Jasad ABK Dibuang ke Laut

Kasus ABK Indonesia Diperbudak, Pakar Sebut Tak Ada Kaitan dengan Pemerintah China: Kebetulan

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Atri Wahyu Mukti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebuah tangkapan layar dari video yang dipublikasikan media Korea Selatan MBC memperlihatkan, seorang awak kapal tengah menggoyang sesuatu seperti dupa di depan kotak yang sudah dibungkus kain berwarna oranye. Disebutkan bahwa kotak tersebut merupakan jenazah ABK asal Indonesia yang dibuang ke tengah laut oleh kapal asal China.

"Akhirnya di ujung, dari satu per satu almarhum langsung kena ke paru-paru. Kayak sesak napas," papar Riski.

Riski menyebutkan dirinya melihat langsung bahkan mendampingi rekannya sebelum meninggal dunia.

Kesaksian ABK yang selamat dari kapal China, Riski Fauzan, Kamis (7/5/2020). (Capture YouTube TvOne)

• ABK Indonesia Diperbudak di Kapal China, Susi Pudjiastuti Ungkit Kasus Lama Benjina: Bertahun-tahun

Ia kemudian menjelaskan kronologi rekan ABK Sepri yang meninggal dunia.

Awalnya Sepri merasakan sakit dan sesak napas.

"Awalnya almarhum Sepri sekitar jam 02.00-03.00 udah mulai sesak. Napasnya kayak sempit," ungkap Riski.

"Mungkin dalam satu detik bisa berapa kali," lanjut dia.

Sepri rupanya sempat berharap kapal akan segera berlabuh.

Riski lalu menyampaikan kondisi temannya itu ke atasannya di kapal.

"Lalu dia sempat ngomong, 'Bang gimana? Kapalnya mau nyandar apa enggak?'," tutup Riski.

"Lalu aku sampaikan ke mandor kami. Kata mandor kami, 'Nunggu laporan dari perusahaan China'," lanjut dia.

Sepri merasa tubuhnya sudah tidak sanggup lagi bertahan.

Dalam kurun waktu dua jam kemudian, Riski kehilangan seorang rekan ABK.

"Jam 05.00 almarhum masih ngomong lagi, udah enggak kuat katanya," jelas Riski.

"Lalu jam 07.00 beliau pergi ke toilet untuk buang air. Setelah pulang dari buang air itu langsung mengembuskan napas terakhir," papar dia.

• Kesaksian ABK Selamat dari Kapal China, Makan Umpan Ikan Tak Segar: Selain ABK Indonesia Makan Fresh

Riski mengatakan ketiga rekannya cukup lama menderita bengkak-bengkak.

"Kurang lebih 1 bulan. Ada yang lebih ada yang kurang," katanya.

Saat itu ia tidak tahu secara pasti lokasi kapal.

"Aku tidak tahu tepatnya, karena kami tidak pernah lihat monitor kapten di atas," ungkap Riski.

"Mungkin waktu itu kami sedang fokus kerja jadi enggak pernah naik-naik ke atas. Setahu saya di Samudra Pasifik aja," tambahnya. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)