Jasad ABK Dibuang ke Laut

Sebut Penyakit ABK yang Dilarung di Laut Masih Misterius, Kuasa Hukum: Memiliki Ciri-ciri Sama

Editor: Claudia Noventa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Berita yang viral itu melibatkan yang melibatkan Anak Buah Kapal (ABK) dari Indonesia yang bekerja di Kapal China.

TRIBUNWOW.COM - Penyakit yang diderita empat anak buah kapal (ABK) Indonesia yang menyebabkan meninggal hingga dilarung ke laut belum diketahui.

Padahal, sebelum meninggal dunia para ABK Indonesia tersebut sudah menderita sakit saat bekerja di kapal asal China.

Keempat ABK malang tersebut yakni bernama Sepri, Muh Alfatah, Ari dan Effendi.

ABK mengaku harus bekerja selama 18 jam per hari, beberapa di antaranya harus bekerja selama dua hari berturut-turut. (BBC Korea Selatan)

Bekerja di Kapal Selama 14 Bulan, ABK yang Jasadnya Dilarung Disebut Tak Pernah Menelepon Keluarga

Kuasa hukum para ABK Pahrur Dalimunthe mengatakan, sebelum meninggal dunia, mereka mengalami gejala yang serupa. Antara lain terjadi pembengkakan pada tubuh.

"(Meninggal dunia) disebabkan oleh penyakit misterius yang memiliki ciri-ciri sama, yakni badan membengkak, sakit pada bagian dada dan sesak nafas," ujar Pahrud dalam keterangan pers, Minggu (10/5/2020).

ABK yang meninggal dunia pertama, yakni Sepri dan Alfatah. Tepatnya pada Desember 2019.

Sepri meninggal dunia di Kapal Long Xing 629.

Sementara, Alfatah meninggal dunia di Kapal Long Xing 802. Sebab, sebelum meninggal, kapten kapal memindahkannya dari kapal tempat Sepri meninggal dunia.

"Sepri dan Alfatah mengalami sakit selama sekitar 45 hari sebelum meninggal dunia," lanjut Pahrur.

Kapten kapal itu pun melarung jenazah mereka di tengah laut tepat di hari meninggal dunia.

Rekan ABK sesama WNI pernah meminta kapten kapal untuk bersandar di Samoa agar Sepri dan Alfatah dirawat di rumah sakit setempat. Namun, permintaan itu ditolak.

 

Jawaban Nahkoda ketika ABK Lain Minta Jenazah Dipulangkan dan Jangan Dilarung: Buang Saja di Sini

Kapten kapal justru memberikan obat-obatan dengan label bahasa China kepada mereka. Pahrur menduga, obat yang diberikan sudah kadaluwarsa.

Hal yang lebih ironis, rekan Sepri dan Alfatah juga sempat meminta ke kapten kapal untuk menyimpan jenazah rekannya di ruangan pendingin agar dapat dibawa pulang ke Indonesia. Tapi permintaan itu kembali ditolak.

"Para ABK Indonesia telah meminta jenazah rekan mereka disimpan di tempat pendingin dulu agar dapat dibawa pulang ke Indonesia. Namun, kapten kapal menolak dan justru melarung jenazah tersebut ke tengah laut," tutur Pahrur.

ABK Indonesia yang meninggal dunia setelahnya, yakni Ari. Namun, ia meninggal dunia di Kapal Tian Yu 8.

Halaman
12