagi pasien yang tidak tersengal-sengal tapi dengan kadar oksigen di bawah level biasanya.

"Gambar paru-paru menunjukkan saya mengalami pneumonia, ciri Covid-19, dan juga bakteri pneumonia. Saya merasa lelah, dan biasanya saya penuh energi. Bukan sekadar lelah tapi luar biasa letih. Saya tidak akan pernah lupa rasanya.

"Saya harus dirawat dan saat ini saya sudah negatif. Ini tipikal Covid-19, virusnya hilang tapi konsekuensinya berminggu-minggu," kata Piot.

Alasan Pasien Positif Corona di Tasikmalaya Ngamuk, Tak Terima Ada Banyak Warga saat Dijemput Paksa

Akan banyak orang yang cuci darah

"Saya khawatir saya akan mendapatkan bantuan nafas melalui ventilator karena saya membaca artikel yang menunjukkan langkah itu meningkatkan risiko kematian. Saya takut sekali, dan untungnya, mereka memberi saya oksigen dan berhasil. jadi saya ditempatkan di ruang isolasi.

"Saya berada dalam satu bangsal dengan tunawisma, petugas kebersihan Kolombia dan seorang pria dari Bangladesh. Semuanya penderita diabetes, yang memang konsisten dengan gambaran penyakit itu."

Piot melanjutkan bahwa, "Hari-hari dan malam-malam ini sepi karena tak ada yang punya energi untuk berbicara.

"Selama berminggu-minggu, saya hanya bisa berbisik, dan bahkan sekarang suara saya melemah pada malam hari. Namun saya selalu bertanya-tanya, bagaimana kondisi saya nanti setelah keluar dari situasi ini?"

Halaman
123