Virus Corona

Indonesia Mulai Uji Coba Plasma Darah Penyintas Virus Corona sebagai Alternatif Terapi

Editor: Ananda Putri Octaviani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi penanganan pasien Corona di RS Margono Soekarjo, Purwokerto

TRIBUNWOW.COM - Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengatasi pandemi Virus Corona, termasuk melakukan penelitian terhadap Covid-19.

Satu di antaranya, mulai menguji plasama darah penyintas Virus Corona sebagai alternatif terapi bagi pasien.

Dikutip dari BBC Indonesia, hal itu dilaukan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto bekerja sama dengan lembaga penelitian dan laboratorium Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan produsen vaksin Bio Farma.

Terkait uji coba ini, peneliti mengingatkan bahwa , jika berhasil, terapi plasma darah tersebut bukanlah obat massal untuk Covid-19 dan kriteria donor plasma darah masih perlu diperjelas.

Lakukan Penyelidikan soal Virus Corona, Donald Trump: Ada Banyak Cara Membuat China Tanggung Jawab

Profesor Amin Soebandrio, kepala LBM Eijkman, mengatakan bahwa pengobatan Covid-19 dengan memakai plasma darah penyintas tidak bisa dipakai untuk kalangan umum layaknya obat biasa.

"Perlu dicatat bahwa pengobatan ini sangat individual, tidak bisa dianggap sebagai mass treatment, seperti misalnya kita membuat obat 'x' dan bisa dipakai semua orang, dengan dosis yang sama misalnya tiga kali sehari satu tablet misalnya, tidak demikian," kata Amin.

"Donornya harus dipastikan aman, produknya harus aman dan penerimanya harus dipastikan ketika menerima itu dia tetap aman. Jadi betul-betul individual, tidak bisa dianggap sebagai obat yang dipakai ramai-ramai."

Selain itu, kriteria pasien sembuh dari Covid-19, yang plasma darahnya dipakai dalam uji klinis ini, masih harus diteliti lagi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengatakan bahwa belum bisa memastikan bahwa mereka yang sembuh dari virus corona akan kebal dari virus tersebut. Ada kemungkinan mereka bisa terjangkit kembali, kata WHO.

Ketika seseorang terjangkit Covid-19, sistem kekebalan tubuh mereka merespons dengan menciptakan antibodi, yang menyerang si virus. Lama-kelamaan antibodi ini terkumpul dan bisa ditemukan di plasma, komponen cairan darah.

Selama ini penderita Covid-19 dinyatakan sembuh jika hasil tes swab tenggorokannya negatif selama dua pengujian dengan reagen virus corona secara berturut-turut. Namun, pakar biologi molekuler Ahmad Rusjdan Utomo mengatakan hal tersebut tidak lagi relevan.

"Kita mulai baca laporan dari berbagai jurnal [ilmiah] itu ternyata tidak cukup kalau swab tenggorokan atau nasal, mungkin juga swab dari rektal atau anal. Karena virus ini kan clearance -nya atau salah satu jalur keluar dari tubuh adalah melalui rektum, jadi kalau dari rongga atas sudah bersih, pastikan rongga bawahnya sudah bersih apa belum," kata Ahmad.

Ahmad mengatakan bahwa pasien Covid-19 yang sudah sembuh di China tidak langsung dilepas ke masyarakat dan mereka harus dikarantina lagi selama dua minggu. Mereka juga dimonitor secara berkala dengan tes.

"Kelemahan [uji klinis plasma darah] karena kriterianya masih moving target, apa kriteria sembuh? Lalu apa kriteria donor? Apakah cukup dengan PCR tes dua kali, dengan periksa tenggorok, dan jika itu bersih apakah itu cukup? Karena orang bisa kena [virus corona] lagi. Ketika ia sembuh belum tentu kebal. WHO juga sudah mengeluarkan datanya," jelasnya.

'Butuh 45 menit'

Halaman
1234