Terkini Nasional

Refly Harun Khawatir Pemerintah Kebal Kritik: Menuju Jurang Otoritarianisme secara Konstitusional

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun mengungkapkan kekhawatirannya apabila pemerintah menjadi kebal terhadap kritik. Dan ditakutkan akan mengarah ke otoriter, Minggu (10/5/2020).

TRIBUNWOW.COM - Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun mengungkapkan kekhawatirannya apabila pemerintah menjadi kebal terhadap kritik.

Padahal sebagai negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi, tentunya harus mendengar semua kritik yang diberikan dengan tujuan untuk kebaikan bersama.

Dilansir TribunWow.com, Refly Harun mengaku khawatir pemerintah Indonesia ke depan akan menjadi otoriter.

Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun mengungkap kebijakan buruk di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Minggu (10/5/2020). (YouTube Refly Harun)

Sindir Pemerintah dan Buzzer, Refly Harun: Kalau Saya Jadi Penguasa, Saya Biarkan Orang Mengkritik

Menurut Refly Harun, pemerintah sekarang berlindung di belakang para buzzer.

Para buzzer tersebutlah yang akan mencoba membungkam atau justru mengkritik balik pengkrtitik pemerintah.

Meski begitu, Refly Harun mengatakan untuk saat ini pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum bisa dikatakan demikian.

Karena masih ada ruang bagi pihak atau masyarakat yang ingin menyuarakan pendapatnya, termasuk yang bersifat kritik.

Meskipun tetap saja ada buzzer yang mencoba mengkritik balik.

Maka dari itu, Refly Harun berpesan kepada semua masyarakat, khususnya kelompok civil society untuk terus memberikan kontrol dan pengawasan terhadap pemerintah.

Hal itu harus dilakukan untuk mencegah adanya kendali kekuasaan penuh dalam pemerintahan.

Komentari Konflik Said Didu dan Luhut Binsar, Refly Harun Tuai Banyak Hujatan: Pikirannya Cuma Uang

"Kondisi saat ini kita tidak bisa katakan bahwa pemerintahan Presiden Jokowi adalah pemerintahan yang otoriter, ada ruang untuk kita tetap melancarkan kritik," ujar Refly Harun.

"Tetapi kalau pemerintahan ini tidak dijaga secara baik oleh kelompok civil society, orang-orang yang tetap berani menyampaikan kritik," jelasnya.

Menurut Refly Harun, lambat tahun pemerintah Indonesia akan mengarah ke pemerintahan otoriter jika tidak dilakukan kontol yang ketat.

Dirinya menyebut otoriter pemerintah yang dipakai yaitu dengan cara memanfaatkan konstitusional.

"Maka saya khawatir lambat laun negara akan menuju jurang otoritarianisme, tetapi dengan cara yang konstitusional," kata Refly Harun.

"Jadi orang menyebutnya sebagai constitutional dictatorship, jadi diktator tetapi konstitusional," imbuhnya.

Refly Harun menjelaskan bahwa sudah terlihat produk-produk hukum yang memiliki tujuan justru mengarah pada kekuasaan pemerintah semata.

Seperti misalnya Undang-Undang Omnibus Law, Perppu 1 Tahun 2020, UU KPK dan lain sebagainya.

Maju Mundur Aturan Transportasi, Refly Harun Sebut Kemenhub Tidak Tunduk di Bawah Koordinasi BNPB

Banyak kontra dari masyarakat terkait tiga kebijakan tersebut dan sudah barang tentu menjadi bahan kritik.

Namun pastinya, kritik tersebut mendapatkan balasan atau pembelaan dari kaum-kaum bayaran pemerintah.

"Artinya apa, produk-produk hukum yang dihasilkan itu justru membangun kekuasaan yang otoriter, kekuasaan yang menumpuk pada satu tangan, seperti contohnya Undang-Undang Omnibus Law, Perppu 1 Tahun 2020, UU KPK dan lain sebagainya," ungkap Refly Harun.

"Dan kebijakan-kebijakan atau produk-produk hukum yang menurut kita buruk tersebut didukung oleh kelompok-kelompok pendukung negara yang kerjanya menumbangkan atau mengkritik mereka yang mau menyampaikan kritik terhadap kebijakan-kebijakan negara," tambahnya.

"Sekali lagi memang kita tidak boleh menuju jurang dictatorship, baik itu konstitusional maupun unconstitutional dictatorship," pungkasnya.

