Ecky juga menekankan mencetak uang saat krisis oleh Bank Indonesia justru akan berdampak negatif pada perekonomian.
• Kisah-kisah Pasien Positif Corona Kabur di Sejumlah Daerah: Takut Kesepian hingga Ancam Bunuh Diri
Serta berpotensi menjadi penyebab krisis ekonomi baru seperti halnya yang terjadi pada tahun 1998 dan tahun 1965 dimana nilai riil atau daya beli rupiah terjun bebas karena hyper inflasi.
Dampak lanjutannya terlihat pada penurunan daya beli rakyat karena harga-harga kebutuhan pokok tidak lagi terjangkau rakyat.
Ia mencontohkan pencetakan uang di negara-negara maju seperti AS dan Uni Eropa (UE) tidak berdampak signifikan bagi inflasi di AS dan UE.
Sebab Dollar dan Euro menjadi mata uang dunia serta menjadi bagian penting SDR (Special Drawing Right).
"Jadi kondisinya sangat berbeda dengan kita," ujar dia. (Tribunnews.com/chaerul umam)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Gagasan Mencetak Uang Rp 600 T Membahayakan Stabilitas Harga