Simak videonya mulai menit ke- 15.16:

Refly Harun Sindir Pemerintah dan Buzzer

Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun memberikan sindiran kepada pemerintahan, termasuk kepada para buzzernya.

Dilansir TribunWow.com, Refly Harun menilai pemerintah saat ini sibuk menyiapkan buzzer untuk melindungi dari kritik yang diberikan oleh publik.

Menurut Refly Harun, kondisi seperti itu justru membahayakan sistem negara yang bersifat demokrasi.

Hal ini disampakannya dalam tayangan Youtube pribadi Refly Harun, Minggu (10/5/2020).

"Tapi yang paling berbahaya adalah kritik kita dibungkam, baik melalui aparatur negara, agen-agen resmi maupun melalui perantara buzzer," ujar Refly Harun.

"Jadi peran para buzzer dan fans klub," imbuhnya.

• Jokowi Targetkan Corona Turun Mei, Effendi Gazali Duga Gara-gara Presiden Dengar Prediksi Singapura

Bahkan kejadian yang berhubungan dengan buzzer pernah dirasakan sendiri oleh Refly Harun.

Menurut Refly Harun serangan dari buzzer tersebut terjadi setelah menuliskan cuitan di akun Twitter pribadinya.

Cuitan tersebut dinilai buzzer sebagai kritik kepada pemerintah.

Dalam cuitan dirinya hanya membenarkan bahwa tugas dari para intelek adalah mengkritik pemerintah.

Dan sebaliknya, jika mereka mengkritik orang yang memberikan kritik maka dia bukanlah intelektual melainkan hanyalah buzzer.

"Saya pernah nge-tweet baru-baru ini, padahal tweet-nya biasa aja 'Seorang intelektual itu adalah orang yang mengkritik pemerintah. Kalau dia mengkritik pengkritik pemerintah namanya buzzer atau fans klub'," ungkapnya.

"Wah rupanya diserang habis-habisan saya sama para buzzer dan fans klub," imbuhnya.

• Singgung Kesendirian Presiden, Effendi Gazali Sebut Jokowi Ditipu soal Virus Corona: Dia Mulai Kesal

Lebih lanjut, Refly Harun mengaku kaget lantaran buzzer ternyata ada orang yang cerdas, yang seharusnya justru memberikan kritik kepada pemerintah.

Kritik dari buzzer tersebut tidak hanya membahas soal bunyi kritik yang ditulis, namun sampai mengulas sisi kehidupan pribadi Refly Harun.

"Dan celakanya buzzer dan fans klub itu bukan orang biasa, orang intelek juga," jelas Refly Harun.

"Bahkan membuat artikel panjang tentang saya dan saya tidak balas, saya biarkan saja."

"Menggugat soal sekolah lah, soal apalah, macam-macam dan lain sebagainya," sambungnya.

Dirinya pun mengaku sempat ingin membalas argumen dari buzzer intelek tersebut.

Namun, ia berpikir tidak ada gunanya meladeni buzzer, selain itu juga ditakutkan justru menciptakan masalah baru.

"Ini yang sebenarnya memperihatinkan, saya mau bikin tweet yang baru sebenarnya."

"Tapi akhirnya saya tidak bikin daripada menimbulkan polemik yang enggak karu-karuan," kata Refy Harun.

• Penularan Corona Meningkat, Pandu Riono Soroti Tingkat Kepatuhan Masyarakat: PSBB Masih Top Down

Refly Harun akhirnya mengungkapkan bunyi cuitan yang akan dituliskan namun tidak jadi tersebut.

Dirinya memposisikan jika sedang menjadi penguasa, maka akan membiarkan semua orang bebas untuk memberikan kritik kepadanya.

Ia mengaku tidak akan meminta buzzer untuk melindungi ataupun membalaskan kritik tersebut kepada orang yang memberikan kritik.

Menurutnya, keberadaan buzzer merupakan kumpulan orang yang kurang kerjaan.

"Yaitu adalah 'Kalau saya jadi penguasa, saya akan biarkan orang mengkritik saya. Tapi saya tidak akan biarkan orang yang megatasnamakan diri saya membalas kritik atau membungkam kritik kepada para pengkritik," jelas Refly.

"'Kalau saya jadi penguasa saya tidak akan menggunakan peran para buzzer dan fans klub'."

"Karena buzzer dan fans klub itu kan orang kurang kerjaan," pungkasnya. (TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)